• Anak usia dibawah 10 tahun
• Wanita hamil
• Wanita menyusui
• Penyakit hati aktif atau kronis

• Riwayat alergi[2,7,10,14,15,20]

Peringatan

Penanganan hiperlipidemia pada pasien harus dilakukan secara komprehensif, tidak hanya mengandalkan obat. Pasien juga harus dianjurkan untuk merubah pola makan dan gaya hidup, serta berolahraga.

Atorvastatin harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan:

• Penyakit ginjal
• Diabetes
• Gangguan tiroid

• Peminum alkohol, terutama dengan konsumsi tinggi[2,7,10,14,15,20]

Konsumsi alkohol dapat meningkatkan kadar trigliserida serta meningkatkan risiko kerusakan hati pada pengguna atorvastatin.

Farmakokinetik atorvastatin pada pasien geriatri dapat berubah, sehingga konsentrasi plasma atorvastatin dapat lebih tinggi sekitar 40% pada orang lanjut yang sehat, usia ≥65 tahun, dibandingkan dengan orang dewasa muda. Data klinis menunjukkan suatu penurunan kadar LDL yang lebih besar pada populasi usia tersebut, dibandingkan dengan populasi usia dewasa muda. Di samping itu, kelompok lansia menunjukkan respon yang lebih besar secara farmakodinamik terhadap atorvastatin ini.[2,7,10,14,15,20]

Penghentian obat harus dilakukan apabila pasien mengalami gejala dan tanda klinis berikut ini:

• Kejang tidak terkontrol
• Ketidakseimbangan elektrolit, seperti kadar kalium yang tinggi, atau rendah dalam darah
• Hipotensi berat
• Infeksi atau sakit berat
• Menjalani operasi atau kegawatdaruratan[2,7,10,14,15,20]

Hal-hal yang juga perlu diperhatikan ketika meresepkan obat golongan statin ini:

• Penyebab sekunder terjadinya hiperkolesterolemia harus disingkirkan terlebih dahulu
• Lakukan anamnesa gangguan otot, nyeri dan apakah terdapat kelemahan
• Lakukan pemeriksaan fungsi hati
• Periksa serum kreatinin kinase dasar. Bila meningkat, maka ulangi pemeriksaan setelah tiga hari istirahat
• Mulailah dengan dosis kecil, yang dinaikkan secara gradual[2,7,10,14,15,20]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli