Pengawasan Klinis Vitamin B12 (Cyanocobalamin)
Pengawasan klinis yang perlu dokter lakukan terhadap pengguna cyanocobalamin atau vitamin B12 sintetik disesuaikan dengan kondisi klinis, misalnya pengawasan kadar kalium serum pada pasien anemia megaloblastik atau pengawasan kadar aluminium pada pasien penyakit ginjal.
Pada pasien anemia megaloblastik akibat defisiensi vitamin B12 yang menjalani terapi intensif, ada risiko terjadi hipokalemia dan kematian mendadak. Oleh karena itu, dokter perlu memantau kadar kalium serum secara lebih ketat.
Pasien yang menerima cyanocobalamin parenteral dalam jangka panjang, terutama pasien yang memiliki gangguan ginjal, berisiko memiliki kadar aluminium yang toksik karena sediaan cyanocobalamin parenteral mengandung aluminium. Pengawasan klinis berupa pemeriksaan kadar aluminium dapat dipertimbangkan.[2,17,18]
Sebelum memulai terapi cyanocobalamin pada pasien anemia pernisiosa, pemeriksaan laboratorium darah perlu dilakukan terlebih dahulu, seperti hematokrit, hitung retikulosit, kadar cyanocobalamin, kadar asam folat, dan kadar zat besi. Kemudian, pantau pasien pada awal terapi dengan memeriksa kalium serum secara ketat pada 48 jam pertama. Hitung retikulosit dan hematokrit diulangi tiap hari pada hari ke-5 hingga ke-7 terapi, hingga kadar hematokrit menjadi normal kembali.
Pengawasan klinis juga harus dilakukan untuk memastikan bahwa penderita anemia pernisiosa tidak berhenti menggunakan suplementasi cyanocobalamin karena obat ini harus digunakan seumur hidup pada penderita anemia pernisiosa.[2,17,18]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur