Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Porfiria general_alomedika 2023-02-07T10:18:58+07:00 2023-02-07T10:18:58+07:00
Porfiria
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Porfiria

Oleh :
dr.Adrian Prasetio SpKJ
Share To Social Media:

Modalitas diagnosis utama porfiria adalah pemeriksaan level aminolevulinic acid (ALA), porphobilinogen (PBG), dan porfirin dalam urine. Selain itu, pemeriksaan darah dan feses juga dapat membantu penegakkan diagnosis. Tanda dan gejala klinis porfiria dapat menyerupai penyakit lain sehingga peran pemeriksaan urine, darah, dan feses sangat penting dalam diagnosisnya.

Anamnesis

Pada porfiria akut, keluhan yang sering ditemukan adalah nyeri abdomen yang bersifat intermiten dan kolik serta menjalar ke punggung, dada, dan ekstremitas. Keluhan lain adalah mual, muntah, dan konstipasi. Kecurigaan porfiria harus dipertimbangkan pada pasien dengan nyeri abdomen berulang yang sulit dijelaskan dan disertai dengan defisit neurologis atau kelemahan otot.

Nyeri abdomen pada pasien porfiria jarang disertai demam, leukositosis, maupun tanda iritasi peritoneal. Nyeri dapat berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari. Pada fase akut, dapat ditemukan perubahan perilaku seperti kecemasan, gelisah, dan insomnia meskipun jarang. Pasien dengan porfiria kutaneus seperti porfiria variegate, koproporfiria herediter, dan porfiria kutaneus tarda dapat datang dengan lesi kulit setelah terpapar sinar matahari.[1-3,7]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik umumnya nyeri abdomen tidak dapat dilokalisasi dan tidak disertai tanda iritasi peritoneum. Selain itu, dapat ditemukan tanda-tanda neurologis dan dermatologis yang abnormal.

Tanda-tanda Neurologis

Pasien dapat menunjukkan disfungsi otonom seperti takikardia, hipertensi, diaphoresis, dan paresis vesica urinaria. Neuropati perifer seperti kelemahan otot, gangguan sensorik, nyeri punggung dan tungkai, refleks tendon menurun atau hilang, serta neuropati kranial juga dapat terjadi. Neuropati bersifat simetris dan bermula dari bagian proksimal tungkai.

Beberapa pasien dapat mengalami ensefalopati yang disertai disorientasi, halusinasi, paranoid, pandangan buram, nistagmus, ataksia serebelum, dan tanda Babinski positif. Pada kondisi neurologis yang berat, terjadi paralisis otot, koma, gagal napas, kejang, dan kematian. Selain itu, tanda khas lain adalah urine dapat berwarna merah muda, merah, atau hitam, yang menjadi semakin gelap dengan paparan cahaya, udara, atau kehangatan.[3,4,7,11]

Tanda-tanda Dermatologis

Pasien dengan porfiria kutaneus seperti porfiria variegate, koproporfiria herediter, dan porfiria kutaneus tarda dapat memiliki lesi kulit melepuh, milia, dan jaringan parut. Distribusi lesi kulit tergantung pada paparan sinar matahari. Pada protoporfiria eritropoietik dan protoporfiria X-linked juga didapatkan lesi fotosensitif, tetapi pasien mengeluhkan rasa terbakar, nyeri hebat, eritema, dan edema pada kulit yang terpapar sinar matahari.[3,5,7]

Pasien dengan porfiria eritropoietik kongenital dapat datang dengan lesi fotosensitivitas disertai hemolisis kronik dengan tampilan bula, jaringan parut, dan kerusakan jaringan pada daerah yang terkena sinar seperti tangan, leher, hidung, dan kelopak mata.[3]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding porfiria adalah akut abdomen, tirosinemia tipe I, dan keracunan timah. Pada umumnya, diagnosis bisa dibedakan melalui pemeriksaan urine, darah, dan feses, serta melalui pemeriksaan penunjang lain seperti USG, MRI dan CT.[2,8]

Akut Abdomen

Akut abdomen dapat disebabkan oleh apendisitis, kolesistitis, pankreatitis, dan kondisi lainnya. Nyeri yang dialami bisa menyerupai porfiria, tetapi umumnya tidak disertai gejala neurologis. Dokter juga dapat membedakan diagnosis dengan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah, USG, dan CT scan.

Tirosinemia Tipe 1

Tirosinemia tipe 1 diakibatkan oleh akumulasi suksinilaseton yang menginhibisi aminolevulinic acid dehydratase. Tanda dan gejala tirosinemia tipe 1 mirip dengan porfiria akut. Untuk membedakannya, dokter dapat melakukan pemeriksaan urine.[1,3]

Keracunan Timah

Keracunan timah bisa memiliki tanda dan gejala yang mirip porfiria. Keracunan timah menyebabkan inhibisi aminolevulinic acid dehydratase (ALAD) yang mirip dengan porfiria defisiensi ALAD. Namun, pada keracunan timah, aktivitas enzim ALAD dapat dipulihkan dengan menambahkan zinc ionik. Selain itu, pasien juga memiliki anemia mikrositik yang tidak umum ditemukan pada porfiria defisiensi ALAD.

Tanda lain yang juga dapat membedakan porfiria defisiensi ALAD dengan keracunan timah adalah “garis timah”, yakni sebuah hiperpigmentasi kebiruan di garis antara gusi dan gigi.[1]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan level aminolevulinic acid (ALA), porphobilinogen (PBG), dan porfirin dalam urine merupakan metode diagnosis utama porfiria. Selain itu, pemeriksaan darah dan feses juga dapat membantu. Namun, pada pasien karier dan pasien dalam fase remisi, pemeriksaan urine, feses, dan darah mungkin tampak normal.[3]

Pemeriksaan Urine

Pemeriksaan urine pada porfiria akut dapat menemukan elevasi aminolevulinic acid (ALA), porphobilinogen (PBG), dan porfirin. Bila hasil tampak normal pada pasien yang dicurigai mengalami serangan akut, diagnosis porfiria dapat disingkirkan. Sampel urine yang terbaik untuk menilai PBG adalah sampel urine 10 ml pada pagi hari yang tidak terpapar cahaya dan diambil saat pasien memiliki gejala akut.

Pemeriksaan PBG pada pasien porfiria intermiten akut akan tetap menunjukkan peningkatan signifikan meskipun tidak ada gejala. Sebaliknya, hasil dapat tampak normal pada pasien porfiria variegate dan koproporfiria herediter dalam rentang waktu 1–2 minggu setelah serangan akut. Urine yang berwarna merah cukup khas terjadi pada porfiria eritropoietik kongenital.[2,3,5,7]

Pemeriksaan Darah

Pada porfiria kutaneus, pemeriksaan spektroskopi dengan fluoresensi dilakukan untuk menilai porfirin plasma. Puncak emisi yang lebih besar dari 624 nm bersifat diagnostik untuk porfiria variegate. Apabila lebih rendah dari 624 nm, maka klinisi perlu melakukan analisis feses untuk menyingkirkan diagnosis porfiria intermiten akut dan koproporfiria herediter.

Pemeriksaan darah juga mungkin menunjukkan leukositosis ringan. Pada pemeriksaan fungsi hati, umumnya ditemukan peningkatan transaminase ringan.[2,7,8,11]

Diagnosis protoporfiria eritropoietik dan protoporfiria X-linked ditentukan melalui peningkatan protoporfirin bebas besi (>4.500 nmol/liter) pada hemolyzed anticoagulated whole blood. Hasil lain yang bisa terlihat dalam pemeriksaan darah adalah defisiensi besi dan anemia mikrositik.[1]

Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan tinja pada porfiria menilai koproporfirin dan protoporfirin. Pada pasien dengan koproporfiria herediter didapatkan peningkatan koproporfirin III, sedangkan pada pasien porfiria variegate didapatkan peningkatan protoporfirin IX.[1,2]

Pemeriksaan Erythrocyte Uroporphyrinogen Decarboxylase

Pemeriksaan enzim ini bersifat spesifik pada kondisi porfiria kutaneus tarda, di mana terjadi penurunan aktivitas enzim.[2]

Pemeriksaan Elektrolit

Pada pasien dengan porfiria umumnya ditemukan hiponatremia. Hiponatremia diduga terjadi akibat syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion (SIADH) karena kerusakan bagian otak melalui paparan porfirin berlebihan. Hasil pemeriksaan lain yang dapat ditemukan dalam serangan akut adalah hipomagnesemia.[2,11]

Pemeriksaan Genetik

Pemeriksaan genetik dilakukan pada seseorang dengan riwayat porfiria pada keluarga. Empat gen yang diperiksa pada porfiria akut adalah ALAD, HMBS, CPOX, dan PPOX. Setelah didapatkan mutasi genetik, tes lanjutan dapat dilakukan pada anggota keluarga yang berisiko.[2,7,11]

Pencitraan

CT scan dapat dilakukan untuk menyingkirkan kondisi lain yang menyebabkan nyeri abdomen bila diperlukan. USG hati dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya komplikasi karsinoma hepatoselular pada kasus porfiria berat. MRI otak dapat mendeteksi kelebihan porfirin dalam kondisi porfiria intermiten akut dengan tampilan lesi pada white matter subkortikal multipel, yang berkurang dengan pemberian infus glukosa dan hematin.[2,5]

Referensi

1. Stölzel U, Doss MO, Schuppan D. Clinical Guide and Update on Porphyrias. Gastroenterology. 2019;157(2):365-381.e4. doi:10.1053/j.gastro.2019.04.050
2. Chiang B. Porphyria. Medscape. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/1389981-overview#a5
3. Karim Z, Lyoumi S, Nicolas G, et al. Porphyrias: A 2015 update. Clin Res Hepatol Gastroenterol. 2015 Sep;39(4):412-25. doi:10.1016/j.clinre.2015.05.009
4. Edel Y, Mamet R. Porphyria: What Is It and Who Should Be Evaluated? Rambam Maimonides Med J. 2018 Apr 19;9(2):e0013. doi:10.5041/RMMJ.10333
5. Dawe R. An overview of the cutaneous porphyrias. F1000Res. 2017 Oct 30;6:1906. doi:10.12688/f1000research.10101.1
7. Stein PE, Badminton MN, Rees DC. Update review of the acute porphyrias. Br J Haematol. 2017 Feb;176(4):527-538. doi:10.1111/bjh.14459
8. Kothadia JP, LaFreniere K, Shah JM. Acute Hepatic Porphyria. StatPearls Publishing. 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537178/
11. Gonzalez-Mosquera LF, Sonthalia S. Acute Intermittent Porphyria. StatPearls Publishing. 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547665/

Epidemiologi Porfiria
Penatalaksanaan Porfiria

Artikel Terkait

  • Pendekatan Diagnostik Neuropati Perifer
    Pendekatan Diagnostik Neuropati Perifer
Diskusi Terbaru
dr. Ade Wijaya SpN
Dibalas kemarin, 14:17
Fitur Ulasan Pasien di dalam MyPatient - Aplikasi Alomedika
Oleh: dr. Ade Wijaya SpN
7 Balasan
AlodokterSekarang ada option respon terhadap ulasan pasien.Ini fungsinya apa ya?Mohon info.Terima kasih.
Anonymous
Dibalas kemarin, 08:02
Suplemen Ibu Hamil apakah perlu tambah suplemen kalsium dan Fe
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, apakah konsumsi folamil untuk bumil sudah cukup? atau perlu tambah suplemen kalsium atau fe dari luar? 🙏
dr.Suyanti, Sp.T.H.T.B.K.L
Dibalas kemarin, 08:13
Benda Asing Hipofaring- ALOPALOOZA THT-KL
Oleh: dr.Suyanti, Sp.T.H.T.B.K.L
4 Balasan
pasien wanita 52 tahun, datang dengan keluhan nyeri serta sulit saat menelan dan terasa tertusuk kurang lebih 1 jam setelah mengkonsumsi oncom..dilakukan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.