Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Rhinitis Alergi general_alomedika 2023-05-05T11:18:53+07:00 2023-05-05T11:18:53+07:00
Rhinitis Alergi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan e-Prescription

Diagnosis Rhinitis Alergi

Oleh :
dr. Qorry Amanda, M.Biomed
Share To Social Media:

Diagnosis rhinitis alergi perlu dicurigai pada pasien yang mengeluhkan gejala rhinitis terkait pencetus tertentu. Pada pemeriksaan fisik, bisa ditemukan tanda rhinitis alergi seperti nasal crease, sekret hidung, dan deviasi septum. Pemeriksaan penunjang dengan skin prick test dapat membantu mengidentifikasi alergen yang mencetuskan gejala.[1,2]

Anamnesis

Gejala yang sering dikeluhkan pasien dengan rhinitis alergi adalah bersin, hidung tersumbat, rhinorrhea, serta rasa gatal pada hidung, mata, telinga dan langit-langit mulut. Dugaan adanya rhinitis alergi akan semakin besar jika keluhan berlangsung lebih dari satu jam dan terjadi hampir setiap hari. Keluhan sekret hidung yang mukopurulen, adanya post nasal drip yang mukoid, anosmia, nyeri pada hidung, dan epistaksis berulang umumnya tidak berhubungan dengan rhinitis alergi.

Pasien juga bisa mengeluhkan gejala yang berkaitan dengan komplikasi dari rhinitis alergi, yaitu sinusitis, otitis media, gangguan tidur, dan obstructive sleep apnea.

Dokter juga harus menggali pencetus rhinitis alergi. Alergen luar ruangan dapat berupa polen bunga, serta bagian dari tumbuhan tertentu seperti pohon, rumput, dan jamur. Alergen dalam ruangan dapat berupa tungau debu rumah, serta komponen sel epitel bulu hewan peliharaan seperti kucing dan anjing. Selain itu, rhinitis alergi juga bisa dipicu oleh pencetus nonspesifik seperti rokok, udara kering, atau cuaca dingin.[1,2]

Klasifikasi Rhinitis Alergi

Rhinitis alergi dapat dibedakan berdasarkan berat-ringan gejala dan seberapa sering gejala muncul.

  • Rhinitis alergi disebut intermiten jika gejala muncul < 4 hari/minggu atau <4 minggu/episode
  • Rhinitis alergi disebut persiten jika gejala muncul ≥ 4 hari/minggu atau ≥4 minggu/episode

Sementara itu, berdasarkan keparahan, rhinitis alergi bisa dibedakan menjadi:

  • Ringan: Pola tidur normal. Tidak ada gangguan aktivitas, olahraga, istirahat. Tidak ada gangguan pekerjaan dan sekolah
  • Sedang-Berat (minimal satu gejala): Gangguan tidur. Gangguan aktivitas, olahraga, istirahat. Gangguan pekerjaan dan sekolah[18]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik difokuskan pada area sekitar mata, hidung, dan sinus paranasal.

Inspeksi

Pada inspeksi dapat ditemukan allergic shiners atau gambaran lingkaran berwarna lebih gelap dari kulit sekitar yang terdapat di daerah mata. Gambaran ini muncul sebagai akibat dari adanya kongesti nasal. Selain itu, bisa ditemukan nasal crease atau gambaran berupa guratan garis di bagian setengah bawah hidung yang disebabkan oleh gerakan tangan yang mengusap hidung berulang kali karena gatal.

Rhinoskopi Anterior:

Pada rhinoskopi anterior, dapat ditemukan edema pada mukosa konka nasalis akibat terjadi kongesti. Bisa juga terlihat sekret berair pada mukosa nasalis, deviasi septum nasi atau perforasi septum nasi akibat rhinitis kronik. Massa seperti polip atau tumor hidung yang dapat memperberat gejala rhinitis alergi juga harus dikonfirmasi melalui pemeriksaan rhinoskopi.

Inspeksi Telinga dan Mata:

Otoskopi dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya retraksi membran timpani atau air-fluid level jika dicurigai adanya disfungsi tuba Eustachius akibat rhinitis alergi. Pemeriksaan segmen anterior mata dilakukan untuk mencari injeksi atau pembengkakan dari konjungtiva palpebra disertai dengan peningkatan produksi air mata. Gambaran garis Dennie-Morgan, yaitu garis di bawah palpebra inferior, juga berhubungan dengan rhinitis alergi.

Inspeksi Regio Oral:

Pemeriksaan faringoskopi dapat menemukan gambaran cobblestone yang merupakan pembesaran jaringan limfoid faring posterior akibat rhinitis alergi. Pasien dapat terlihat bernapas melalui mulut, sering berdehem, atau suara seperti menghisap ingus (nasal sniffling) akibat kongesti nasal yang dialami. Maloklusi pada gigi dan palatum yang memiliki lengkungan tinggi juga dapat ditemukan pada pasien yang sering bernapas melalui mulut akibat rhinitis alergi yang sering dialaminya.

Inspeksi Kulit:

Pada kulit dapat diamati apakah ada tanda dermatitis atopik yang meningkatkan risiko pasien mengalami rhinitis alergi.

Inspeksi Toraks:

Pada toraks dapat diamati apakah ada tanda-tanda asma, seperti pectus excavatum atau pectus carinatum. yang juga meningkatkan risiko pasien mengalami rhinitis alergi.[1,2,9,10]

Palpasi

Pada kondisi kronik berulang, sinus paranasal dapat ikut mengalami inflamasi sehingga ditemukan nyeri tekan.

Palpasi pada bagian leher dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyebab sekunder terjadinya rhinitis alergi, seperti kelainan tiroid atau limfadenopati. Penyakit tiroid autoimun dapat menjadi penyebab yang mendasari terjadinya rhinitis alergi. Sementara itu, adanya limfadenopati menunjukkan rhinitis alergi yang kronik.[1,2,11]

Perkusi

Perkusi dilakukan pada sinus maksilaris dan frontalis untuk mengetahui adanya nyeri ketuk. Nyeri ketuk pada sinus paranasal dapat menjadi penanda kronik dari rhinitis alergi hingga telah menimbulkan sinusitis.[12]

Auskultasi

Auskultasi dapat dilakukan di area toraks untuk mengkonfirmasi adanya suara tambahan paru seperti wheezing yang menjadi penanda adanya asma pada pasien. Asma merupakan salah satu contoh penyakit atopi yang dapat meningkatkan risiko rhinitis alergi.[2]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding rhinitis alergi mencakup rhinitis vasomotor, rhinitis infeksi, dan rhinitis medikamentosa.

Rhinitis Vasomotor

Secara klinis, rhinitis vasomotor sangat mirip dengan rhinitis alergi. Yang menjadi pembeda utama adalah onset dan kronologi timbulnya keluhan. Rhinitis vasomotor lebih banyak terjadi akibat paparan suhu dingin, aroma menyengat, atau konsumsi makanan pedas. Sementara itu, pada rhinitis alergi pencetus dapat berupa polen bunga, bulu binatang, atau tungau.[1,13]

Rhinitis Viral

Berbeda dengan rhinitis alergi, pada rhinitis viral dapat terjadi keluhan prodromal berupa demam, malaise, myalgia, dan nyeri kepala yang lebih jelas. Riwayat keluarga atau sosial dapat menyatakan adanya individu yang sedang sakit serupa dengan pasien.[1,14]

Rhinitis Bakteri

Rhinitis bakteri juga ditandai dengan adanya gejala prodromal seperti demam, myalgia, dan malaise seperti pada rhinitis virus. Pada rhinitis yang disebabkan bakteri, sekret nasal cenderung bersifat mukopurulen dengan warna kekuningan atau kehijauan.[3,13,14]

Rhinitis Hormonal

Rhinitis hormonal terjadi pada wanita dan terutama berhubungan dengan siklus menstruasi atau kehamilan. Peningkatan estrogen menyebabkan adanya kongesti nasal, sehingga timbul keluhan rhinitis. Rhinitis hormonal yang berkaitan dengan kehamilan sering terjadi pada bulan ke-7 kehamilan dan baru mereda setelah 2 minggu postpartum. Sementara itu, rhinitis hormonal yang berhubungan dengan siklus menstruasi sering terjadi pada fase pre-menstruasi.[3]

Rhinitis Medikamentosa

Rhinitis medikamentosa disebabkan adanya fenomena rebound akibat penggunaan berlebihan dekongestan nasal. Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior, dapat ditemukan gambaran mukosa yang edema namun pucat dan tanpa disertai sekret. Pasien melaporkan penggunaan dekongestan dalam durasi lebih dari 3 hari berturut-turut.[3,15]

Pemeriksaan Penunjang

Sebagian besar kasus rhinitis alergi dapat ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan bila pasien tidak berespon terhadap terapi empiris. Pemeriksaan penunjang dapat mengidentifikasi alergen pencetus.[1,2]

Tes Cukit Kulit (Skin Prick Test)

Skin prick test dilakukan dengan cara menggores atau menusuk permukaan kulit dengan jarum sebelum meneteskan ekstrak alergen yang dicurigai menjadi penyebab rhinitis alergi. Reaksi biasanya berlangsung dalam 15-20 menit setelah ekstrak alergen diberikan.[2,16]

Pemeriksaan Kadar IgE Total Serum

Meskipun tidak begitu sensitif atau spesifik, pemeriksaan ini masih dapat dilakukan untuk membantu mengkonfirmasi risiko atopik pada pasien. Biasanya pemeriksaan kadar IgE total serum dilakukan bersama dengan skin prick test. Pemeriksaan kadar IgE total serum tidak dilakukan secara rutin dalam penegakan diagnosis rhinitis alergi.[1,2]

Pemeriksaan Radiologi

Meskipun tidak rutin dilakukan dengan tujuan penegakkan diagnosis rhinitis alergi, pemeriksaan radiologi dapat membantu mengkonfirmasi adanya komorbiditas atau komplikasi yang sering menyertai rhinitis alergi seperti sinusitis atau hipertrofi adenoid. Proyeksi foto rontgen yang dapat membantu mengkonfirmasi adanya komplikasi sinusitis adalah proyeksi Caldwell, Waters, dan lateral.

Sementara itu, untuk membantu menegakkan diagnosis komorbiditas hipertrofi adenoid dapat dilakukan dengan menggunakan proyeksi lateral dari rontgen leher. Pemeriksaan radiologi melalui rontgen sudah cukup bermanfaat untuk mendeteksi adanya sinusitis akut meskipun pemeriksaan pencitraan dengan CT Scan memiliki sensitivitas dan spesifitas lebih tinggi.[1,2]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Junita br Tarigan

Referensi

1. Akhouri S, House SA. Allergic Rhinitis. [Updated 2022 Jun 5]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538186/
2. Jean T. Allergic Rhinitis. Medscape, 2022. https://emedicine.medscape.com/article/134825-overview
3. Liva GA, Karatzanis AD, Prokopakis EP. Review of Rhinitis: Classification, Types, Pathophysiology. J Clin Med. 2021 Jul 19;10(14):3183. doi: 10.3390/jcm10143183. PMID: 34300349; PMCID: PMC8303640.
9. Yadava OP, Kolvekar S. Pectus excavatum. Indian J Thorac Cardiovasc Surg. 2021 Sep;37(5):603-604. doi: 10.1007/s12055-021-01222-0. Epub 2021 Jul 28. PMID: 34511775; PMCID: PMC8387524.
10. Martinez-Ferro M, Bellia-Munzon G, Schewitz IA, Toselli L. Pectus carinatum: When less is more. Afr J Thorac Crit Care Med. 2019 Sep 17;25(3):10.7196/AJTCCM.2019.v25i3.019. doi: 10.7196/AJTCCM.2019.v25i3.019. PMID: 34286260; PMCID: PMC8278853.
11. Zhang C, Hong C, Lian X, Wen L, Xu K, Tian Z, Si W, Li Y. Correlations of thyroid autoantibodies with allergic diseases: A case-control study of 434 Chinese patients. Medicine (Baltimore). 2022 Jul 29;101(30):e29871. doi: 10.1097/MD.0000000000029871. PMID: 35905200; PMCID: PMC9333515.
12. Battisti AS, Modi P, Pangia J. Sinusitis. [Updated 2022 Aug 8]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470383/
13. Leader P, Geiger Z. Vasomotor Rhinitis. [Updated 2022 Jul 11]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547704/
14. Thomas M, Bomar PA. Upper Respiratory Tract Infection. [Updated 2022 Jun 27]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532961/
15. Wahid NWB, Shermetaro C. Rhinitis Medicamentosa. 2022 Sep 5. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan–. PMID: 30855902.
18. Klimek L, Bachert C, Pfaar O, Becker S, Bieber T, Brehler R, Buhl R, Casper I, Chaker A, Czech W, Fischer J, Fuchs T, Gerstlauer M, Hörmann K, Jakob T, Jung K, Kopp MV, Mahler V, Merk H, Mülleneisen N, Nemat K, Rabe U, Ring J, Saloga J, Schlenter W, Schmidt-Weber C, Seyfarth H, Sperl A, Spindler T, Staubach P, Strieth S, Treudler R, Vogelberg C, Wallrafen A, Wehrmann W, Wrede H, Zuberbier T, Bedbrook A, Canonica GW, Cardona V, Casale TB, Czarlewski W, Fokkens WJ, Hamelmann E, Jutel M, Larenas-Linnemann D, Mullol J, Papadopoulos NG, Toppila-Salmi S, Werfel T, Bousquet J. ARIA guideline 2019: treatment of allergic rhinitis in the German health system. Allergol Select. 2019 Dec 30;3(1):22-50. doi: 10.5414/ALX02120E. PMID: 32176226; PMCID: PMC7066682.

Epidemiologi Rhinitis Alergi
Penatalaksanaan Rhinitis Alergi

Artikel Terkait

  • Rhinitis Alergi akibat Polusi dalam Ruangan
    Rhinitis Alergi akibat Polusi dalam Ruangan
  • Pemilihan Antihistamin untuk Rhinitis Alergi
    Pemilihan Antihistamin untuk Rhinitis Alergi
  • Irigasi Nasal untuk Rhinitis Alergi: Apakah Bermanfaat?
    Irigasi Nasal untuk Rhinitis Alergi: Apakah Bermanfaat?
  • Serum Specific IgE sebagai Pemeriksaan Alergi
    Serum Specific IgE sebagai Pemeriksaan Alergi
  • Perlukah Berhenti Meresepkan Antihistamin Generasi Pertama pada Kasus Alergi?
    Perlukah Berhenti Meresepkan Antihistamin Generasi Pertama pada Kasus Alergi?

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 07 Mei 2025, 10:23
Terapi Rhintis Alergi dengan steroid
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter, izin bertanya dok. Pengalaman dokter dlm memberikan terapi rhinitis alergi, apakah msih menggunakan steorid oral atau sudah beralih ke steroid...
dr.yunaldi altila, SpTHT.BKL
Dibuat 12 Januari 2024, 19:40
Sedikit hal seputar rhinitis alergi
Oleh: dr.yunaldi altila, SpTHT.BKL
0 Balasan
Sedikit hal seputar rhinitis alergi
Anonymous
Dibalas 21 Agustus 2023, 20:01
Terapi farmakologi untuk pasien anak dengan salesma dan rhinitis alergi
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dok! Untuk terapi pasien anak dgn salesma dan rhinitis alergika lbh baik pseudoephedrine oral atau oxymetazoline nasal drop ya dok? Mengingat keluhan yg...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.