Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) general_alomedika 2022-12-23T10:47:06+07:00 2022-12-23T10:47:06+07:00
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

Oleh :
dr. Nurul Falah
Share To Social Media:

Baku emas diagnosis severe acute respiratory syndrome (SARS) adalah pemeriksaan laboratorium reverse–transcriptase polymerase chain reaction (RT–PCR). Apabila RT–PCR tidak tersedia atau sulit dilakukan, penegakkan diagnosis dapat dilakukan melalui anamnesis riwayat kontak dengan orang berisiko, musang bulan dan kelelawar. Pemeriksaan fisik akan menunjukkan gejala respirasi seperti batuk sampai sesak napas, serta gejala infeksi sistemik berat, dari sepsis hingga syok.[1–5]

Definisi Kasus SARS

Untuk memberikan gambaran epidemiologi SARS dan memantau penyebarannya, maka definisi dari kasus SARS perlu ditetapkan. Menurut WHO, definisi kasus SARS terbagi menjadi 2 yaitu kasus suspect dan probable.

Kasus Suspect

Seseorang merupakan suspect case bila ditemukan hal di bawah ini.

Pertama, setelah tanggal 1 November 2002 mengalami panas >38°C dan batuk atau kesulitan bernapas dan mengalami satu atau lebih pajanan (exposure) berikut dalam 10 hari sebelum timbulnya gejala:

  1. Close contact dengan seseorang yang merupakan suspect atau probable case dari SARS

  2. Riwayat pernah berkunjung ke daerah yang terjangkit SARS
  3. Tinggal di daerah yang terjangkit SARS[24]

Kedua, menderita penyakit pernapasan akut yang tidak jelas (unexplained acute respiratory illness) dan meninggal setelah tanggal 1 November 2002, tetapi tidak menjalani autopsi dan mengalami satu atau lebih pajanan (exposure) berikut dalam 10 hari sebelum timbulnya gejala:

  1. Close contact dengan seseorang yang merupakan suspect atau probable case dari SARS

  2. Riwayat pernah berkunjung ke daerah yang terjangkit SARS
  3. Tinggal di daerah yang terjangkit SARS[24]

Kasus Probable

Seseorang merupakan probable case bila:

  1. Suspect case dengan gambaran radiologi paru (rontgen thorax) yang menunjukkan infiltrat konsisten dengan pneumonia atau respiratory distress syndrome (RDS)

  2. Suspect case yang positif ditemukan coronavirus SARS pada satu atau lebih pemeriksaan

  3. Suspect case dengan hasil pemeriksaan autopsi konsisten dengan kelainan patologi RDS tanpa ada penyebab yang jelas. Penderita dikeluarkan dari surveilans SARS bila diagnosis alternatif sudah terbukti[24]

Konfirmasi kasus berdasarkan pedoman CDC adalah sebagai berikut:

  • Adanya antibodi SARS–CoV pada salah satu spesimen serum
  • Peningkatan titer antibodi SARS–CoV 4 kali lipat ke atas antara fase akut dan fase konvalesen
  • Hasil negatif pada pemeriksaan antibodi SARS–CoV pada serum fase akut dan hasil yang positif pada pemeriksaan antibodi SARS–CoV pada serum fase konvalesen
  • Isolasi SARS–CoV pada kultur sel dari spesimen klinis yang dikonfirmasi dengan tes yang divalidasi oleh CDC
  • Deteksi RNA SARS–CoV melalui uji RT–PCR yang telah divalidasi oleh CDC, dengan konfirmasi di laboratorium rujukan menggunakan dua spesimen klinis dari sumber spesimen yang berbeda atau dua spesimen klinis yang dikumpulkan dari sumber yang sama pada 2 hari yang berbeda[32]

Anamnesis

Perjalanan penyakit SARS terdiri atas dua fase, yaitu fase 1 dan fase 2. Fase 1 ditandai dengan gejala prodromal flu–like yang muncul dalam 2–7 hari pasca inkubasi. Fase 2 adalah fase saluran pernapasan bawah yang muncul 3 hari pasca inkubasi atau lebih.

Pada pasien SARS fase 1 biasanya ditemukan keluhan:

  • Demam
  • Fatigue
  • Sakit kepala
  • Myalgia
  • Malaise
  • Anoreksia
  • Diare

Sementara itu, pada pasien SARS fase 2 biasanya akan muncul keluhan seperti:

  • Batuk kering
  • Sesak napas, di mana terkadang gagal napas dapat terjadi[17]

Selain anamnesis gejala, biasanya anamnesis lebih dalam menemukan riwayat pasien bepergian ke China ataupun negara endemis lain dalam 14 hari sebelum onset, riwayat bekerja di pelayanan kesehatan, riwayat kontak dengan hewan reservoir (musang bulan atau kelelawar), atau riwayat kontak dengan orang yang bepergian ke China ataupun negara endemis lain.[1,5]

Pemeriksaan Fisik

Temuan pada pemeriksaan pasien SARS adalah gejala infeksi saluran pernapasan derajat ringan hingga berat yang mirip dengan pasien pneumonia. Akan tetapi, terdapat pula pasien SARS yang tidak bergejala sama sekali meskipun insidensinya kecil. Oleh karena itu, dokter perlu mengembangkan clinical judgment bila menemukan kasus yang dicurigai.[1,17]

Keadaan Umum dan Tanda–Tanda Vital

Keadaan umum dan tanda–tanda vital yang dapat ditemukan pada pasien SARS antara lain berupa:

  • Perubahan atau penurunan kesadaran umum
  • Peningkatan atau penurunan suhu tubuh (<360C atau ≥380C)
  • Tekanan darah sistolik <90 mmHg (terutama saat pasien mengalami syok sepsis)
  • Peningkatan denyut nadi <90 kali/menit
  • Peningkatan laju napas ≥20 kali/menit
  • Penurunan saturasi oksigen <90%[1,18]

Pemeriksaan Toraks

Pada pemeriksaan toraks pasien SARS mungkin dijumpai:

  • Stridor dan retraksi dada
  • Pada pemeriksaan auskultasi sering kali tidak ada suara yang khas, tetapi suara paru abnormal cenderung dijumpai pada saluran pernapasan atas dari pada saluran pernapasan bawah[18]

Pemeriksaan Umum

Pada pemeriksaan umum pasien SARS mungkin ditemukan:

  • Tanda sianosis sentral akibat penurunan saturasi oksigen

  • Ekstremitas dingin serta CRT >2 detik pada kasus syok sepsis[11]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk SARS meliputi penyakit infeksi saluran pernapasan lainnya, seperti influenza, pneumonia viral, dan pneumonia bakterial.

Influenza

Influenza dan SARS sama–sama disebabkan oleh virus yang menyerang saluran pernapasan manusia. Gejala awal SARS juga sangat mirip dengan gejala influenza, di mana pasien akan mengeluhkan demam, bersin, batuk, sakit kepala dan terkadang diare.

Meski demikian, SARS dengan cepat menyebar ke saluran pernapasan bawah, sehingga lebih progresif dan sering menunjukkan gejala dispnea. Selain itu, influenza umumnya akan sembuh sendiri dalam waktu 4–9 hari sedangkan gejala SARS cenderung bertambah berat.[19]

Pneumonia Viral

Presentasi klinis SARS umumnya sama dengan pneumonia yang disebabkan oleh virus lain yakni demam tinggi, batuk kering, dan dispnea. Pada pemeriksaan auskultasi juga dapat dijumpai suara ronchi dan wheezing.

Pada pemeriksaan rontgen toraks bisa dijumpai gambaran infiltrat paru. Perbedaan SARS dengan pneumonia viral lain adalah tidak dijumpainya SARS–CoV pada hasil pemeriksaan aspirat sistem pernapasan pada pneumonia viral yang lain.[20]

Pneumonia Bakterial

Pasien dengan pneumonia bakterial umumnya juga mengalami demam tinggi, batuk dan dispnea seperti pasien SARS. Akan tetapi, pasien pneumonia bakterial terkadang mengeluhkan nyeri pleuritik.

Selain itu, pemeriksaan perkusi toraks umumnya menemukan tanda–tanda konsolidasi dan pemeriksaan auskultasi menemukan suara ronkhi basah. Pneumonia bakterial umumnya merespon baik terapi antibiotik yang telah diberikan sesuai kultur.[21]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan real time reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT–PCR) merupakan gold standard diagnosis untuk SARS. Dengan melakukan RT–PCR, dokter dapat mendiagnosa SARS secara definitif.

Real Time Reverse–Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT–PCR)

Pemeriksaan RT–PCR dengan menemukan RNA virus dapat menegakkan diagnosis infeksi SARS–CoV. Spesimen diambil dari sputum dan swab tenggorok dapat menentukan diagnosis SARS yang diikuti dengan genome sequencing. Pengambilan sampel ini sebaiknya dilakukan sebelum pemberian antibiotik, bila antibiotik di indikasikan.

Swab tenggorokan dan sputum dapat mendiagnosis virus influenza, respiratory syncytial virus, virus parainfluenza, rhinovirus, adenovirus, metapneumovirus, dan coronavirus. Pemeriksaan RT–PCR dapat juga digunakan untuk mendeteksi SARS–CoV pada sampel lainnya seperti serum dan feses.[22,23]

Pada pertengahan bulan Maret 2003, WHO menetapkan suatu jejaring (network) global yang meliputi 11 laboratorium terkemuka di seluruh dunia sebagai upaya untuk meneliti identifikasi kausa SARS.

Laboratorium tersebut dipilih berdasarkan 3 kriteria, yaitu mempunyai kemampuan ilmiah yang menonjol, memiliki fasilitas biosafety level III, dan dapat menyumbangkan perangkat uji (battery of tests) dan eksperimen yang diperlukan untuk memenuhi postulat Koch dalam mengidentifikasi suatu penyakit.[24]

Studi oleh Yam WC et al  mencoba membandingkan protokol pemeriksaan RT–PCR pada dua jejaring laboratorium SARS WHO di Hong Kong dan Hamburg. Sebanyak 303 spesimen klinis dikumpulkan dari 163 pasien yang diduga menderita SARS.

Adapun sensitivitas diagnostik dari WHO Hong Kong dan WHO Hamburg adalah 61% dan 68% (spesimen aspirasi nasofaring), 65% dan 72% (spesimen swab tenggorokan), 50% dan 54% (spesimen urin), serta 58% dan 63% (spesimen tinja), dengan spesifisitas keseluruhan 100%.[25]

Pemeriksaan Antibodi

Pemeriksaan antibodi untuk coronavirus meliputi pemeriksaan indirect fluorescent antibody (IFA) ataupun enzyme–linked immunosorbent assay (ELISA). Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi spesifik setelah infeksi.

Meskipun antibodi dapat ditemukan pada beberapa pasien selama fase akut (onset gejala 14 hari), hasil tes negatif pada sampel yang diperoleh <28 hari setelah onset gejala tidak menyingkirkan diagnosis SARS.[26,27,51]

Pemeriksaan Darah

Berdasarkan beberapa data epidemi SARS, dijumpai temuan laboratorium sebagai berikut:

  • Pada permulaan penyakit, jumlah limfosit absolut sering kali menurun namun secara keseluruhan, jumlah leukosit tampak normal atau hanya sedikit menurun
  • Pada puncak kelainan paru, sekitar 50% penderita menunjukkan leukopenia dan trombositopenia (50.000–150.000/mL)
  • Fase respiratorik juga diikuti dengan peningkatan kadar kreatin fosfokinase (sampai 3.000 IU/L), peningkatan laktat dehidrogenase, dan transaminase hepar (26 kali lebih tinggi dari normal)[28,29]

Selain itu, dapat ditemukan pula peningkatan D–dimer dan activated partial thromboplastin time (aPTT) juga dapat ditemukan. Pemeriksaan analisa gas darah (AGD) dapat dilakukan mengetahui status oksigenasi.[51]

Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologis paru pada fase prodromal dan masa perjalanan penyakit mungkin tidak menunjukkan kelainan. Akan tetapi, sejumlah besar penderita memiliki infiltrat paru dengan distribusi unilateral dan perifer serta airspace opacity pada lobus bawah paru.

Rontgen toraks follow up pada sebagian besar pasien menunjukkan konsolidasi multifokal progresif selama 6–12 hari yang melibatkan satu atau dua paru. Akan tetapi, pada seperempat pasien, gambaran opasitas tetap menunjukkan tampilan fokal dan unilateral.[30,31]

Pada gambaran CT scan thorax dapat ditemukan kelainan parenkim paru dengan ditandai infiltrat dengan ground–glass appearance, terutama di bagian perifer.[51]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Chan-Yeung M, Xu RH. SARS: epidemiology. Respirology. 2003;8(1):S9‐S14.
2. WHO. Consensus document on the epidemiology of severe acute respiratory syndrome (SARS). WHO, 2003. https://www.who.int/csr/sars/en/WHOconsensus.pdf
3. Chen J, Subbarao K. The Immunobiology of SARS*. Annu Rev Immunol. 2007;25:443‐472.
4. Ksiazek TG, Erdman D, Goldsmith C, et al. A novel coronavirus associated with severe acute respiratory syndrome. N Engl J Med 2003; 348.
5. Wang LF, Eaton BT. Bats, civets and the emergence of SARS. Curr Top Microbiol Immunol. 2007;315:325‐344.
11. Poutanen SM, Low DE, Henry B, et al. Identification of severe acute respiratory syndrome in Canada. N Engl J Med. 2003:348.
17. Hui DS, Sung JJ. Severe acute respiratory syndrome. Chest. 2003;124(1):12-5.
18. Peiris JS, Lai ST, Poon LL, et al. Coronavirus as a possible cause of severe acute respiratory syndrome. Lancet. 2003;361:1319-25.
19. Goldsmith CS, Tatti KM, Ksiazek TG, et al. Ultrastructural characterization of SARS coronavirus. Emerg Infect Dis. 2004;10(2):320‐326.
20. Freeman AM, Leigh, Jr TR. Viral Pneumonia. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513286/
21. Sattar SBA, Sharma S. Bacterial Pneumonia. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513321/
22. Booth TF, Kournikakis B, Bastien N, et al. Detection of airborne severe acute respiratory syndrome (SARS) coronavirus and environmental contamination in SARS outbreak units. J Infect Dis. 2005;191(9):1472‐1477.
23. Chui L, Drebot M, Andonov A, et al. Comparison of 9 different PCR primers for the rapid detection of severe acute respiratory syndrome coronavirus using 2 RNA extraction methods. Diagn Microbiol Infect Dis. 2005;53(1):47‐55.
24. WHO. Summary of the Discussions and Recommendations of the SARS Laboratory Workshop; 22 October 2003; 2003. http://www.who.int/csr/sars/guidelines/en/SARSLabmeeting.pdf
25. Yam WC, Chan KH, Poon LL, et al. Evaluation of reverse transcription-PCR assays for rapid diagnosis of severe acute respiratory syndrome associated with a novel coronavirus. J Clin Microbiol. 2003;41(10):4521‐4524.
26. Ng LF, Wong M, Koh S, et al. Detection of severe acute syndrome coronavirus in blood of infected patients. J Clin Microbiol. 2004;42(1):347-50.
27. Chen X, Zhou B, Li M, et al. Serology of severe acute respiratory syndrome: Implications for surveillance and outcome. J Infect Dis. 2004;189(7):1158-63.
28. Lee N, Hui D, Wu A, et al. A major outbreak of severe acute respiratory syndrome in Hongkong. N Engl J Med. 2003;348(20):1986-94.
29. Centers for Disease Control and Prevention. 2003. Severe Acute Respiratory Syndrome. http://www.cdc.gov/ncidod/sars/
30. Wong KT, Antonio GE, Hui DS, et al. Severe acute respiratory syndrome: radiographic appearances and pattern of progression in 138 patients. Radiology. 2003; 228:401–406.
31. Paul NS, Roberts H, Butany J, et al. Radiologic pattern of disease in patients with severe acute respiratory syndrome: the Toronto experience. RadioGraphics. 2004; 24:553–563.
32. 32. Centers for Disease Control and Prevention. Clinical Guidance on the Identification and Evaluation of Possible SARS-CoV Disease among Persons Presenting with Community-Acquired Illness, Version 2. Centers for Disease Control and Prevention. http://www.cdc.gov/ncidod/sars/clinicalguidance.htm.
51. Hodgens A, Gupta V. Severe Acute Respiratory Syndrome. In: StatPearls Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558977/

Epidemiologi Severe Acute Respir...
Penatalaksanaan Severe Acute Res...

Artikel Terkait

  • Efikasi Masker Bedah dan Masker Respirator N95 untuk Mencegah Infeksi Saluran Pernapasan pada Tenaga Medis
    Efikasi Masker Bedah dan Masker Respirator N95 untuk Mencegah Infeksi Saluran Pernapasan pada Tenaga Medis
  • Penggunaan Alat Pelindung Diri untuk Mencegah Penyakit Infeksius pada Tenaga Medis dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
    Penggunaan Alat Pelindung Diri untuk Mencegah Penyakit Infeksius pada Tenaga Medis dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
  • Strain Baru Virus Swine Flu G4 Berpotensi Menjadi Pandemi
    Strain Baru Virus Swine Flu G4 Berpotensi Menjadi Pandemi
  • Fibrosis Paru Pada Pasien COVID-19
    Fibrosis Paru Pada Pasien COVID-19
  • Guillain−Barré Syndrome pada Pasien COVID-19
    Guillain−Barré Syndrome pada Pasien COVID-19

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
drh.Joseph Moses
Dibalas 15 Februari 2024, 08:39
Gejala COVID-19 pada hewan
Oleh: drh.Joseph Moses
1 Balasan
Zoonosis merupakan penyakit yang menular dari manusia ke hewan atau sebaliknya. Apakah kemarin ketika pandemi covid ada hewan dokter sekalian yang terkena...
Anonymous
Dibalas 18 Desember 2023, 15:53
Penanganan bagaimana yang tepat untuk pasien COVID-19 yang sudah vaksin
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter...izin tanya, bagaimana tatalaksana covid 19 bagi pasien dengan gejala ringan dan sudah vaksin. Apakah perlu terapi antivirus seperti...
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 30 Agustus 2022, 09:14
Trending! Top 5 Artikel Kewaspadaan Pandemi di ALOMEDIKA
Oleh: dr. ALOMEDIKA
6 Balasan
ALO Dokter!Di saat kasus COVID-19 masih terus meningkat, masyarakat dikejutkan dengan kabar kasus pertama konfirmasi infeksi cacar monyet di Indonesia. Tidak...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.