Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) general_alomedika 2022-12-23T10:47:00+07:00 2022-12-23T10:47:00+07:00
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

Oleh :
dr. Nurul Falah
Share To Social Media:

Patofisiologi severe acute respiratory syndrome (SARS) diawali dengan interaksi protein pada severe acute respiratory syndrome coronavirus (SARS–CoV) dengan sel di paru dan usus kecil manusia melalui reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2).

Setelah memasuki sel manusia, encoding genome akan terjadi untuk memfasilitasi ekspresi gen yang membantu adaptasi virus dalam tubuh inang dan mengaktivasi jalur inflamasi.[51]

Perlekatan dan Fusi Coronavirus

Perlekatan dan fusi SARS–CoV diawali oleh interaksi protein virus dengan sel manusia melalui reseptor ACE2 yang di ekspresikan di alveolar paru dan usus kecil manusia. Protein spike yang terdapat pada permukaan SARS–CoV memiliki afinitas ikatan yang kuat dengan ACE2 manusia. Ikatan ini memungkinkan SARS–CoV masuk ke dalam membran sel inang dan memediasi infeksi SARS–CoV pada paru.[6,7,51]

Tubuh manusia juga memiliki dendritic cell–specific intercellular adhesion molecule–grabbing nonintegrin (DC–SIGN) dan protein CD209L (L–SIGN) yang dapat membantu memfasilitasi penyebaran SARS–CoV.

Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi untuk memfasilitasi ekspresi gen yang membantu SARS–CoV beradaptasi pada tubuh inang. RNA virus kemudian dikeluarkan dalam sitoplasma sel inang. Proses ini diikuti dengan respons imun seluler dan adaptif yang memunculkan reaksi proinflamasi.[6,7]

Respon Imun Seluler dan Adaptif

Infeksi SARS–CoV akan meningkatkan sitokin proinflamasi seperti interleukin–10, IFN–gamma, dan interleukin–1. Infeksi ini juga akan menurunkan limfosit T dan subsetnya seperti sel T CD4+ dan CD8+.

Antibodi IgG spesifik SARS dihasilkan pada minggu kedua dan dapat bertahan lama sedangkan IgM hanya bertahan sementara. Protein spike dan protein nukleokapsid yang banyak terdapat di SARS–CoV berkontribusi penting terhadap produksi antibodi selama perjalanan penyakit.[8]

Distribusi Organ yang Terdampak SARS-CoV

Selain di paru, SARS–CoV juga dapat dijumpai pada trakea, bronkus, lambung, tubulus ginjal, kelenjar keringat, paratiroid, hipofisis, pankreas, kelenjar adrenal, hati dan serebrum. Hal ini menunjukkan bahwa selain pada sistem pernapasan, SARS–CoV juga dapat mempengaruhi saluran pencernaan dan organ lain.

Perubahan patologis pada organ–organ ini dapat disebabkan secara langsung oleh efek sitopatik yang dimediasi replikasi lokal SARS–CoV atau secara tidak langsung oleh respon sistemik terhadap gagal napas atau respons imun berlebihan akibat infeksi virus.[1,3]

Rerata periode inkubasi adalah 6,4 hari (rentang 2–10 hari). Manifestasi klinis yang muncul menyerupai gejala infeksi sistem pernapasan akut (ISPA) biasa yaitu demam, batuk, dan sesak napas yang dapat diikuti dengan pneumonia berat.

Apabila pneumonia tidak ditangani, gejala acute respiratory distress syndrome (ARDS) akan muncul. Syok sepsis juga dapat terjadi dan ditandai dengan disfungsi organ, hipoperfusi atau hipotensi dengan tekanan darah sistol <90 mmHg walaupun sudah diberikan resusitasi cairan yang adekuat.[5,9]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Chan-Yeung M, Xu RH. SARS: epidemiology. Respirology. 2003;8(1):S9‐S14.
3. Chen J, Subbarao K. The Immunobiology of SARS*. Annu Rev Immunol. 2007;25:443‐472.
5. Wang LF, Eaton BT. Bats, civets and the emergence of SARS. Curr Top Microbiol Immunol. 2007;315:325‐344.
6. Oudit GY, Kassiri Z, Jiang C, et al. SARS-coronavirus modulation of myocardial ACE2 expression and inflammation in patients with SARS. Eur J Clin Invest. 2009;39(7):618‐625.
7. Li W, Moore MJ, Vasilieva N, et al. Angiotensin-converting enzyme 2 is a functional receptor for the SARS coronavirus. Nature. 2003;426(6965):450-4.
8. Zhu M. SARS Immunity and Vaccination. Cell Mol Immunol. 2004;1(3):193‐198.
9. Ding Y, He L, Zhang Q, et al. Organ distribution of severe acute respiratory syndrome (SARS) associated coronavirus (SARS-CoV) in SARS patients: implications for pathogenesis and virus transmission pathways. J Pathol. 2004;203(2):622‐630.
51. Hodgens A, Gupta V. Severe Acute Respiratory Syndrome. In: StatPearls Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558977/

Pendahuluan Severe Acute Respira...
Etiologi Severe Acute Respirator...

Artikel Terkait

  • Efikasi Masker Bedah dan Masker Respirator N95 untuk Mencegah Infeksi Saluran Pernapasan pada Tenaga Medis
    Efikasi Masker Bedah dan Masker Respirator N95 untuk Mencegah Infeksi Saluran Pernapasan pada Tenaga Medis
  • Penggunaan Alat Pelindung Diri untuk Mencegah Penyakit Infeksius pada Tenaga Medis dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
    Penggunaan Alat Pelindung Diri untuk Mencegah Penyakit Infeksius pada Tenaga Medis dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
  • Strain Baru Virus Swine Flu G4 Berpotensi Menjadi Pandemi
    Strain Baru Virus Swine Flu G4 Berpotensi Menjadi Pandemi
  • Fibrosis Paru Pada Pasien COVID-19
    Fibrosis Paru Pada Pasien COVID-19
  • Guillain−Barré Syndrome pada Pasien COVID-19
    Guillain−Barré Syndrome pada Pasien COVID-19

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
drh.Joseph Moses
Dibalas 15 Februari 2024, 08:39
Gejala COVID-19 pada hewan
Oleh: drh.Joseph Moses
1 Balasan
Zoonosis merupakan penyakit yang menular dari manusia ke hewan atau sebaliknya. Apakah kemarin ketika pandemi covid ada hewan dokter sekalian yang terkena...
Anonymous
Dibalas 18 Desember 2023, 15:53
Penanganan bagaimana yang tepat untuk pasien COVID-19 yang sudah vaksin
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter...izin tanya, bagaimana tatalaksana covid 19 bagi pasien dengan gejala ringan dan sudah vaksin. Apakah perlu terapi antivirus seperti...
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 30 Agustus 2022, 09:14
Trending! Top 5 Artikel Kewaspadaan Pandemi di ALOMEDIKA
Oleh: dr. ALOMEDIKA
6 Balasan
ALO Dokter!Di saat kasus COVID-19 masih terus meningkat, masyarakat dikejutkan dengan kabar kasus pertama konfirmasi infeksi cacar monyet di Indonesia. Tidak...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.