Ipratropium Bromida
Ipratropium bromida merupakan antikolinergik antagonis muskarinik yang digunakan untuk terapi maintenance pasien penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK. Obat ini secara struktur mirip dengan atropin tetapi memiliki tingkat keamanan yang lebih baik dan lebih efektif pada penggunaan secara inhalasi.[1-3]
Obat ini merupakan bentuk garam bromida dari ipratropium, di mana bentuk sintetisnya berasal dari turunan alkaloid atropin dengan tambahan antikolinergik. Obat ini berwujud kristal putih hingga tidak berwarna yang dapat larut di dalam air dan metanol, tetapi tidak larut dalam pelarut lipofilik seperti eter, kloroform, dan fluorokarbon. Ipratropium memiliki efek antagonis terhadap asetilkolin pada saraf parasimpatis, post-ganglion, hingga effector-cell junction.[1-3]
Efek terapi ipratropium bromida adalah efek antikolinergik (parasimpatolitik) yang menghambat refleks vagal melalui mekanisme antagonis asetilkolin (neurotransmitter yang dilepaskan pada neuromuscular junction di paru). Efek antikolinergik dihasilkan dengan cara mencegah peningkatan cyclic guanosine monophosphate (cGMP) yang menyebabkan interaksi antara asetilkolin dan reseptor muskarinik pada sel otot polos bronkus. Kondisi ini menyebabkan dilatasi bronkus.[4]
Penggunaan ipratropium bromida tidak menunjukkan aktivitas karsinogenik. Pemberian obat pada dosis maksimal juga tidak menunjukkan pengaruh terhadap fertilitas, baik pada pria maupun wanita.[4]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Ipratropium Bromida
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Obat untuk saluran napas[5,6] |
Subkelas | Antiasma dan bronkodilator, obat untuk penyakit paru obstruksi kronis[5,6] |
Akses | Resep[4,7] |
Wanita hamil | Kategori FDA: B[4] Kategori TGA: B1[8] |
Wanita menyusui | Belum diketahui pasti apakah diekskresikan ke dalam ASI[4] |
Anak-anak | Informasi efektivitas dan keamanan pada anak belum tersedia[4] |
Bayi | Informasi efektivitas dan keamanan pada bayi belum tersedia[4] |
FDA | Approved |
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur