Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Benign Prostatic Hyperplasia general_alomedika 2025-03-17T13:12:49+07:00 2025-03-17T13:12:49+07:00
Benign Prostatic Hyperplasia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Benign Prostatic Hyperplasia

Oleh :
Josephine Darmawan
Share To Social Media:

Penatalaksanaan benign prostatic hyperplasia (BPH) atau hiperplasia prostat jinak sangat bergantung dari derajat keparahannya, berdasarkan skoring IPSS (International Prostate Symptom Score). Dalam kasus BPH tanpa gejala, tidak diperlukan pengobatan.  Bila pasien mengalami retensi urine akibat BPH, penatalaksanaan awal yang darurat adalah mengatasi retensi urine dengan memasang kateterisasi uretra, atau jika gagal maka dipasang kateterisasi suprapubik.[2,6,8,17,19]

Pemantauan Ketat (Watchful Waiting)

Watchful waiting dilakukan pada pasien dengan gejala ringan, yaitu pasien dengan hasil skor IPSS/AUA (American Urological Association Symptom Score Index) 0 hingga 7. Metode terapi ini sering kali mengalami kegagalan, yaitu sekitar 40% dalam 3 bulan pertama hingga 60% dalam 12 bulan. Terapi farmakoterapi awal pada pasien dengan gejala lower urinary tract symptoms (LUTS) yang mengganggu dapat membantu memperlambat progresivitas gejala.

Modifikasi Gaya Hidup

Modifikasi gaya hidup adalah pengobatan lini pertama untuk semua pasien dengan BPH dan termasuk intervensi berikut:

  • Membatasi asupan cairan sebelum tidur atau sebelum bepergian
  • Membatasi asupan diuretik ringan (misalnya, kafein, alkohol)
  • Membatasi asupan iritasi kandung kemih (misalnya, makanan yang sangat berbumbu atau mengiritasi)
  • Menghindari sembelit
  • Meningkatkan aktivitas, termasuk olahraga berat secara teratur
  • Pengendalian berat badan

Medikamentosa

Pasien dengan gejala sedang (Skor IPSS/AUA 8-18) hingga berat (Skor IPSS/AUA 19-35) dapat diberikan terapi farmakologis. Jika terapi farmakologis tidak berhasil mengatasi gejala yang ada, maka dapat dilakukan tindakan pembedahan.

Antagonis Reseptor Alfa-1-Adrenergik

Obat antagonis α1 adrenergik (penghambat reseptor alfa / alpha blocker), seperti prazosin, terazosin, silodosin, tamsulosin atau alfuzosin, bekerja dengan mengurangi retensi otot polos prostat. Obat merupakan salah satu obat yang paling sering diberikan pada pasien benign prostatic hyperplasia karena dapat memperbaiki aliran urin dan skor IPSS sebanyak 30-40% dalam waktu 1 minggu. Akan tetapi, obat ini tidak menghambat progresifitas benign prostatic hyperplasia.

Penghambat 5-Alfa-Reduktase

Penghambat 5-alfa-reduktase atau alpha-reductase inhibitors, seperti dutasteride and finasteride, bekerja untuk mengurangi volume prostat dengan menurunkan kadar hormon testosterone/dihidrotestosteron. Obat ini juga merupakan salah satu obat yang sering diberikan, umumnya diberikan pada pasien dengan ukuran prostat >30 gram. Butuh waktu paling tidak 6 bulan untuk mencapai efek terapetik maksimal. Obat ini dapat mengurangi progresivitas benign prostatic hyperplasia, tetapi memiliki risiko cukup tinggi untuk menjadi kanker prostat.

Antimuskarinik (Antikolinergic)

Obat antagonis reseptor muskarinik (antikolinergic) merupakan salah satu terapi benign prostatic hyperplasia terkini. Cara kerja obat ini adalah menginhibisi respon asetilkolin sehingga menurunkan kontraktilitas otot detrusor dan mengurangi gejala iritatif LUTS. Obat ini juga dapat diberikan bersamaan dengan antagonis alfa-1-adrenergik.

Obat ini tidak dapat digunakan apabila pasien mengalami obstruksi saluran kemih. Dalam menggunakan antikolinergik pada pria dengan BPH terdapat kekhawatiran bahwa obat ini dapat meningkatkan resiko retensi urin akut, terutama dalam pengaturan BPH dengan obstruksi. Oleh karena itu, residu pasca berkemih harus diukur sebelum memulai pengobatan dengan agen antikolinergik; obat ini harus digunakan dengan hati-hati pada pria dengan peningkatan residu pasca berkemih (>300 mL).[21]

Contoh obat antimuskarinik dengan dosis adalah:

  • Fesoterodine 4 mg setiap hari
  • Tolterodine IR 1 sampai 2 mg dua kali sehari
  • Oxybutynin IR 5 mg 2 sampai 3 kali sehari
  • Darifenacin 7,5 mg setiap hari
  • Solifenacin 5 mg setiap hari [21]

Penghambat Fosfodiesterase-5

Obat penghambat fosfodiesterase-5 atau phosphodiesterase type 5 inhibitor seperti tadalafil merupakan salah satu obat BPH terkini tetapi cara kerjanya belum diketahui secara pasti.[1] Studi yang ada menyatakan bahwa penghambat fosfodiesterase-5 dapat memicu relaksasi otot halus sehingga melancarkan aliran urin. Obat ini merupakan pilihan apabila pasien memiliki gejala LUTS yang disertai disfungsi ereksi.

Agonis Beta-3-Adrenoreceptor

Agonis beta-3-adrenoreceptor seperti mirabegron merupakan obat benign prostatic hyperplasia yang lebih baru dan dapat digunakan terutama pada pasien BPH dengan glaukoma. Cara kerja obat ini masih belum diketahui secara pasti.

Pembedahan

Tindakan pembedahan pada benign prostatic hyperplasia dapat dilakukan pada pasien dengan skor IPSS 8 hingga 35. Indikasi tindakan pembedahan pada BPH adalah kegagalan terapi farmakologi, retensi urin yang sulit diatasi (evakuasi dengan kateter tidak berhasil), infeksi saluran kemih berulang, hematuria, batu saluran kemih, dan insufisiensi renalis karena obstruksi.

Prostatektomi Terbuka atau Open Prostatectomy

Prostatektomi terbuka merupakan pilihan tindakan bedah utama bagi pasien benign prostatic hyperplasia dengan ukuran prostat yang terlalu besar (100 gram atau lebih) dibandingkan transurethral resection of the prostate (TURP). Ukuran prostat yang terlalu besar dapat mengakibatkan tidak tuntasnya reseksi pada TURP.

Pembedahan Endourology

Pembedahan endourologi adalah metode yang paling umum dilakukan untuk terapi benign prostatic hyperplasia. Prosedur yang dapat dilakukan antara lain adalah transurethral resection of the prostate (TURP), transurethral incision of the prostate (TUIP), prostatektomi laser, dan elektrovaporasi.[1] TURP adalah teknik pembedahan yang paling baik untuk pasien benign prostatic hyperplasia dengan gejala sedang hingga berat. Sebanyak 95% pembedahan benign prostatic hyperplasia dilakukan dengan TURP.

Tindakan ini paling ideal dilakukan pada pasien dengan ukuran prostat sedang (60-80 gram) dengan batas toleransi hingga 100 gram. Akan tetapi, hal ini sangat bergantung pada pengalaman operator. Prostatektomi dengan laser juga memberikan hasil yang sama dengan TURP tetapi lebih jarang dilakukan karena harus dilakukan oleh dokter spesialis urologi yang secara khusus memiliki keterampilan untuk prostatektomi laser. TUIP merupakan teknik pembedahan untuk benign prostatic hyperplasia yang cukup baik. Prosedur ini tidak dapat dilakukan pada pasien dengan karsinoma prostat.

Pembedahan Invasif Minimal

Teknik pembedahan invasif minimal pada benign prostatic hyperplasia antara lain adalah transurethral needle ablation (TUNA), transurethral microwave therapy (TUMT), dan pemasangan stent. Tindakan bedah invasif minimal umumnya dilakukan pada pasien benign prostatic hyperplasia dengan ukuran prostat kecil (30-50 gram). TUMT merupakan pilihan tindakan yang cukup sering dilakukan, namun memberikan hasil yang kurang baik dibandingkan dengan TURP.

TUNA dapat dilakukan terutama pada pasien benign prostatic hyperplasia yang masih cukup muda karena resiko untuk ejakulasi retrograde lebih kecil. Akan tetapi, baik TUMT ataupun TUNA kecenderungan untuk melakukan operasi ulang dalam 5 tahun lebih tinggi. Pemasangan stent dapat dilakukan pada pasien dengan gejala berat yang kondisinya tidak memungkinkan untuk dilakukan pembedahan.[2,6,8,17,19]

 

Direvisi oleh: dr. Roshni Manwani

Referensi

2. Vasanwala FF, Wong MYC, Ho HSS, Foo KT. Benign prostatic hyperplasia and male lower urinary symptoms: a guide for family physicians. AJUR. 2017;4:181–4.
6. Homma Y, Gotoh M, Kawauchi A, Kojima Y, Masumori N, Nagai A, et al. Clinical guidelines for male lower urinary tract symptoms and benign prostatic hyperplasia. Int J Urol. 2017;24:716–29.
8. Lerner LB, McVary, KT, Barry MJ et al: Management of lower urinary tract symptoms attributed to benign prostatic hyperplasia: AUA Guideline part I, initial work-up and medical management. J Urol 2021;
17. Foo KT, Ho HSS, Wong MYC. Singapore Urological Association Clinical Guidelines for Male Lower Urinary Tract Symptoms/Benign Prostatic Hyperplasia. Singapore Med J. 2017;58:473–80.
19. Braeckman J, Denis L. Management of BPH then 2000 and now 2016 – From BPH to BPO. AJUR. 2017;4:138–47.
21. McVary K. Medical treatment of benign prostatic hyperplasia. Uptodate. 2021.

Diagnosis Benign Prostatic Hyper...
Prognosis Benign Prostatic Hyper...

Artikel Terkait

  • Pilihan Metode Skrining Kanker Prostat
    Pilihan Metode Skrining Kanker Prostat
  • Potensi Risiko Skrining Prostate Specific Antigen (PSA)
    Potensi Risiko Skrining Prostate Specific Antigen (PSA)
  • Solusi Masalah Kateterisasi Uretra secara Blind
    Solusi Masalah Kateterisasi Uretra secara Blind
  • Red Flag Retensi Urine
    Red Flag Retensi Urine
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 03 Februari 2025, 16:34
Peresepan obat BPH bagi dokter umum
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin diskusi dok...pasien saya laki-laki usia 60 th dengan gejala BPH, apakah dokter umum boleh meresepkan obat untuk BPH misalnya finasteride...
Anonymous
Dibalas 30 November 2023, 09:48
Tata laksana BPH/Gangguan Prostat
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Dok izin diskusi untuk laki-laki lansia usia diatas 65 tahun dengan kondisi kesehatan Hipertensi (Konsumsi Candesartan dan Amlodipine ) , Pitting Odema...
Anonymous
Dibalas 27 Januari 2023, 07:52
Pengobatan kalsifikasi prostat pada pasien usia 65 tahun
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Saya memiliki pasien umur 65 tahun dengan keluhan sering kencing pada malam hari. 3 tahun yang lalu didiagnosa dengan kalsifikasi prostat. Obat...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.