Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Atrial Flutter general_alomedika 2023-08-24T13:26:30+07:00 2023-08-24T13:26:30+07:00
Atrial Flutter
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Atrial Flutter

Oleh :
dr. Mia Amelia Mutiara Salikim
Share To Social Media:

Tujuan penatalaksanaan dari atrial flutter adalah kontrol laju ventrikular, mengembalikan irama sinus, pencegahan episode rekuren atau mengurangi frekuensi dan durasi, pencegahan komplikasi tromboemboli, sembari meminimalkan efek samping dari terapi.[3]

Kontrol Irama

Kontrol irama merupakan prioritas dalam tata laksana atrial flutter karena dapat memperbaiki gejala. Kontrol irama dapat dilakukan dengan kardioversi elektrik maupun farmakologi.[3]

Kardioversi Elektrik

Kardioversi elektrik umumnya dilakukan pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil atau setelah terapi lainnya gagal, namun dapat dipertimbangkan sebagai pilihan pertama karena efektivitas yang tinggi. Tingkat kesuksesan dari kardioversi elektrik pada atrial flutter >95%.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah syok tersinkronisasi pada gelombang R, sedasi adekuat, dan posisi elektroda. Atrial flutter umumnya memerlukan energi yang lebih rendah dibandingkan kardioversi pada atrial fibrilasi, yaitu sebesar 50 J.

Jika kardioversi gagal dengan satu konfigurasi elektroda, maka dapat diubah ke konfigurasi lainnya untuk meningkatkan kesuksesan. Dosis energi juga dapat dinaikan. Gelombang eksternal bifasik mungkin lebih efektif dalam mengembalikan irama sinus.[2,3]

Kardioversi Farmakologi

Kardioversi dengan medikamentosa dapat dilakukan pada pasien dengan hemodinamik stabil. Obat antiaritmia kelas III seperti dofetilide dapat diberikan secara intravena dan oral, serta ibutilide dapat diberikan secara intravena. Amiodarone memiliki efektivitas yang rendah untuk mengembalikan irama sinus, namun dapat bermanfaat jika laju ventrikular sangat cepat.

Obat antiaritmia kelas IC seperti procainamide dengan dosis 15 mg/kg dalam NaCL 0,9% 500 ml dapat diberikan secara infus intravena selama 60 menit. Meski begitu, efektivitas pada atrial flutter lebih rendah dibandingkan pada atrial fibrilasi.[2,16]

Kontrol Laju

Kontrol laju merupakan langkah pertama pada pasien simtomatik dengan laju ventrikular cepat. Obat-obatan pilihan yang digunakan untuk memperlambat konduksi nodus atrioventrikular (AV) adalah penghambat reseptor beta dan penghambat kanal kalsium. Digoxin merupakan opsi lain untuk kontrol laju, namun perlu digunakan dengan hati-hati karena efek samping dan toksisitasnya.

Penghambat Reseptor Beta

Penghambat reseptor beta merupakan pilihan pertama sebagai agen kontrol laju. Obat yang dapat diberikan antara lain:

  • Bisoprolol: 1,24–20 mg per oral

  • Atenolol: 25–100 mg per oral

  • Carvedilol: 3,125–50 mg per oral.[2,9]

Penghambat Kanal Kalsium

Verapamil dan diltiazem memberikan kontrol laju yang baik dan dapat memperbaiki gejala dari atrial flutter dibandingkan dengan penghambat reseptor beta. Golongan ini sebaiknya tidak diberikan pada gagal jantung akut atau pasien dengan penurunan fraksi ejeksi.

Verapamil diberikan secara bolus intravena dengan dosis 2,5–10 mg dalam 5 menit atau secara oral dengan dosis 40 mg. Diltiazem diberikan secara bolus intravena dengan dosis 0,25 mg/kg dalam 5 menit dan dapat diulang dengan dosis 0,35 mg/kg hingga 3 kali. Diltiazem juga dapat diberikan secara oral dengan dosis 60 mg 3 kali sehari.[2,9]

Digoxin

Penggunaan digoxin dapat dikombinasi dengan penghambat reseptor beta pada pasien gagal jantung dengan penurunan fraksi ejeksi. Digoxin diberikan secara bolus intravena dengan dosis 0,75–1,5 mg dalam 24 jam, diberikan dalam dosis terbagi. Digoxin juga bisa diberikan secara oral dengan dosis 0,0625–0,25 mg sekali sehari.[2,9]

Ablasi Kateter

Ablasi kateter merupakan terapi lini pertama dalam mencapai pengembalian irama sinus secara permanen. Prosedur ini sering dilakukan secara elektif, namun juga bisa dilakukan dalam kondisi akut pada pusat laboratorium yang berkompetensi.[3]

Atrial Flutter Tipikal

Pada pasien dengan atrial flutter tipikal, ablasi kateter umumnya merupakan prosedur rawat jalan. Prosedur ini melibatkan sedasi sedang dan mengakses vena femoralis untuk memasukan kateter.

Umumnya ablasi dilakukan pada posisi jam 6 pada istmus katup trikuspid. Tingkat rekurensi setelah ablasi adalah < 10%. Antikoagulasi pasca prosedur dengan warfarin umumnya diberikan selama 4-6 minggu.[2,3]

Atrial Flutter Atipikal

Ablasi kateter untuk atrial flutter atipikal dapat dilakukan, terutama pada pusat laboratorium dengan sistem mapping sudah lebih canggih. Prosedur ablasi mirip dengan atrial flutter tipikal, namun dapat melibatkan mapping tambahan dari atrium kiri. Tingkat rekurensi lebih tinggi dibandingkan atrial flutter tipikal, sehingga masih diperlukan obat antiaritmia rumatan.[3]

Terapi Antikoagulan

Pasien dengan atrial flutter memiliki risiko lebih tinggi terhadap komplikasi tromboemboli dibandingkan populasi umum. Pemberian antikoagulasi yang adekuat dapat menurunkan risiko komplikasi ini pada atrial flutter kronis dan pasien yang pernah menjalani kardioversi.

Strategi terapi antikoagulan digunakan untuk atrial fibrilasi (AF) juga direkomendasikan untuk atrial flutter. Terdapat sebuah sistem skoring untuk menentukan risiko stroke yaitu CHADS2-Vasc. Sistem skoring ini bermanfaat untuk stratifikasi risiko terhadap risiko mengalami stroke emboli akibat atrial flutter atau AF.

Antikoagulan direkomendasikan untuk pasien dengan atrial flutter dengan skor CHA2DS2-VASc ≥ 2 pada laki-laki atau ≥ 3 pada wanita. Pemberian antikoagulan juga dipertimbangkan pada pasien dengan CHA2DS2-VASc 1 pada laki-laki atau 2 pada wanita.[7,9]

Tabel 1. Skor CHADS2 dan CHA2DS2-VASc

Kondisi CHADS2 Poin CHA2DS2-VASc Poin
Gagal Jantung Kongestif C 1 C 1
Hipertensi H 1 H 1
Usia > 75 tahun A 1 A2 2
Diabetes mellitus D 1 D 1
Riwayat stroke atau transient ischemic attack atau tromboembolisme S2 2 S2 2
Penyakit vaskuler (penyakit arteri perifer, infark miokard, plak aorta) V 1
Usia > 65 tahun A 1
Jenis kelamin perempuan SC 1

Sumber: dr. Bedry Qintha, Alomedika, 2023.[19]

Pilihan Antikoagulan

Obat antikoagulan yang dapat diberikan:

  • Rivaroxaban: 20 mg per hari. Penyesuaian dosis menjadi 15 mg per hari jika klirens kreatinin (CrCl) < 30-49 ml/menit

  • Apixaban: 5 mg, diberikan 2 kali sehari. Penyesuaian dosis menjadi 2,5 mg jika serum kreatinin >133 µmol/L, usia > 80 tahun, atau berat badan < 60 kg

  • Edoxaban: 60 mg per hari. Penyesuaian dosis menjadi 30 mg per hari jika CrCl 30-50 ml/menit atau berat badan < 60 kg

  • Warfarin: 5 mg per hari. Penyesuaian dosis menjadi 1-2 mg per hari jika frail, berat badan rendah, atau orang Asia[16]

Durasi Atrial Flutter > 48 Jam

Pada kondisi ini, terapi antikoagulan diperlukan selama minimal 4 minggu sebelum kardioversi. Jika kardioversi dilakukan lebih cepat, pasien diberikan heparin secara intravena dan dilakukan TEE pada waktu sedekat mungkin dengan kardioversi. Jika ditemukan atau dicurigai adanya trombus pada TEE, maka kardioversi ditunda. Terapi antikoagulasi dilanjutkan selama setidaknya 4 minggu setelah kardioversi.[3]

Durasi Atrial Flutter < 48 Jam

Sama seperti pasien dengan AF, pertimbangan diperlukannya antikoagulasi setelah kardioversi ditentukan setelah mempertimbangkan adanya risiko tromboemboli dan perdarahan pada pasien. Terlepas dari risiko tromboemboli dan perdarahan, antikoagulasi pasca kardioversi direkomendasikan karena kecepatan aliran darah sangat rendah setelah kardioversi dan membaik dengan perlahan.[3]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Sunita

Referensi

2. Brugada J, Katritsis DG, Arbelo E, Arribas F, Bax JJ, Blomström-Lundqvist C, et al. 2019 ESC Guidelines for the management of patients with supraventricular tachycardiaThe Task Force for the management of patients with supraventricular tachycardia of the European Society of Cardiology (ESC): Developed in collaboration with the Association for European Paediatric and Congenital Cardiology (AEPC). Eur. Heart J. 2020;41:655–720.
3. Rosenthal L. Atrial Flutter: Practice Essentials, Background, Pathophysiology. Medscape, 2022; https://emedicine.medscape.com/article/151210-overview
7. Jastrzębski M, Stec J, Fijorek K, Pavlinec C, Czarnecka D. CHADS2 and CHA2DS2-VASc scores as tools for long-term mortality prognosis in patients with typical atrial flutter after catheter ablation. Kardiologia Pol. Pol. Heart J. 2020;78:59–64.
9. Hindricks G, Potpara T, Dagres N, Arbelo E, Bax JJ, Blomström-Lundqvist C, et al. 2020 ESC Guidelines for the diagnosis and management of atrial fibrillation developed in collaboration with the European Association for Cardio-Thoracic Surgery (EACTS): The Task Force for the diagnosis and management of atrial fibrillation of the European Society of Cardiology (ESC) Developed with the special contribution of the European Heart Rhythm Association (EHRA) of the ESC. Eur. Heart J. 2021;42:373–498.
16. Stiell IG, de Wit K, Scheuermeyer FX, Vadeboncoeur A, Angaran P, Eagles D, et al. 2021 CAEP Acute Atrial Fibrillation/Flutter Best Practices Checklist. Cjem 2021;23:604–10.
19. Alshehri AM. Stroke in atrial fibrillation: Review of risk stratification and preventive therapy. J Family Community Med. 2019 May-Aug;26(2):92-97. doi: 10.4103/jfcm.JFCM_99_18. PMID: 31143079; PMCID: PMC6515763.

Diagnosis Atrial Flutter
Prognosis Atrial Flutter
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 22 jam yang lalu
Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau Aquabides berapa ml ya dok ?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Maaf dok, izin bertanya bila ada pasien gonore. Lalu mau diberikan Injeksk Ceftriaxon.  Seftriaxon 250 mg Injeksi IM harus di larutkan Nacl 0.9% atau...
Anonymous
Dibalas 1 jam yang lalu
Salbutamol dan metilprednisolon tablet
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin bertanya ada pasien bumil minum salbutamol hanya 3 tablet berturut-turut dan metilprednisolon 4mg 1 tablet saat asthmanya kambuh. Pasien UK...
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.