Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) general_alomedika 2022-12-23T10:47:03+07:00 2022-12-23T10:47:03+07:00
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

Oleh :
dr. Nurul Falah
Share To Social Media:

Etiologi severe acute respiratory syndrome (SARS) adalah infeksi oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus (SARS–CoV). Genom SARS–CoV telah diurutkan (sequenced) dan tidak terkait dengan coronavirus manusia ataupun coronavirus hewan yang telah dikenal sebelumnya. Kemungkinan SARS–CoV awalnya adalah virus pada hewan yang kemudian mengalami mutasi menjadi patogen manusia.[10,11]

Virologi

Coronavirus adalah anggota dari famili Coronaviridae, yaitu suatu virus yang besar dan mempunyai selubung (envelope). Coronavirus (CoVs) awalnya dianggap sebagai virus pernapasan yang relatif tidak berbahaya bagi manusia.

Coronavirus dapat ditemukan secara luas di berbagai spesies hewan seperti kucing, anjing, babi, kelinci, tikus, ayam, kalkun, dan paus. Akan tetapi, keberadaan coronavirus zoonosis yang meningkatkan penularan antar spesies akhirnya meningkatkan insidensi dan mortalitas pada populasi manusia.[10,11,12]

Selubung coronavirus dipenuhi dengan tonjolan-tonjolan yang panjang berbentuk daun bunga (petal). Genom RNA coronavirus mempunyai ukuran 27–32 kb dan merupakan genom yang terbesar di antara semua virus yang ada.

Genom virus ini berantai tunggal (single–stranded) dan membentuk suatu nukleokapsid heliks yang fleksibel dan panjang. Nukleokapsid ini terletak di dalam suatu selubung lipoprotein yang terbentuk dari penggembungan membran intraseluler.[10,11,12]

Replikasi virus in vivo dapat terjadi pada kompartemen sitoplasma yang dikelilingi lapisan membran ganda. Replikasi dapat tersebar (disseminated), sehingga menyebabkan infeksi sistemik atau dapat terbatas pada beberapa tipe sel (seringkali sel epitel saluran pernapasan atau saluran cerna dan makrofag) dan menyebabkan infeksi lokal. Seperti kebanyakan virus RNA lain, coronavirus memiliki frekuensi mutasi yang sangat besar.[11,12]

Stabilitas Virus

Selain menular melalui droplet, SARS–CoV juga diisolasi dari feses dengan viral load yang tinggi. Hal ini membuat beberapa peneliti menduga bahwa virus ini juga dapat menyebar melalui jalur fecal-oral.

Virus SARS–CoV memiliki stabilitas yang tinggi di lingkungan dan dapat bertahan 2–3 hari di suhu ruangan pada permukaan kering yang terkontaminasi, serta 2–4 hari pada feses. Selain itu, studi oleh Rabenau HF et al., menemukan bahwa SARS–CoV dapat bertahan sampai 9 hari pada cairan dan dapat bertahan 24 jam–6 hari pada lingkungan kering.[5,13]

Reservoir dan Host SARS

Investigasi epidemiologi awal menduga bahwa reservoir alami dari SARS–CoV adalah musang bulan (Paguma larvata). Selain itu, studi oleh Wang LF et al. juga melaporkan bahwa kelelawar tapal kuda genus Rhinolophus telah diidentifikasi sebagai reservoir alami untuk SARS–like coronaviruses.[5]

Faktor Risiko

Faktor risiko SARS bermacam–macam, salah satunya adalah bepergian ke daerah endemis. Selain itu, kontak dengan pasien, hewan reservoir (musang bulan dan kelelawar), serta tenaga kesehatan yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang sesuai juga menjadi faktor risiko.[1,5]

Beberapa pasien, terutama yang berusia tua, lebih mudah terpapar SARS–CoV oleh karena komorbiditas sebelumnya, seperti:

  • Penyakit endokrin, misalnya diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2

  • Penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung kronis
  • Penyakit ginjal, seperti penyakit ginjal kronis

  • Penyakit keganasan, seperti kanker payudara

  • Penyakit imunodefisiensi, seperti pasien dengan infeksi HIV

  • Penyakit saraf, seperti parkinson[1,14]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Chan-Yeung M, Xu RH. SARS: epidemiology. Respirology. 2003;8(1):S9‐S14.
4. Ksiazek TG, Erdman D, Goldsmith C, et al. A novel coronavirus associated with severe acute respiratory syndrome. N Engl J Med 2003; 348.
5. Wang LF, Eaton BT. Bats, civets and the emergence of SARS. Curr Top Microbiol Immunol. 2007;315:325‐344.
10. Nicholls J, Dong XP, Jiang G, Peiris M. SARS: clinical virology and pathogenesis. Respirology. 2003;8 Suppl(Suppl 1):S6‐S8.
11. Poutanen SM, Low DE, Henry B, et al. Identification of severe acute respiratory syndrome in Canada. N Engl J Med. 2003:348.
12. Stertz S, Reichelt M, Spiegel M, et al. The intercellular sites of early replication and budding of SARS-coronavirus. Virology. 2007;361(2):304-15.
13. Rabenau HF, Cinatl J, Morgenstern B, et al. Stability and inactivation of SARS coronavirus. Med Microbiol Immunol. 2005;194(1-2):1‐6.

Patofisiologi Severe Acute Respi...
Epidemiologi Severe Acute Respir...

Artikel Terkait

  • Efikasi Masker Bedah dan Masker Respirator N95 untuk Mencegah Infeksi Saluran Pernapasan pada Tenaga Medis
    Efikasi Masker Bedah dan Masker Respirator N95 untuk Mencegah Infeksi Saluran Pernapasan pada Tenaga Medis
  • Penggunaan Alat Pelindung Diri untuk Mencegah Penyakit Infeksius pada Tenaga Medis dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
    Penggunaan Alat Pelindung Diri untuk Mencegah Penyakit Infeksius pada Tenaga Medis dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
  • Strain Baru Virus Swine Flu G4 Berpotensi Menjadi Pandemi
    Strain Baru Virus Swine Flu G4 Berpotensi Menjadi Pandemi
  • Fibrosis Paru Pada Pasien COVID-19
    Fibrosis Paru Pada Pasien COVID-19
  • Guillain−Barré Syndrome pada Pasien COVID-19
    Guillain−Barré Syndrome pada Pasien COVID-19

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
drh.Joseph Moses
Dibalas 15 Februari 2024, 08:39
Gejala COVID-19 pada hewan
Oleh: drh.Joseph Moses
1 Balasan
Zoonosis merupakan penyakit yang menular dari manusia ke hewan atau sebaliknya. Apakah kemarin ketika pandemi covid ada hewan dokter sekalian yang terkena...
Anonymous
Dibalas 18 Desember 2023, 15:53
Penanganan bagaimana yang tepat untuk pasien COVID-19 yang sudah vaksin
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter...izin tanya, bagaimana tatalaksana covid 19 bagi pasien dengan gejala ringan dan sudah vaksin. Apakah perlu terapi antivirus seperti...
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 30 Agustus 2022, 09:14
Trending! Top 5 Artikel Kewaspadaan Pandemi di ALOMEDIKA
Oleh: dr. ALOMEDIKA
6 Balasan
ALO Dokter!Di saat kasus COVID-19 masih terus meningkat, masyarakat dikejutkan dengan kabar kasus pertama konfirmasi infeksi cacar monyet di Indonesia. Tidak...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.