Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Gastroenteritis kirti 2024-12-20T14:21:07+07:00 2024-12-20T14:21:07+07:00
Gastroenteritis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Pasien Dewasa - Panduan E-prescription
  • Pasien Anak - Panduan E-prescription

Diagnosis Gastroenteritis

Oleh :
dr. Regina Putri Apriza
Share To Social Media:

Diagnosis gastroenteritis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis meliputi karakteristik dari diare. Selain itu, perlu diperhatikan tanda dehidrasi untuk penatalaksanaan lebih lanjut.

Anamnesis

Anamnesis pada gastroenteritis dimulai dari penentuan apakah diare yang terjadi merupakan diare primer atau diare sekunder. Perlu ditanyakan karakteristik diare atau muntah yang dialami seperti warnanya, apakah terdapat darah maupun mukus, apakah sangat berair, apakah berbau busuk, dan apakah disertai perut kembung.[3,17]

Anamnesis berikutnya adalah untuk mengevaluasi berat gejala dan komplikasi. Pertanyaan lebih detail diperlukan untuk mengukur derajat dehidrasi dan derajat kehilangan elektrolit seperti onset, durasi, frekuensi, volume diare, seberapa banyak cairan yang mampu diminum selama diare. Perlu juga ditanyakan apakah terdapat penurunan volume maupun frekuensi BAK, serta apakah urine berwarna pekat atau tidak.[17]

Berikutnya dapat ditanyakan gejala lainnya seperti nyeri abdomen (lokasi, kualitas, penjalaran, VAS, onset), tanda-tanda infeksi seperti demam, myalgia, dan ruam kulit. Pada riwayat penyakit sebelumnya, pasien perlu ditanyakan apakah memiliki riwayat imunodefisiensi terutama pada diare kronik, riwayat penggunaan antibiotik, makanan atau minuman yang terakhir dikonsumsi, serta riwayat bepergian ke daerah endemik.[17,18]

Pada gastroenteritis virus, umumnya gejala yang muncul berupa diare, muntah, demam tinggi, nyeri abdomen, dan rewel pada anak. Sementara pada gastroenteritis bakteri, gejala dapat berupa diare berdarah disertai mukus dan nyeri abdomen berat. Diare akibat etiologi tertentu dapat menyebabkan gejala yang khas. Misalnya, pada infeksi Vibrio cholera, dapat ditemukan diare seperti air cucian beras. Sementata itu, infeksi giardia dapat ditandai dengan diare berbau busuk disertai perut kembung.[18]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada gastroenteritis bertujuan untuk memperkirakan derajat dehidrasi dan mencari tanda-tanda penyakit penyerta. Gejala dan tanda dehidrasi perlu dicari dan harus ditentukan derajat dehidrasinya.

Bila didapatkan nafas cepat dalam dapat dicurigai adanya asidosis metabolik. Pada keadaan kembung, perlu diperhatikan adanya ileus paralitik.[17–19]

Tanda adanya dehidrasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu tanda utama dan tanda tambahan. Tanda utama adalah penurunan kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit melambat. Tanda tambahan adalah ubun-ubun besar cekung, mata cowong, air mata kurang, serta mukosa mulut dan bibir kering.[17–19]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding gastroenteritis dapat dibuat berdasarkan diagnosis banding organisme kausalnya (gastroenteritis viral, bakterial, ataupun fungal), dan juga bisa dibuat berdasarkan diagnosis banding derajat dehidrasi.[17]

Selain itu, diagnosis banding gastroenteritis juga bisa dibuat berdasarkan penyakit yang mendasari ataupun penyakit lain dengan tanda dan gejala yang mirip, misalnya apendisitis, ketoasidosis diabetik, inflammatory bowel disease, pielonefritis, hepatitis, intususepsi, keracunan zat-zat eksternal, gangguan malabsorpsi, intoleransi laktosa, dan penyakit Crohn.[17]

Jika terdapat riwayat penggunaan antibiotik pasca rawat inap, perlu dipikirkan adanya Clostridium difficile colitis.[20]

Diagnosis Banding dan Komorbiditas pada Anak

Diagnosis banding dari gastroenteritis pada anak meliputi meningitis, pneumonia dan apendisitis.

Meningitis:

Pada anak dengan gastroenteritis, perlu dicermati tanda ensefalopati atau kejang. Diagnosis banding pada anak dengan kejang dan diare termasuk hipoglikemia, hiponatremia, ensefalopati, meningitis dan kejang demam. Pada anak dengan meningitis, rangsang meningeal bisa saja tidak terlihat. Maka, pemeriksaan neurologi abnormal perlu dilakukan jika dicurigai meningitis.[20]

Pneumonia:

Pneumonia komorbid akibat diare perlu diperhatikan pada anak-anak. WHO menggunakan parameter frekuensi napas anak sebagai berikut:

  • Bayi <2 bulan: >60 kali/menit
  • Bayi 2–12 bulan: >50 kali/menit
  • Anak 1–5 tahun: >40 kali/menit
  • Anak ≥5 tahun: >20 kali/menit

Jika takipnea terdeteksi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang pneumonia.[20]

Appendicitis:

Nyeri perut merupakan salah satu tanda dan gejala dari gastroenteritis. Namun, pada populasi anak, appendicitis dapat ditemukan bersamaan dengan gastroenteritis dan nyeri perut. Jika nyeri perut yang ditemukan tidak sesuai dengan tanda dan gejala gastroenteritis, appendicitis perlu ditegakkan.[20]

Pemeriksaan Penunjang

Sebagian besar pasien dengan kasus diare tanpa dehidrasi atau dehidrasi ringan tidak memerlukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut, tetapi berbeda pada kasus dengan dehidrasi berat. Pada kasus dengan dehidrasi berat, diperlukan berbagai pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan feses mikrobiologi, pemeriksaan darah lengkap, dan pemeriksaan elektrolit.

Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan darah dengan phlebotomy dapat dilihat untuk melihat kadar leukosit. Temuan leukositosis dapat mengindikasikan terjadinya gastroenteritis akibat bakteri.[18]

Pemeriksaan Elektrolit

Berdasarkan kadar Natrium dalam plasma, jenis dehidrasi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu dehidrasi hiponatremia (<130 mEq/L), isonatremia (130-150 mEq/L), dan hipernatremia (>150 mEq/L). Dehidrasi isonatremia dapat bermanifestasi sebagai syok hipovolemik, sementara dehidrasi hipernatremik pada konsentrasi >165 mmol/L dapat memicu terjadinya kejang.[18]

Analisa Gas Darah (AGD)

Pada keadaan yang berat, dapat terjadi asidosis metabolik, sehingga analisis gas darah sebaiknya dilakukan pada keadaan ini. Dehidrasi sangat berat juga dapat menyebabkan gagal ginjal akut, sehingga pengukuran kadar serum ureum dan kreatinin sebaiknya dilakukan untuk memeriksa fungsi ginjal.[21]

Pemeriksaan Mikrobiologi

Pemeriksaan feses lengkap (FL) dilakukan untuk menentukan etiologi yang definitif. Pada infeksi Entamoeba histolytica, dapat ditemukan tropozoit dan sel-sel darah merah. Pada infeksi Clostridium difficile atau pseudomembranous colitis, dapat ditemukan leukosit fekal >5 sel/lapang pandang, dan tampak basil gram positif dengan spora-spora oval subterminal.[21]

Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologis seperti foto abdomen tidak diindikasikan pada gastroenteritis akut. Apabila klinisi mencurigai adanya diagnosis lain, dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan. CT scan dapat dilakukan jika nyeri abdomen sangat berat, dan dicurigai adanya perforasi, obstruksi usus, ataupun megakolon toksik (Hirschsprung disease toksik).[2]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Riawati

Direvisi oleh: dr. Meva Nareza Trianita

Referensi

2. Medscape. Viral gastroenteritis. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/176515-overview#a4
3. Alexandraki, Smetana. Acute viral gastroenteritis in adults. Uptodate. 2021.
17. Medscape. Pediatric gastroenteritis. https://emedicine.medscape.com/article/964131-overview#a4
18. Indriyani DP, Putra IG. Penanganan terkini diare pada anak: tinjauan pustaka. Intisari Sains Medis. 2020. DOI: https://doi.org/10.15562/ism.v11i2.848
19. WHO. The treatment of diarrhoea: A manual for physicians and other senior health workers. 2017; http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/9241593180/en/
20. Harris, Pietroni. Approach to the child with acute diarrhea in resource-limited countries. Uptodate. 2024. https://www.uptodate.com/contents/approach-to-the-child-with-acute-diarrhea-in-resource-limited-settings
21. Singh A, F.M. Acute Gastroenteritis--An Update. EBM: Pediatric Emergency Medicine Practice. 2010. https://www.cmua.nl/cmua/Kindergeneeskunde_files/EMPediatric%20Gastro%20enteritis%202010.pdf

Epidemiologi Gastroenteritis
Penatalaksanaan Gastroenteritis

Artikel Terkait

  • Efektivitas dan Keamanan Ondansetron pada Gastroenteritis Anak
    Efektivitas dan Keamanan Ondansetron pada Gastroenteritis Anak
  • Pedoman Penanganan Gastroenteritis dari IDSA 2017 dan Penerapannya di Indonesia
    Pedoman Penanganan Gastroenteritis dari IDSA 2017 dan Penerapannya di Indonesia
  • Kontroversi Penggunaan Obat Antimotilitas dalam Penanganan Diare
    Kontroversi Penggunaan Obat Antimotilitas dalam Penanganan Diare
  • Terapi Cairan Intravena pada Anak
    Terapi Cairan Intravena pada Anak
  • Prinsip Tata Laksana Diare pada Anak
    Prinsip Tata Laksana Diare pada Anak

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 07 November 2024, 17:21
Diare pada penderita diabetes melitus dengan ulkus diabetikum
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin bertanya dok, pada pasien diabetes melitus dengan ulkus diabetikum dan mengalami diare, secara patofisiologi diarenya ini disebabkan karena neuropati...
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 13 Januari 2025, 08:25
Periksa feses bayi dan anak dengan BITSS (Brussels Infant Toddler Stool Scale)
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
5 Balasan
ALO Dokter!Sudah taukah? Ada skala visual Brussels Infant and Toddler Stool Scale (BITSS), yang baru-baru ini telah dikembangkan untuk menggambarkan dan...
Anonymous
Dibalas 21 Oktober 2024, 18:24
Diare lendir darah pasien dewasa sudah diterapi dengan antibiotik yang tidak kunjung membaik
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokter. Saya mempunyai pasien wanita usia 26 tahun dengan keluhan nyeri uluhati, seperti melilit perut bagian kiri bawah, BAB lendir darah >10x dan mual...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.