Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Buta Warna annisa-meidina 2025-01-10T12:06:29+07:00 2025-01-10T12:06:29+07:00
Buta Warna
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Buta Warna

Oleh :
dr.Michael Wiryadana
Share To Social Media:

Buta warna atau defisiensi penglihatan warna adalah suatu kelainan mata yang menyebabkan penderita tidak bisa melihat warna dengan normal. Buta warna menyebabkan kesulitan dalam mempersepsikan dan membedakan warna. Penyakit ini terjadi apabila terdapat kelainan atau kehilangan pada fotoreseptor kerucut di retina.[1]

Orang dengan penglihatan warna normal, disebut trikromat normal, memiliki tiga jenis sel kerucut yang berfungsi penuh untuk melihat seluruh spektrum warna. Sebaliknya, individu dengan buta warna diklasifikasikan sebagai trikromat anomalus, dikromat, atau monokromat. Gejala klinis kondisi ini berupa kesulitan membedakan warna. Pada subtipe yang lebih berat, dapat dijumpai penurunan tajam penglihatan, fotofobia, dan nistagmus.[1-3]

Optometrist,Doing,Color,Blindness,Disease,Perception,Test,In,Optical,Shop,

Istilah dyschromatopsia sering dianggap sama dengan buta warna. Walau begitu, buta warna biasanya secara spesifik mengacu pada gangguan kongenital yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk membedakan warna tertentu, seperti merah dan hijau (protanopia atau deuteranopia) atau biru dan kuning (tritanopia). Di sisi lain, dyschromatopsia bersifat lebih luas, yakni juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor didapat seperti retinopati diabetik, glaukoma, kerusakan saraf optik, atau efek samping obat seperti ethambutol.[2,3]

Diagnosis buta warna dilakukan dengan tes persepsi warna seperti Ishihara Plates untuk mendeteksi defisiensi warna merah-hijau, Farnsworth-Munsell 100 Hue Test untuk analisis lebih rinci, atau anomaloscope untuk evaluasi kuantitatif. Selain itu, pemeriksaan elektrofisiologi seperti electroretinography (ERG) dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi sel kerucut.

Penatalaksanaan buta warna bawaan bersifat suportif, karena tidak ada terapi kuratif yang tersedia. Pendekatan klinis mencakup edukasi pasien tentang gangguan mereka, penggunaan alat bantu seperti kacamata dengan filter warna untuk meningkatkan kontras, serta adaptasi lingkungan kerja atau pendidikan.[1-5]

Referensi

1. Salih AE, Elsherif M, Ali M, Vahdati N, Yetisen AK, Butt H. Ophthalmic Wearable Devices for Color Blindness Management. Advanced Materials Technologies. 2020;5(8):1901134.
2. Yang Z, Yan L, Zhang W, Qi J, An W, Yao K. Dyschromatopsia: a comprehensive analysis of mechanisms and cutting-edge treatments for color vision deficiency. Front Neurosci. 2024 Jan 17;18:1265630.
3. Yasa AT. Colour Vision Deficiency: Difference Between Congenital and Acquired Colour Blindness. Jurnal Kedokteran, 2022. 11(3), 1021–1027. https://doi.org/10.29303/jku.v11i3.735
4. Carroll J, Tait DM. Color Blindness: Inherited. In: Dartt DA, editor. Encyclopedia of the Eye. Oxford: Academic Press; 2010. p. 318–25.
5. Hussey KA, Hadyniak SE, Johnston RJ. Patterning and Development of Photoreceptors in the Human Retina. Front Cell Dev Biol. 2022;10:878350.

Patofisiologi Buta Warna
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 06 Mei 2025, 11:30
Interpretasi pemeriksaan buta warna dengan buku ishihara
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokterSaya masih bingung dengan interpretasi hasil pemeriksaan ishihara terutama saat mcu atau pembuat surat keterangan bebas buta warna, apabila...
dr. Nur Jana
Dibalas 02 Mei 2025, 11:43
Pemeriksaan buta warna menggunakan buku Ishihara ditemukan tidak dapat melihat warna hijau dan biru namun dapat melihat warna tunggal
Oleh: dr. Nur Jana
2 Balasan
Alo Dokter selamat pagi, ijin bertanya perihal pemeriksaan buta warna menggunakan buku ishihara, kemarin saya melakukan mcu , saya menemukan pasien dapat...
Anonymous
Dibalas 15 Januari 2025, 08:05
Buta warna apakah termasuk disabilitas pada perusahaan garmen
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Mohon maaf dok, izin konsultasi jika bekerja sebagai dokter perusahaan, lalu pihak perusahaan menanyakan terkait karyawan buta warna baik parsial/totalis itu...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.