Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Buta Warna annisa-meidina 2025-01-10T11:59:20+07:00 2025-01-10T11:59:20+07:00
Buta Warna
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Buta Warna

Oleh :
dr.Michael Wiryadana
Share To Social Media:

Menurut data epidemiologi, buta warna jenis merah-hijau merupakan yang paling sering terjadi. Kondisi ini juga lebih banyak dilaporkan pada pria dibandingkan wanita.[9]

Global

Buta warna merah-hijau adalah jenis defisiensi penglihatan warna yang paling umum. Kondisi ini terjadi akibat masalah pada kerucut L (merah) atau M (hijau), bisa karena kelainan kongenital ataupun gangguan didapat seperti retinopati diabetik dan penanganan tuberkulosis. Buta warna merah-hijau kongenital lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan wanita, dengan prevalensi sekitar 1 dari 12 pria dan 1 dari 200 wanita.

Deuteranomali, bentuk ringan dari defisiensi merah-hijau, memengaruhi sekitar 5% pria Eropa dan disebabkan oleh pergeseran sensitivitas spektral pada kerucut hijau. Protanopia, yang disebabkan oleh ketiadaan kerucut merah, memiliki prevalensi sekitar 1% pada pria. Kedua kondisi ini umumnya diwariskan secara X-linked recessive.

Achromatopsia, yang mencakup monokromat total dan parsial, jauh lebih jarang terjadi. Monokromat total diperkirakan memiliki prevalensi 1 dari 35.000. Monokromat parsial, yang hanya melibatkan kerucut S, memiliki prevalensi sekitar 1 dari 100.000.[9]

Indonesia

Data epidemiologi buta warna di Indonesia masih belum adekuat. Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) tahun 2007, prevalensi buta warna di Indonesia sebesar 7,4%, yang mana tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (24,3%).[18]

Mortalitas

Buta warna pada umumnya tidak memengaruhi mortalitas secara langsung, tetapi dapat meningkatkan morbiditas dalam konteks yang memengaruhi kualitas hidup dan keselamatan. Individu dengan buta warna, terutama defisiensi merah-hijau, dapat mengalami kesulitan mengenali sinyal visual penting, seperti lampu lalu lintas, label obat, atau tanda peringatan, yang berpotensi meningkatkan risiko kecelakaan atau kesalahan medis.

Pada beberapa profesi, seperti pilot, sopir, atau tenaga medis, defisiensi penglihatan warna dapat membatasi peluang karier dan meningkatkan risiko kesalahan kerja. Sementara itu, achromatopsia, yang jarang tetapi lebih berat, dapat menyebabkan fotofobia, gangguan tajam penglihatan, dan kesulitan signifikan dalam aktivitas sehari-hari, terutama di lingkungan dengan pencahayaan terang.[2,3,9]

Referensi

2. Yang Z, Yan L, Zhang W, Qi J, An W, Yao K. Dyschromatopsia: a comprehensive analysis of mechanisms and cutting-edge treatments for color vision deficiency. Front Neurosci. 2024 Jan 17;18:1265630.
3. Yasa AT. Colour Vision Deficiency: Difference Between Congenital and Acquired Colour Blindness. Jurnal Kedokteran, 2022. 11(3), 1021–1027. https://doi.org/10.29303/jku.v11i3.735
9. Hasrod N, Rubin A. Defects of colour vision: A review of congenital and acquired colour vision deficiencies. AVEH, 2016. https://avehjournal.org/index.php/aveh/article/view/365/648
18. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008

Etiologi Buta Warna
Diagnosis Buta Warna
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 06 Mei 2025, 11:30
Interpretasi pemeriksaan buta warna dengan buku ishihara
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokterSaya masih bingung dengan interpretasi hasil pemeriksaan ishihara terutama saat mcu atau pembuat surat keterangan bebas buta warna, apabila...
dr. Nur Jana
Dibalas 02 Mei 2025, 11:43
Pemeriksaan buta warna menggunakan buku Ishihara ditemukan tidak dapat melihat warna hijau dan biru namun dapat melihat warna tunggal
Oleh: dr. Nur Jana
2 Balasan
Alo Dokter selamat pagi, ijin bertanya perihal pemeriksaan buta warna menggunakan buku ishihara, kemarin saya melakukan mcu , saya menemukan pasien dapat...
Anonymous
Dibalas 15 Januari 2025, 08:05
Buta warna apakah termasuk disabilitas pada perusahaan garmen
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Mohon maaf dok, izin konsultasi jika bekerja sebagai dokter perusahaan, lalu pihak perusahaan menanyakan terkait karyawan buta warna baik parsial/totalis itu...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.