Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Edukasi dan Promosi Kesehatan Buta Warna annisa-meidina 2025-01-10T13:39:46+07:00 2025-01-10T13:39:46+07:00
Buta Warna
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Edukasi dan Promosi Kesehatan Buta Warna

Oleh :
dr.Michael Wiryadana
Share To Social Media:

Edukasi dan promosi kesehatan buta warna perlu mencakup informasi bahwa buta warna kongenital tidak dapat disembuhkan, tetapi strategi kompensasi seperti penggunaan label dan pengaturan kontras warna dapat membantu dalam aktivitas sehari-hari. Pada kasus buta warna didapat, pasien perlu diberi edukasi tentang pentingnya mengidentifikasi dan mengelola penyebab yang mendasari, seperti penyakit retina atau neuropati optik.[2-4]

Edukasi Pasien

Penjelasan mengenai jenis buta warna yang dialami (protan, deutan, tritan, atau achromatopsia) dan implikasinya pada persepsi warna adalah langkah awal penting. Pasien perlu diberitahu bahwa buta warna kongenital bersifat permanen, sedangkan buta warna didapat dapat membaik atau memburuk tergantung pada penyebabnya, seperti retinopati diabetik dan glaukoma.

Pasien juga perlu diedukasi tentang bagaimana menggunakan alat bantu, seperti aplikasi ponsel untuk identifikasi warna atau kacamata dengan filter khusus yang dapat membantu membedakan warna tertentu. Untuk pasien dengan pekerjaan atau aktivitas yang sangat bergantung pada persepsi warna, dokter dapat membantu merekomendasikan penyesuaian lingkungan, seperti pelabelan berbasis teks atau simbol.

Selain itu, edukasi harus mencakup aspek keselamatan, seperti mengenali potensi risiko dalam aktivitas sehari-hari, misalnya salah membaca label bahan kimia atau lampu lalu lintas. Pasien perlu dilatih untuk menggunakan konteks lain, seperti bentuk, urutan, atau lokasi, sebagai petunjuk. Penting juga untuk melibatkan keluarga atau rekan kerja dalam proses edukasi agar lingkungan pasien dapat mendukung adaptasi.[2-4,24,27-29]

Upaya Pengendalian dan Pencegahan Penyakit

Saat usia bermain, anak dengan buta warna mengalami kesulitan pada kegiatan mewarnai. Anak dengan deuteranomaly hanya mampu mengidentifikasi 4 warna dari 1 set yang berisi 24 pensil warna. Akibatnya, mereka sering disebut sebagai anak yang ‘lambat’ (slow learners). Selain itu, mereka juga mungkin sering menerima ejekan karena berulang-ulang membuat kesalahan membedakan warna. Hal ini dapat membuat mereka merasa malu dan frustrasi sehingga tidak mau bersekolah dan menarik diri dari pergaulan

Beberapa cara ini dapat diterapkan untuk membantu proses belajar anak dengan buta warna:

  • Pemberian label nama pada pulpen warna, cat warna, dan pensil warna.
  • Penggunaan metode color-coding dalam mengelompokkan mainan atau buku.
  • Penggunaan warna-warna dengan kontras yang tinggi saat menulis di papan tulis
  • Penambahan pola (seperti pola titik-titik atau garis putus-putus) dan label nama pada peta, diagram lingkaran (pie chart), dan diagram batang.
  • Penggunaan alat bantu berbasis komputer
  • Pada aktivitas olahraga, pastikan anak-anak dapat melihat siapa saja yang merupakan rekan timnya.
  • Pemberian teman kelompok selama mengerjakan praktikum sains, kesenian, atau kegiatan lain.[27,28]

Skrining Penglihatan Warna

Sebagian besar anak dengan defisiensi penglihatan warna tidak menyadari kondisi mereka. Apabila hal ini dibiarkan, maka akan dampak yang cukup besar bagi masa depannya. Hal ini dikarenakan beberapa bidang pekerjaan memiliki restriksi yang ketat mengenai fungsi penglihatan warna. Banyak sekali cerita mengenai rasa kekecewaan karena impian anak harus terhenti dan usaha mereka terasa sia-sia akibat kurangnya pemahaman yang baik mengenai kondisi penglihatan warna mereka.

Maka dari itu, alangkah baiknya jika skrining penglihatan warna dilakukan pada saat usia sekolah agar anak yang terdampak memiliki lebih banyak waktu untuk menerima keadaan diri mereka (coping), serta dapat mempersiapkan diri dengan menggali potensi di bidang di mana defisiensi penglihatan warna tidak menjadi penghalang untuk meraih kesuksesan.[27-29]

Referensi

2. Yang Z, Yan L, Zhang W, Qi J, An W, Yao K. Dyschromatopsia: a comprehensive analysis of mechanisms and cutting-edge treatments for color vision deficiency. Front Neurosci. 2024 Jan 17;18:1265630.
3. Yasa AT. Colour Vision Deficiency: Difference Between Congenital and Acquired Colour Blindness. Jurnal Kedokteran, 2022. 11(3), 1021–1027. https://doi.org/10.29303/jku.v11i3.735
4. Carroll J, Tait DM. Color Blindness: Inherited. In: Dartt DA, editor. Encyclopedia of the Eye. Oxford: Academic Press; 2010. p. 318–25.
24. Simunovic MP. Acquired color vision deficiency. Surv Ophthalmol. 2016;61(2):132–55.
27. Chan XBV, Goh SMS, Tan NC. Subjects with colour vision deficiency in the community: what do primary care physicians need to know? Asia Pacific Family Medicine. 2014 Oct 9;13(1):10.
28. Mashige KP. Impact of congenital color vision defect on color-related tasks among schoolchildren in Durban, South Africa. Clinical Optometry. 2019 Aug 13;11:97.
29. Hathibelagal AR. Implications of inherited color vision deficiency on occupations: A neglected entity! Indian J Ophthalmol. 2022 Jan;70(1):256–60.

Prognosis Buta Warna
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 06 Mei 2025, 11:30
Interpretasi pemeriksaan buta warna dengan buku ishihara
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokterSaya masih bingung dengan interpretasi hasil pemeriksaan ishihara terutama saat mcu atau pembuat surat keterangan bebas buta warna, apabila...
dr. Nur Jana
Dibalas 02 Mei 2025, 11:43
Pemeriksaan buta warna menggunakan buku Ishihara ditemukan tidak dapat melihat warna hijau dan biru namun dapat melihat warna tunggal
Oleh: dr. Nur Jana
2 Balasan
Alo Dokter selamat pagi, ijin bertanya perihal pemeriksaan buta warna menggunakan buku ishihara, kemarin saya melakukan mcu , saya menemukan pasien dapat...
Anonymous
Dibalas 15 Januari 2025, 08:05
Buta warna apakah termasuk disabilitas pada perusahaan garmen
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Mohon maaf dok, izin konsultasi jika bekerja sebagai dokter perusahaan, lalu pihak perusahaan menanyakan terkait karyawan buta warna baik parsial/totalis itu...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.