Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Hipoalbuminemia general_alomedika 2024-02-19T11:49:47+07:00 2024-02-19T11:49:47+07:00
Hipoalbuminemia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Hipoalbuminemia

Oleh :
dr.Eva Naomi Oretla
Share To Social Media:

Diagnosis hipoalbuminemia ditegakkan melalui pemeriksaan kadar serum albumin. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien hipoalbuminemia bersifat kurang spesifik. Kondisi hipoalbuminemia simptomatik maupun asimptomatik. Tujuan dari diagnosis hipoalbuminemia adalah untuk mencari penyebab yang mendasari.

Anamnesis

Pasien hipoalbuminemia dapat tanpa keluhan atau dengan keluhan. Beberapa pasien mengeluhkan adanya pembengkakan/edema pada daerah perut, kaki, maupun wajah. Pasien juga dapat merasa sesak, mudah merasa lelah, serta keluhan sistem gastrointestinal seperti mual, muntah, kehilangan nafsu makan, serta diare.[6]

Manifestasi klinis pasien hipoalbuminemia sangat bervariasi, tergantung penyakit yang mendasari. Oleh karena itu, perlu ditanyakan onset keluhan dan riwayat penyakit yang berpotensi menyebabkan hipoalbuminemia. Perlu juga untuk melakukan evaluasi pada pola makan dan status gizi pasien. Berikut beberapa hal penting yang perlu ditanyakan untuk mengevaluasi pasien dengan hipoalbuminemia:

  • Keluhan demam, sesak, malaise, nausea, vomitus, diare, pembengkakan/edema di daerah perut, kaki, maupun wajah, serta keluhan sistem urinaria seperti kencing berbusa
  • Penurunan atau bertambahnya berat badan
  • Riwayat penyakit hepar, ginjal, infeksi, dan keganasan
  • Riwayat penyakit autoimun seperti celiac disease

  • Riwayat trauma seperti luka bakar, serta riwayat operasi dan kondisi pemulihan pasca operasi
  • Riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan rutin
  • Penilaian pola makan dan kebiasaan makan sebagai gambaran tingkat kecukupan zat gizi[6,8,21]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik hipoalbuminemia meliputi pemeriksaan kondisi umum, tanda-tanda vital, penilaian status gizi, dan pemeriksaan sesuai tinjauan sistem organ pada penyakit yang mendasari. Penilaian status gizi klinis pasien hipoalbuminemia dapat berupa gizi baik, gizi kurang, maupun gizi buruk.[8]

Beberapa tanda yang mungkin dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik pasien hipoalbuminemia adalah:

  • Pemeriksaan kepala: perubahan warna rambut menjadi kuning kemerahan, distribusi rambut tidak merata, dan struktur rambut yang rapuh atau mudah dicabut
  • Pemeriksaan wajah: edema periorbital, makroglosia, dan sklera ikterik
  • Pemeriksaan toraks: tanda efusi pleura dan kardiomegali
  • Pemeriksaan abdomen: hepatosplenomegali dan asites
  • Pemeriksaan ekstremitas: pitting edema
  • Pemeriksaan muskuloskeletal: atrofi otot dan retardasi pertumbuhan pada anak
  • Pemeriksaan integumen: hilangnya lemak subkutan, ruam kulit, xeroderma, palmar eritema, spider angioma, jaundice, dan luka yang sulit sembuh[8,21]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding hipoalbuminemia sangat luas, yaitu meliputi semua penyakit penyebab. Beberapa penyakit yang perlu dipertimbangkan saat menegakkan diagnosis hipoalbuminemia adalah protein losing enteropathy, chronic liver disease, dan celiac disease.

Protein Losing Enteropathy

Protein-losing enteropathy (PLE) merupakan penyakit kehilangan serum protein yang berlebihan ke dalam usus. Normalnya klirens protein melalui saluran gastrointestinal sekitar 2-15% dari total albumin tubuh. Namun, pada PLE pasien mengalami kehilangan protein sebesar 60% dari total akumulasi albumin. Berbeda dengan hipoalbuminemia, pada PLE kadar albumin serum yang rendah disebabkan oleh kehilangan protein melalui saluran gastrointestinal yang berlebihan, bukan disebabkan penurunan sintesis albumin oleh hepatosit.[22]

Chronic Liver Disease

Chronic liver disease merupakan penyakit dengan proses peradangan kronis, kerusakan dan regenerasi parenkim hepar yang berkelanjutan mengarah ke fibrosis dan sirosis hepatis. Peradangan kronis pada hepar menyebabkan kerusakan progresif fungsi hepar yang meliputi sintesis faktor koagulasi, sintesis protein, dan detoksifikasi zat-zat berbahaya dari produk sisa metabolisme. Berbeda dengan hipoalbuminemia, pada penyakit ini penurunan serum albumin diikuti dengan peningkatan enzim hepar dan parameter koagulasi yang abnormal.[23]

Celiac Disease

Celiac disease merupakan penyakit autoimun kronis yang ditandai dengan adanya malabsorpsi usus halus setelah konsumsi gluten. Diare, penurunan berat badan, dan malaise merupakan manifestasi klinis dari celiac disease. Pada penyakit ini, laju endap darah meningkat dan kondisi hipoalbuminemia tidak disertai dengan edema.[24,25]

Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis hipoalbuminemia ditegakkan melalui pemeriksaan kadar serum albumin dalam darah. Selain itu, pemeriksaan laboratorium juga dilakukan untuk menegakkan diagnosis penyakit yang mendasari.

Pemeriksaan Serum Albumin

Langkah awal dalam menegakkan diagnosis hipoalbuminemia adalah melalui pemeriksaan kadar serum albumin dalam darah.  Nilai normal kadar serum albumin pada orang dewasa berkisar antara 3,5−4,5 g/dL. Klasifikasi hipoalbuminemia berdasarkan hasil pemeriksaan kadar albumin serum dalam darah terbagi menjadi dua kategori, yaitu:

  • Hipoalbuminemia berat dengan albumin serum <2,5 g/dL
  • Hipoalbuminemia ringan dengan albumin serum 2,5−3,5 g/dL [1,3,21]

Pemeriksaan Rasio Albumin Kreatinin Urin

Tes rasio albumin kreatinin urin merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk membandingkan jumlah albumin terhadap jumlah kreatinin di dalam urin. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi gangguan ginjal dan mikroalbuminuria serta makroalbuminuria.[5]

Pemeriksaan Laboratorium Lain

Pada pemeriksaan laboratorium lain dapat ditemukan peningkatan enzim hepar, hasil pemeriksaan koagulasi yang abnormal pada sirosis hepar. Penurunan jumlah limfosit dan blood urea nitrogen (BUN) ditemukan pada kondisi malnutrisi. Peningkatan kreatinin, ureum serta hiperlipidemia dapat dijumpai pada sindrom nefrotik. Pemeriksaan kadar C-reactive protein (CRP)  darah yang tinggi  menandakan sedang berlangsungnya proses inflamasi pada tubuh. [9,15,20,21,23]

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan ultrasonografi hepar dilakukan untuk mendeteksi sirosis hepar. Pemeriksaan rontgen toraks untuk mendeteksi keadaan inflamasi dan infeksi paru yang menyebabkan hipoalbuminemia, serta kondisi efusi pleura. Sedangkan pemeriksaan ekokardiografi digunakan untuk mendeteksi congestive heart failure. [21,23,26]

Referensi

1. Akirov A, Iraqi-Masri H, Atamna A, et al. Low Albumin Levels Are Associated with Mortality Risk in Hospitalized Patients. The American Journal of Medicine.2017;130(1465):11-19 https://doi.org/10.1016/j.amjmed.2017.07.020
3. Ilmiah M, Anniwati L, Soehartini. Metode Bromcresol Green (BCG) dan Bromcresol Purple (BCP) pada Sirosis Hepar yang Mendapat Infus Albumin. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory. 2014;20(2) : 73-79 http://dx.doi.org/10.24293/ijcpml.v20i2.1070
5. Perinandika T, Rachmadi D, Dwiyatnaningrum A. A Study of Hypoalbuminemia and Pleural Effusion In Pediatric Nephrotic Syndrome. Althea Medical Journal 2017;4(2) :188-91
http://dx.doi.org/10.15850/amj.v4n2.1075
6. Soeters PB, Wolfe R, Shenkin A, et al. Hypoalbuminemia: Pathogenesis and Clinical Significance. Journal of Parenteral and Enteral Nutrition. 2018;43(2) :181-93 https://doi.org/10.1002/jpen.1451
8. Levitt D, Levitt M. Human Serum Albumin Homeostasis: A New Look at The Roles of Synthesis, Catabolism, Renal and Gastrointestinal Excretion, and The Clinical Value of Serum Albumin Measurements. International Journal of General Medicine. 2016;9: 229-55 https://doi.org/10.2147/IJGM.S102819
21. Peralta R, Pinsky M. Hypoalbuminemia. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/166724-overview
22. Naddei R, Orlando F, et al. Differential diagnosis of hypoalbuminemia in childhood: protein losing enteropathy associated to systemic lupus erythematosus in a young boy. European Journal of Gastroenterology & Hepatology. 2020; 32(1):127–32. DOI: 10.1097/MEG.0000000000001480
23. Tufoni M, Zaccherini G, Caraceni P, et al. Albumin: Indications in chronic liver disease. United European Gastroenterology Journal. 2020; 0(0):1-8 https://doi.org/10.1177/2050640620910339
24. Caio G, Volta U, Sapone A, et al. Celiac Disease: a Comprehensive Current Review. BMC Medicine.2019; 17(142):1-20. https://doi.org/10.1186/s12916-019-1380-z
25. Meena D, Kumar D, et al. Hypoalbuminemia and Generalized Edema as an Atypical Presentation of Celiac Disease. Journal of Family Medicine and Primary Care. 2020; 9(2):1206-08. DOI: 10.4103/jfmpc.jfmpc_1116_19
26. Bonilla LJ, Luis A, et al. Hypoalbuminemia in Acute Heart Failure Patients: Causes and Its Impact on Hospital and Long-Term Mortality. Journal of
Cardiac Failure. 2014; 20(5):350-58 http://dx.doi.org/10.1016/j.cardfail.2014.01.016

Epidemiologi Hipoalbuminemia
Penatalaksanaan Hipoalbuminemia

Artikel Terkait

  • Rasionalisasi Pemberian Albumin Intravena
    Rasionalisasi Pemberian Albumin Intravena
  • Hipoalbuminemia sebagai Faktor Prognostik COVID-19
    Hipoalbuminemia sebagai Faktor Prognostik COVID-19
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 14 Januari 2024, 18:19
Bagaimana pemberian albumin pada hipoalbuminemia pasien anak dengan dengue fever?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, mohon diskusi terkait tatalaksana/pemberian albumin pada hipoalbuminemia pasien anak dengan dengue feverBila memungkinkan dengan sumber rujukan...
dr.Yusman Akbar
Dibalas 05 Desember 2019, 07:21
Keluhan kaki bengkak disertai dengan oliguria
Oleh: dr.Yusman Akbar
10 Balasan
Mohon bantuan sejawat semua kita kira penangan pasien dengan kaki bengkak dan buang air kecil sehari 100 cc sejak 5 bulan yang lalu, hasil lab terlampir,...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.