Kontraindikasi Angiografi Paru
Kontraindikasi angiografi paru meliputi adanya alergi terhadap agen kontras, insufisiensi ginjal, dan adanya gangguan koagulasi. Jika dilakukan pencitraan menggunakan MRI, maka penggunaan alat medis yang tidak kompatibel terhadap medan magnet, seperti pacemaker, juga menjadi kontraindikasi. Selain itu, kekurangan atau kelebihan berat badan juga telah dikaitkan dengan peningkatan mortalitas pasien yang menjalani angiografi.[1-5,9]
Kontraindikasi CTPA
Kontraindikasi untuk Computed Tomography Pulmonary Angiography (CTPA) meliputi pasien dengan alergi terhadap agen kontras yang dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas yang berat. Selain itu, pasien dengan gangguan fungsi ginjal berat atau penyakit ginjal kronis memiliki risiko tinggi mengalami nefropati akibat agen kontras, sehingga CTPA umumnya dihindari pada populasi ini.
Wanita hamil juga termasuk dalam kategori kontraindikasi relatif karena paparan radiasi yang dapat membahayakan janin. Walau begitu, dalam situasi yang mengancam jiwa, CTPA masih dapat dipertimbangkan dengan langkah-langkah pencegahan khusus.[1,4,8,9]
Kontraindikasi IPA
Kontraindikasi untuk Invasive Pulmonary Angiography (IPA) terutama terkait dengan sifat invasif dari prosedur ini. Pasien yang memiliki gangguan koagulasi atau yang sedang menerima terapi antikoagulan yang tidak dapat dihentikan, akan berisiko tinggi mengalami perdarahan jika menjalani IPA.
Infeksi lokal di tempat akses vaskular juga merupakan kontraindikasi karena dapat menyebabkan penyebaran infeksi. Selain itu, IPA tidak disarankan untuk pasien dengan penyakit kardiopulmonal yang tidak stabil, di mana risiko komplikasi dari prosedur kateterisasi mungkin lebih besar daripada manfaat diagnostiknya.[1,4,8,9]
Kontraindikasi MRA Paru
Kontraindikasi untuk Pulmonary MR angiography (MRA) mencakup pasien dengan implan logam atau perangkat medis yang tidak kompatibel dengan medan magnet tinggi, seperti pacemaker dan defibrillator cardioverter implan. Pasien dengan claustrophobia berat mungkin kesulitan menyelesaikan prosedur MRA tanpa sedasi, yang membawa risiko tambahan.
Selain itu, penggunaan agen kontras berbasis gadolinium pada MRA harus dihindari pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir karena risiko fibrosis sistemik nefrogenik, meskipun kejadian ini sangat jarang.[1,4,5,8,9]