Pendahuluan Urea Topikal
Urea topikal merupakan zat aktif yang sering digunakan sebagai emolien dan agen keratolitik pada berbagai kelainan atau penyakit kulit, terutama pada kondisi kulit kering dan bersisik.
Manfaat urea topikal telah diteliti pada kondisi dermatitis atopik, psoriasis, xerosis, dermatitis kontak, iktiosis, keratosis pilaris, keratoderma, kalus, dan distrofi kuku.
Urea memiliki efek keratolitik pada konsentrasi diatas 10% karena dapat memutus ikatan hidrogen dalam rantai protein dan mengubah konfigurasinya, khususnya keratin. Sebagai humektan, urea menarik air dan berperan dalam retensi air pada kulit, membantu mengurangi jumlah air yang hilang melalui kulit dan meningkatkan penetrasi zat lain pada kulit.[1-5]
Urea topikal termasuk dalam kategori B untuk sediaan suspensi dan solution sementara untuk sediaan shampo dan pasta termasuk dalam kategori C. Penggunaannya pada ibu menyusui tidak diketahui karena apakah urea topikal diekskresikan dalam ASI dan efeknya belum diteliti. Namun, secara farmakokinetik, absorpsi urea topikal pada kulit termasuk rendah.[1,14]
Penggunaan urea topikal perlu diperhatikan pada pasien yang memiliki kulit sensitif, karena dapat menyebabkan efek samping berupa rasa tersengat, terbakar, gatal atau iritasi. Namun, efek samping dapat hilang setelah penghentian obat-obatan.[1]
Formula kimia: NH2CONH2
Tabel 1. Deskripsi Singkat Urea
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Obat topikal untuk kulit[9] |
Subkelas | Emolien[10] |
Akses | Resep[11] |
Wanita hamil | Kategori FDA : B dan C (spesifik bentuk sediaan)[12] Kategori TGA: Tidak ada |
Wanita menyusui | Ekskresi pada ASI tidak diketahui[3] |
Anak-anak | Hindari penggunaan pada usia anak dibawah 2 tahun[13] |
Infant | Hindari penggunaan pada usia anak dibawah 2 tahun[13] |
FDA | Approved[11.14] |
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja