Indikasi Kateterisasi Uretra Pada Pria
Indikasi kateterisasi uretra terbagi menjadi dua, yaitu indikasi diagnostik dan indikasi terapi. Untung mencegah terjadinya komplikasi, seperti catheter-associated urinary tract infection (CAUTI), pemasangan kateter uretra hanya boleh dilakukan jika terdapat indikasi medis, dan sebaiknya terpasang dalam durasi sesingkat mungkin.[1,3]
Indikasi Diagnostik
Indikasi diagnostik kateterisasi uretra adalah sebagai berikut:
- Mengambil spesimen urin tanpa terkontaminasi
- Monitoring dari produksi urin (urine output), sebagai indikator status cairan dan menilai perfusi renal, terutama pada pasien kritis
- Pemeriksaan radiologi pada saluran kemih
- Diagnosis dari perdarahan saluran kemih, atau obstruksi saluran kemih, misalnya striktur atau hipertrofi prostat, yang ditandai dengan kesulitan memasukkan kateter
Indikasi Terapi
Kateterisasi uretra juga dapat dilakukan atas indikasi terapi, misalnya pada kondisi berikut:
- Retensi urin akut, misalnya pada benign prostatic hyperplasia, bekuan darah, gangguan neurogenik, atau obstruksi kronik yang menyebabkan hidronefrosis
-
Inkontinensia urin yang tidak tertangani dengan terapi lainnya, sehingga dapat menyebabkan iritasi pada kulit sekitar kemaluan, serta untuk dekompresi intermiten pada gangguan neurogenic bladder
- Inisiasi irigasi kandung kemih berkelanjutan
- Memelihara higienitas pada pasien yang memerlukan tirah baring/bedrest dalam waktu lama
- Tindakan bedah urologi[1,5,6]
Indikasi Kateterisasi yang Tidak Tepat
Di rumah sakit, kateterisasi uretra seringkali dilakukan tanpa indikasi yang tepat, dan terpasang pada pasien dalam waktu yang lebih lama dari seharusnya. Untuk menurunkan kejadian komplikasi, seperti infeksi saluran kemih, pemeriksaan harian terhadap kateter indwelling penting untuk dilakukan. Pelepasan kateter juga harus dilakukan segera, setelah tidak diperlukan lagi.[10–12]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra