Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) general_alomedika 2022-12-23T10:47:09+07:00 2022-12-23T10:47:09+07:00
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

Oleh :
dr. Nurul Falah
Share To Social Media:

Penatalaksanaan severe acute respiratory syndrome (SARS) berfokus pada pemberian terapi suportif, karena terapi belum ada terapi definitif seperti antivirus yang benefisial dan efektif menangani SARS. Terapi suportif mencakup pemberian oksigen, ventilasi, hidrasi, antipiretik, analgesik, serta antibiotik untuk kasus infeksi sekunder oleh bakteri.[1,33,51]

Untuk mencegah transmisi terutama transmisi nosokomial, pasien yang dicurigai SARS harus dirawat di ruang isolasi dengan ventilasi negatif agar tidak menginfeksi pasien lain. Pasien perlu dipantau sampai hasil tes reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) terkonfirmasi negatif dan pasien sudah menunjukkan perbaikan klinis.

Selain itu, tenaga kesehatan yang merawat pasien probable atau terkonfirmasi SARS harus menggunakan alat pelindung diri dan lebih dianjurkan untuk menggunakan respirator N95 dari pada masker bedah.[32,34]

Terapi Suportif

Terapi suportif berfokus pada pemberian oksigen, ventilasi, hidrasi, dan obat–obatan pendukung. Obat–obatan yang digunakan dapat berupa antipiretik, analgesik, dan antibiotik pada kasus dengan infeksi sekunder oleh bakteri.

Oksigen dan Ventilasi

Pasien dengan SARS umumnya akan mengalami pneumonia, sehingga sangat mungkin merasa sesak. Pemberian oksigen dilakukan sesuai klinis dengan target SpO2 ≥90% pada orang dewasa yang tidak hamil dan SpO2 ≥92–95% pada ibu hamil. Apabila saturasi target tidak tercapai dengan pemberian oksigen noninvasif, dapat dilakukan intubasi maupun trakeostomi dan ventilasi mekanik.[34,35]

Terapi Cairan

Terapi cairan pada pasien SARS, terutama pada pasien dengan syok sepsis, harus dilakukan secara berhati–hati. Syok sepsis dan hipoksemia umumnya ditandai dengan hipotensi yang menetap setelah fluid challenge atau adanya tanda hipoperfusi jaringan (konsentrasi laktat dalam darah >4 mmol/Liter).

Terapi cairan yang berlebihan dapat menyebabkan hemodilusi serta meningkatkan cardiac filling pressure dan overload cairan yang ditandai dengan crackles pada auskultasi dan gambaran edema paru pada rontgen toraks. Pemantauan tanda vital dan SpO2 juga diperlukan pada pasien yang menerima terapi cairan.[36]

Terapi Lainnya

Saat epidemi SARS pertama kali muncul, berbagai regimen kortikosteroid diberikan sebagai terapi inisial dan biasanya dikombinasikan dengan ribavirin. Akan tetapi, pemberian kortikosteroid kini tidak disarankan karena efek samping seperti infeksi oportunistik, nekrosis avaskular, dan replikasi virus yang berkepanjangan.

Suatu analisis retrospektif terkait penggunaan steroid melaporkan peningkatan risiko mortalitas dalam 30 hari. Sebagai terapi suportif, antipiretik dapat diberikan pada pasien demam dan antibiotik dapat diberikan pada pasien dengan infeksi sekunder oleh bakteri.[37]

Medikamentosa

Hingga saat ini belum terdapat terapi medikamentosa definitif untuk SARS. Akan tetapi, terdapat kontroversi pemberian antiviral, interferon, antibodi monoklonal, dan imunoglobulin intravena untuk tata laksana SARS.

Antiviral

Antiviral sebagai terapi SARS sebenarnya masih kontroversial. Masih sedikit penelitian yang menunjukkan efektivitas penggunaan antiviral untuk manajemen SARS. Antiviral yang digunakan saat epidemi SARS adalah ribavirin yang biasanya dikombinasikan dengan kortikosteroid dan oksigen. Hingga kini, ribavirin tidak memiliki aktivitas yang terbukti melawan coronavirus penyebab SARS.[38]

Antiviral golongan protease inhibitor seperti lopinavir dan ritonavir terbukti memiliki efek in vitro terhadap SARS–CoV. Akan tetapi, hasil dari pasien yang menerima lopinavir atau ritonavir sebagai salvage therapy pada perburukan gejala pernapasan setelah terapi metilprednisolon tergolong buruk.[39,40]

Interferon

Interferon tipe 1 dapat menghambat virus RNA dan DNA termasuk SARS–CoV, di mana efek ini telah didemonstrasikan secara in vitro baik pada sel manusia maupun sel hewan.

Pada eksperimen kera Cynomolgus yang diinfeksi SARS–CoV, pengobatan profilaksis dengan pegylated IFN–alfa secara signifikan dapat mengurangi replikasi virus, mengurangi ekspresi antigen virus berdasarkan pneumosit tipe 1, dan mengurangi kerusakan paru–paru. Akan tetapi, hasil pasca terapi dengan pegylated IFN–alfa tidak begitu memuaskan.[41]

Pada pasien SARS, penggunaan IFN-alfacon1 dengan kortikosteroid dikaitkan dengan peningkatan oksigenasi, resolusi dari opasitas rontgen toraks yang lebih cepat, dan penurunan kadar kreatin fosfokinase (CPK). Masih diperlukan studi lebih lanjut untuk temuan ini.[42]

Antibodi Monoklonal

Antibodi monoklonal (MAbs) telah dikembangkan dan berdasarkan studi bekerja terhadap protein permukaan pada nukleokapsid SARS–CoV. Akan tetapi, pada praktik klinis, obat ini kurang direkomendasikan karena tidak terbukti benefisial pada infeksi SARS-CoV.[43,51]

Terapi Plasma Konvalesens

Terapi plasma konvalesens sempat digunakan pada saat epidemi SARS. Sebagian studi menyebutkan bahwa penggunaannya pada fase awal penyakit mungkin memberikan benefit. Akan tetapi, banyak studi yang juga tidak menemukan manfaat penggunaannya secara klinis.[44]

Glycyrrhizin

Penggunaan glycyrrhizin pada sel Vero berhubungan dengan terhambatnya replikasi virus SARS–CoV. Selain itu, glycyrrhizin juga mempengaruhi signaling pathway serta faktor transkripsi pada sel, seperti nuclear factor κB. Akan tetapi, masih diperlukan studi lebih lanjut mengenai hal ini.[45]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Chan-Yeung M, Xu RH. SARS: epidemiology. Respirology. 2003;8(1):S9‐S14.
32. 32. Centers for Disease Control and Prevention. Clinical Guidance on the Identification and Evaluation of Possible SARS-CoV Disease among Persons Presenting with Community-Acquired Illness, Version 2. Centers for Disease Control and Prevention. http://www.cdc.gov/ncidod/sars/clinicalguidance.htm.
33. Ho W. Guideline on management of severe acute respiratory syndrome (SARS). Lancet. 2003 Apr 19. 361(9366):1313-5. Lapinsky SE, Hawryluck L. ICU management of severe acute respiratory syndrome. Intensive Care Med. 2003 Jun. 29(6):870-5.
34. Offeddu V, Yung CF, Low MSF, Tam CC. Effectiveness of Masks and Respirators Against Respiratory Infections in Healthcare Workers: A Systematic Review and Meta-Analysis. Clin Infect Dis. 2017;65 (11):1934-1942.
35. Lau AC, Yam LY, So LK. Management of Critically Ill Patients with Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Int J Med Sci. 2004;1(1):1‐10. doi:10.7150/ijms.1.1
36. Li D, Li X, Cui W, et al. Liberal versus conservative fluid therapy in adults and children with sepsis or septic shock. Cochrane Database Syst Rev. 2018;12(12):CD010593.
37. Lee N, Allen Chan KC, Hui DS, et al. Effects of early corticosteroid treatment on plasma SARS-associated Coronavirus RNA concentrations in adult patients. J Clin Virol. 2004;31(4):304-9.
38. Tsang K, Zhong NS. SARS: pharmacotherapy. Respirology. 2003;8 Suppl:S25‐S30.
39. Chu CM, Cheng VC, Hung IF, et al. Role of lopinavir/ritonavir in the treatment of SARS: initial virological and clinical findings. Thorax. 2004; 59(3):252-6.
40. Chan KS, Lai ST, Chu CM, et al. Treatment of severe acute respiratory syndrome with lopinavir/ritonavir: a multicentre retrospective matched cohort study. Hong Kong Med J. 2003; 9(6):399-406.
41. Haagmans BL, Kuiken T, Martina BE, et al. Pegylated interferon-alpha protects type 1 pneumocytes against SARS coronavirus infection in macaques. Nat Med. 2004;10(3):290-3.
42. Loutfy MR, Blatt LM, Siminovitch KA, et al. Interferon alfacon-1 plus corticosteroids in severe acute respiratory syndrome: a preliminary study. JAMA. 2003;290(24):3222-8.
43. Das D, Kammila S, Suresh MR. Development, characterization, and application of monoclonal antibodies against severe acute respiratory syndrome coronavirus nucleocapsid protein. Clin Vaccine Immunol. 2010;17(12):2033-6.
44. Cheng Y, Wong R, Soo YO, et al. Use of convalescent plasma therapy in SARS patients in Hong Kong. Eur J Clin Microbiol Infect Dis. 2005;24(1):44-6.
45. Cinatl J, Morgenstern B, Bauer G, et al. Glycyrrhizin, an active component of liquorice roots, and replication of SARS-associated coronavirus. Lancet. 2003;361(9374):2045-6.
51. Hodgens A, Gupta V. Severe Acute Respiratory Syndrome. In: StatPearls Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558977/

Diagnosis Severe Acute Respirato...
Prognosis Severe Acute Respirato...

Artikel Terkait

  • Efikasi Masker Bedah dan Masker Respirator N95 untuk Mencegah Infeksi Saluran Pernapasan pada Tenaga Medis
    Efikasi Masker Bedah dan Masker Respirator N95 untuk Mencegah Infeksi Saluran Pernapasan pada Tenaga Medis
  • Penggunaan Alat Pelindung Diri untuk Mencegah Penyakit Infeksius pada Tenaga Medis dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
    Penggunaan Alat Pelindung Diri untuk Mencegah Penyakit Infeksius pada Tenaga Medis dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
  • Strain Baru Virus Swine Flu G4 Berpotensi Menjadi Pandemi
    Strain Baru Virus Swine Flu G4 Berpotensi Menjadi Pandemi
  • Fibrosis Paru Pada Pasien COVID-19
    Fibrosis Paru Pada Pasien COVID-19
  • Guillain−Barré Syndrome pada Pasien COVID-19
    Guillain−Barré Syndrome pada Pasien COVID-19

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
drh.Joseph Moses
Dibalas 15 Februari 2024, 08:39
Gejala COVID-19 pada hewan
Oleh: drh.Joseph Moses
1 Balasan
Zoonosis merupakan penyakit yang menular dari manusia ke hewan atau sebaliknya. Apakah kemarin ketika pandemi covid ada hewan dokter sekalian yang terkena...
Anonymous
Dibalas 18 Desember 2023, 15:53
Penanganan bagaimana yang tepat untuk pasien COVID-19 yang sudah vaksin
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter...izin tanya, bagaimana tatalaksana covid 19 bagi pasien dengan gejala ringan dan sudah vaksin. Apakah perlu terapi antivirus seperti...
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 30 Agustus 2022, 09:14
Trending! Top 5 Artikel Kewaspadaan Pandemi di ALOMEDIKA
Oleh: dr. ALOMEDIKA
6 Balasan
ALO Dokter!Di saat kasus COVID-19 masih terus meningkat, masyarakat dikejutkan dengan kabar kasus pertama konfirmasi infeksi cacar monyet di Indonesia. Tidak...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.