Pendahuluan Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi penurunan kadar gula darah di bawah normal, yang sering dialami oleh pasien diabetes. Seseorang dikatakan mengalami hipoglikemia jika kadar glukosa plasma di bawah 70 mg/dl, dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala hipoglikemia.
Pada kebanyakan kasus, tanda dan gejala hipoglikemia baru muncul bila kadar glukosa plasma turun hingga di bawah 55 mg/dl. Sementara itu, pada neonatus cut off kadar glukosa plasma yang digunakan adalah di bawah 45 mg/dl.[1-3]
Pada fase akut, terjadinya hipoglikemia dipengaruhi oleh tiga mekanisme kontra regulasi. Ini mencakup penurunan sekresi insulin, glukoneogenesis dan glikogenesis, serta sekresi glukagon dan epinefrin adrenomedular.[4]
Etiologi hipoglikemia antara lain adalah konsumsi obat penginduksi insulin, penyakit kronik seperti gagal ginjal yang menurunkan sekresi insulin, sepsis, gangguan hormonal, dan tumor. Pada neonatus dan bayi, etiologi tersering hipoglikemia adalah inborn errors of metabolism (IEM).[4-6]
Diagnosis hipoglikemia ditegakkan apabila ditemukan kadar glukosa plasma di bawah 70 mg/dl dengan atau tanpa manifestasi klinis. Apabila muncul gejala, pasien bisa mengalami sulit berkonsentrasi, lelah, pusing, gemetar, pucat, keringat dingin, dan jantung berdebar. Gejala umumnya membaik ketika pasien mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat.
Penatalaksanaan hipoglikemia dibagi berdasarkan derajat keparahan kondisi hipoglikemia. Pada hipoglikemia ringan dan pasien dapat mentoleransi terapi per oral, dapat diberikan karbohidrat per oral seperti jus buah. Pada pasien hipoglikemia berat dan disertai dengan penurunan kesadaran, dapat diberikan dextrose intravena.[1,4]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita