Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Botulisme general_alomedika 2024-03-27T15:22:18+07:00 2024-03-27T15:22:18+07:00
Botulisme
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Botulisme

Oleh :
dr. Giovanni Gilberta
Share To Social Media:

Penatalaksanaan kasus botulisme secara umum dapat terbagi menjadi tata laksana suportif, pemberian antitoksin, dan penggunaan antibiotik.[3]

Berobat Jalan

Pasien dengan botulisme yang simtomatik tidak direkomendasikan untuk berobat jalan. Hal ini karena pemberian antibiotik maupun antitoksin botulisme yang dilakukan secara intravena serta diperlukannya terapi suportif seperti intubasi. Akan tetapi, pada mereka yang asimtomatik dengan tanda infeksi yang tidak jelas dapat diperbolehkan untuk pulang dan melakukan self monitoring.[25]

Persiapan Rujukan

Pasien yang dicurigai mengalami botulisme harus dirujuk dari fasilitas kesehatan primer ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. Stabilisasi hemodinamik dan jalan napas harus dilakukan sebelum merujuk, terutama pada mereka yang datang dengan klinis gagal napas.[25]

Medikamentosa

Terapi medikamentosa untuk botulisme meliputi pemberian antitoksin yang berisi antibodi untuk toksin botulinum atau antibiotik dengan pilihan utama penicillin sebagai terapi definitif.[23]

Antitoksin

Antitoksin berisi antibodi yang bekerja terhadap toksin tipe spesifik pada sirkulasi tubuh penderita. Antibodi secara langsung mencegah efek toksin botulinum yang bekerja di membran presinaps atau terminal saraf. Terdapat dua jenis antitoksin yang tersedia saat ini, yaitu antitoksin yang berasal dari kuda (equine-source) dan yang berasal dari manusia yaitu botulism immune globulin intravenous (human) (BIV-Ig).[3,7,8]

Antitoksin yang Berasal dari Kuda (Equine-Source):

Satu-satunya terapi spesifik yang disetujui untuk botulisme non-infant adalah antitoksin yang berasal dari kuda. Antitoksin yang berasal dari kuda bersifat heptavalen dan mengandung antibodi terhadap 7 serotipe toksin tipe A hingga G.

Dosis penggunaan adalah 1 vial per pasien dan digunakan secara dosis tunggal. Sebelum pemberian, penderita perlu melakukan skin test terlebih dahulu karena sebanyak 9% orang dapat mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap regimen ini.[3,8]

Botulism Immune Globulin Intravenous (human) (BIV-Ig):

Antitoksin botulism immune globulin intravenous (human) (BIV-Ig) berasal dari manusia dan diindikasikan pada kasus botulisme tipe infant. Antitoksin ini mengandung plasma donor untuk menetralisasi toksin botulinum.

Pemberian dilakukan secara dosis tunggal sebanyak 50 mg secara intravena. Setiap dosis mengandung 15 IU antibodi terhadap toksin A dan 4 IU antibodi terhadap toksin B. Penggunaan dalam 7 hari perawatan terbukti mengurangi durasi rawat dan biaya di rumah sakit.[5,7,21]

Antibiotik

Penggunaan antibiotik diindikasikan pada kasus infeksi bakteri sekunder terkait dengan botulisme maupun pada kasus botulisme tipe wound. Antibiotik terpilih yang digunakan adalah penicillin G dengan dosis 250.000–400.000 U/kg/hari yang diberikan selama 10-14 hari.

Alternatif antibiotik lain yang dapat digunakan adalah metronidazole, dengan dosis yang digunakan pada infeksi bakteri anaerob, yaitu dosis awal 15 mg/kgBB IV (tidak melebihi 4 gram/hari) dan dilanjutkan dengan dosis maintenance 7,5 mg/kgBB PO/IV setiap 6 jam selama 7–10 hari (atau 2–3 minggu jika gejala parah).

Penggunaan aminoglikosida seperti gentamicin dan tobramycin dihindari pada kasus botulisme karena berpotensi dapat meningkatkan efek paralisis dan memicu gagal napas pada penderita. Hal ini terjadi karena aminoglikosida mengurangi pelepasan asetilkolin dari terminal saraf diafragma.[3,5,21,22]

Pembedahan

Pembedahan pada botulisme dilakukan terutama pada tipe wound untuk tujuan pembersihan luka, debridemen, dan drainase sebagai fokus infeksi. Pada keadaan ini, antibiotik dapat diberikan sesuai dengan rekomendasi, dengan pilihan utama penicillin G.[23–26]

Terapi Suportif

Penderita yang sakit atau dicurigai menderita botulisme perlu mendapatkan perawatan di rumah sakit agar mendapatkan observasi lebih lanjut. Evaluasi terkait sistem pernapasan, seperti spirometri, oksimetri, kapasitas vital perlu dilakukan secara berkala. Pada kasus botulisme tipe wound, pembersihan luka dan debridemen penting untuk dilakukan.

Selain respirasi, fokus tata laksana suportif adalah jalan napas atau airway. Tindakan intubasi dan ventilasi mekanik dapat dipertimbangkan pada penderita dengan kapasitas vital kurang dari 30%, paralisis progresif, disertai dengan hipoksemia dan hiperkarbia. Penggunaan ventilasi mekanik dapat berlangsung dalam beberapa minggu pada kasus yang parah.[3,6,21,23]

Trakeostomi dapat dilakukan untuk mengatasi sekret yang berlebih. Enema dan katartika dapat membantu mengeluarkan toksin botulinum yang belum diserap oleh intestinal. Akan tetapi, harus dipastikan bahwa pasien mempunyai bising usus yang normal.[3,6,21]

Selain sistem pernapasan, gastric lavage dan cathartics atau whole bowel irrigation juga dapat dipertimbangkan pada botulisme tipe foodborne. Tujuan dilakukan hal ini adalah untuk dekontaminasi gastrointestinal dengan membersihkan spora dan toksin.

Rehabilitasi

Meskipun telah diberikan antitoksin, paralisis pada penderita masih dapat dialami karena ikatan toksin yang bersifat ireversibel. Akan tetapi, seiring dengan progresivitas proses penyembuhan, proses rehabilitasi dapat dilakukan untuk membantu penderita dalam mengembalikan fungsi otot pernapasan.[3,6]

Kerja sama proses rehabilitasi dapat dilakukan oleh spesialis rehabilitasi medik yang biasanya memberikan program jangka panjang kepada penderita. Selain itu, kerja sama dalam proses rehabilitasi juga dilakukan untuk meningkatkan range of motion  dan membantu penderita untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.[3,6]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

3. Carrillo-Marquez M. Botulism. Pediatrics in Review. 2016;37(5):183-192.
5. Rosow L, Strober J. Infant Botulism: Review and Clinical Update. Pediatric Neurology. 2015;52(5):487-492.
6. Chan-Tack K. Botulism: Practice Essentials, Background, Pathophysiology. Emedicine.medscape.com. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/213311-overview
7. Payne J, Khouri J, Jewell N, et al. Efficacy of Human Botulism Immune Globulin for the Treatment of Infant Botulism: The First 12 Years Post Licensure. The Journal of Pediatrics. 2018;193:172-177.
8. Chalk C, Benstead T, Pound J, et al. Medical treatment for botulism. Cochrane Database of Systematic Reviews. 2019;2019(4):1-25.
21. Thwaites C. Botulism and tetanus. Medicine. 2017;45(12):739-742.
22. Medscape. Metronidazole. https://reference.medscape.com/drug/flagyl-metronidazole-342566
23. Jeffery IA, Karim S. Botulism. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459273/
24. Lonati D, Schicchi A, Crevani M, Buscaglia E, Scaravaggi G, Maida F, Cirronis M, Petrolini VM, Locatelli CA. Foodborne Botulism: Clinical Diagnosis and Medical Treatment. Toxins (Basel). 2020 Aug 7;12(8):509. doi: 10.3390/toxins12080509. PMID: 32784744; PMCID: PMC7472133.
25. Rao AK, Sobel J, Chatham-Stephens K, Luquez C. Clinical Guidelines for Diagnosis and Treatment of Botulism, 2021. MMWR Recomm Rep. 2021 May 7;70(2):1-30. doi: 10.15585/mmwr.rr7002a1. PMID: 33956777; PMCID: PMC8112830.
26. Tiwari A, Nagalli S. Clostridium Botulinum. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553081/

Diagnosis Botulisme
Prognosis Botulisme

Artikel Terkait

  • Botulisme Iatrogenik, Efek Samping Langka Akibat Injeksi Botox
    Botulisme Iatrogenik, Efek Samping Langka Akibat Injeksi Botox
Diskusi Terkait
dr.Peter Fernando
Dibuat 06 Agustus 2023, 08:58
Mnemonic #25 : Gejala Botulisme
Oleh: dr.Peter Fernando
0 Balasan
B - Bicara tergangguO - Otot lumpuh (Paralisis) T - Tidak bisa menelan (Swallowing difficulty) O - Penglihatan gandaL - Lemas (Lethargy)Catatan :Mnemonic...
Anonymous
Dibalas 03 Desember 2020, 13:24
Pemberian bee pollen dan madu untuk bayi
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Selamat siang, Dok, apakah bee pollen sama dengan madu, tidak diperbolehkan utnuk diberikan pada anak bayi? atau apakah sebenarnya boleh diberikan untuk anak...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.