Teknik Pemeriksaan Tanda Rangsang Meningeal
Teknik pemeriksaan tanda rangsang meningeal terdiri atas pemeriksaan kaku kuduk (nuchal rigidity), tanda Brudzinski I, Brudzinski II, dan perasat Kernig. Pemeriksaan ini mudah untuk dilakukan meskipun dalam keadaan gawat darurat.[9]
Persiapan Pasien
Sebelum melakukan pemeriksaan, pastikan pasien diperiksa di ruangan yang privat dan nyaman. Penjelasan lengkap mengenai indikasi, cara pemeriksaan, dan komplikasi harus dijelaskan kepada pasien. Lepaskan aksesoris yang ada di leher seperti kalung atau syal.
Pada pasien dengan kecurigaan infeksi susunan saraf pusat, pasien mungkin dalam keadaan penurunan kesadaran atau tidak kooperatif. Pastikan telah mendapatkan persetujuan informed consent untuk melakukan pemeriksaan dari keluarga yang berwenang.[6,8,9]
Peralatan
Pemeriksaan tanda rangsang meningeal tidak memerlukan alat khusus. Pada pemeriksaan ini, pasien sebaiknya dibaringkan pada meja pemeriksaan.[6,8,9]
Posisi Pasien
Pemeriksaan tanda rangsang meningeal dilakukan saat pasien dalam posisi supinasi.[6,8,9]
Prosedural
Pemeriksaan tanda rangsang meningeal terdiri dari 4 perasat, yaitu pemeriksaan kaku kuduk (nuchal rigidity), tanda Brudzinski I, Brudzinski II, dan Kernig.
Kaku Kuduk
Pasien dalam posisi terlentang. Posisikan satu tangan pemeriksa di bawah kepala pasien dan tangan lain di atas dada. Lakukan fleksi pada leher pasien ke arah dada secara pasif. Apabila terdapat tahanan sehingga dagu tidak menempel pada dada, maka kaku kuduk dinyatakan positif.
Pemeriksaan kaku kuduk dapat memberikan hasil positif pada kasus selain meningitis, seperti pada tetanus, tumor korda spinalis, peningkatan tekanan intrakranial, bahkan stroke. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas yang rendah tetapi spesifisitasnya tinggi.[3,5]
Tanda Brudzinski I
Pasien dalam posisi terlentang. Posisikan satu tangan pemeriksa di bawah kepala pasien dan tangan lain di atas dada. Kemudian, fleksikan kepala pasien ke arah dada secara pasif. Apabila kedua tungkai bawah fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut saat kepala difleksikan, maka tanda Brudzinski I dinyatakan positif.[2,3]
Hal ini karena fleksi leher secara pasif akan menyebabkan pergerakan spinal cord dan menarik meninges. Hal ini membuat nyeri pada pasien dengan meningitis yang dikompensasi dengan fleksi kedua tungkai untuk merelaksasi meninges dan mengurangi nyeri.[8]
Tanda Brudzinski II
Pasien dalam posisi terlentang. Tungkai kiri dalam keadaan lurus. Kemudian, fleksikan tungkai kanan secara pasif pada sendi panggul. Apabila diikuti oleh fleksi tungkai kiri, tanda Brudzinski II dinyatakan positif. Hal ini karena fleksi sendi panggul dan lutut akan menstimulasi refleks involunter karena kompensasi dan mengurangi iritasi meningeal.[7,8]
Tanda Kernig
Pasien dalam posisi terlentang. Fleksikan tungkai bawah pada sendi panggul hingga 90O (tegak lurus). Kemudian, ekstensikan tungkai bawah pada sendi lutut. Dalam keadaan normal, sendi lutut dapat diekstensikan hingga sebesar 135O. Apabila saat ekstensi sendi lutut terdapat hambatan dan menyebabkan nyeri, tanda Kernig dinyatakan positif.[6]
Hal ini karena pada saat terjadi inflamasi pada meninges, pasien akan berusaha untuk mengurangi tarikan pada spinal cord dan saraf akan tidak didapatkan nyeri karena inflamasi. Kontraktur terjadi pada keadaan ini untuk mengurangi tarikan (stretching) yang diprovokasi manuver dan menunjukkan hasil yang positif.[6]
Signifikansi Klinis
Pemeriksaan tanda rangsang meningeal dapat menunjukkan hasil positif pada berbagai keadaan seperti meningitis, myelitis, tumor korda spinalis, perdarahan subarachnoid, tetanus, bahkan stroke.
Perlu diketahui bahwa pemeriksaan ini memiliki sensitivitas yang kurang dari 5%, tetapi spesifisitasnya mencapai 95%. Artinya, hasil yang positif menunjukkan kemungkinan besar kondisi patologis, sedangkan hasil negatif tidak menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit.[6]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli