Indikasi Pacemaker
Indikasi pacemaker atau alat pacu jantung adalah gangguan irama jantung, misalnya pada atrioventricular (AV) block terkait infark miokard. Secara umum, indikasi pacemaker dapat dibagi menjadi indikasi absolut dan relatif. Indikasi pacemaker juga bisa dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu pacemaker permanen dan sementara.
Indikasi Absolut
Indikasi absolut pemasangan pacemaker antara lain:
- Disfungsi nodus sinus
- Sinus bradikardia dengan gejala signifikan
- Sindrom takikardia-bradikardia
Atrial fibrilasi dengan disfungsi nodus sinus
Atrioventricular (AV) block derajat III
- Inkompetensi kronotropik
- Sindrom pemanjangan QT
- Terapi resinkronisasi jantung dengan biventricular pacing[2,6,7]
Indikasi Relatif
Sementara itu, indikasi relatif pemasangan pacemaker antara lain:
- Kardiomiopati
- Sinkop neurokardiogenik refrakter derajat berat[2,6,7]
Indikasi Pemasangan Pacemaker Permanen
Indikasi paling umum implantasi pacemaker atau alat pacu jantung permanen adalah disfungsi nodus sinus dan AV block derajat tinggi atau simptomatik. Secara umum, indikasi pemasangan pacemaker permanen dapat dibagi menjadi 3 kelas yaitu:
Indikasi Kelas I
Kondisi dimana pemasangan pacemaker permanen dianggap bermanfaat, berguna, dan efektif. Implantasi pacemaker dianggap dapat diterima dan perlu, asalkan penyakit yang mendasari tidak bersifat sementara.
Indikasi Kelas II
Kondisi dimana pemasangan pacemaker permanen mungkin diindikasikan tetapi bukti yang ada masih bertentangan atau terdapat perbedaan pendapat ahli. Kelas IIA mengacu pada keadaan dimana bobot bukti atau pendapat ahli mendukung kegunaan atau efikasi pacemaker permanen; sedangkan kelas IIb mengacu pada keadaan dimana kegunaan atau efikasinya belum dapat dipastikan.
Indikasi Kelas III
Kondisi dimana pemasangan pacemaker permanen tidak bermanfaat ataupun efektif, bahkan dalam beberapa kasus bisa menimbulkan kerugian bagi pasien.[8]
Disfungsi Nodus Sinus
Pemasangan pacemaker permanen pada pasien dengan disfungsi nodus sinus didasarkan pada ada tidaknya gejala. Hingga kini belum ada ambang batas pasti yang menentukan kebutuhan mutlak pemasangan pacemaker. Secara umum, pasien dengan denyut jantung kurang dari 40 kali/menit atau interval antar denyut lebih dari 4 detik lebih mungkin mengalami manifestasi klinis.
Keadaan yang dianggap sebagai indikasi Kelas I pemasangan pacemaker adalah:
- Sinus bradikardia dimana manifestasi klinis yang dialami pasien dianggap jelas disebabkan oleh bradikardia yang dialami pasien
- Inkompetensi kronotropik simptomatik: Gangguan respons denyut jantung terhadap olahraga. Pasien dengan kondisi ini gagal mencapai 85% dari denyut jantung maksimal berdasarkan usia saat menjalani stress test
Keadaan yang dianggap sebagai indikasi Kelas II pemasangan pacemaker adalah:
- Sinus bradikardia dimana gejala dicurigai mungkin berkaitan dengan bradikardia
- Disfungsi nodus sinus pada pasien dengan sinkop yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya
- Detak jantung <40 kali/menit saat terjaga pada pasien dengan gejala minimal[8]
AV Block
AV block merupakan salah satu indikasi terbanyak pasien memerlukan pacemaker permanen. Indikasi Kelas I antara lain:
AV block derajat III dengan atau tanpa manifestasi klinis
AV block derajat II dengan blok 2 atau lebih gelombang P
AV block derajat II tipe Mobitz I atau II simptomatik
AV block derajat II tipe Mobitz II dengan kompleks QRS melebar atau blok bifasikular kronik, dengan atau tanpa gejala
-
AV block derajat II atau III yang dicetuskan oleh olahraga tanpa adanya infark miokard
Sementara itu, indikasi Kelas II antara lain:
AV block derajat II tipe Mobitz II asimptomatik dengan interval QRS sempit
AV block derajat I dengan gangguan hemodinamik
- Blok bifasikular atau trifasikular yang terkait sinkop yang dicurigai akibat blok komplit transien[8,9]
Indikasi Lainnya
Pacemaker permanen juga diindikasikan pada blok komplit kongenital yang paling sering disebabkan oleh neonatal lupus. Indikasi lain mencakup myotonic muscular dystrophy, sindrom Kearns-Sayre, distrofi Erb, dan atrofi otot peroneal.
Pacemaker permanen juga dapat digunakan sebagai tindakan pencegahan aritmia ventrikel pada pasien dengan sindrom QT memanjang kongenital atau bradikardia dengan pemanjangan QT.[8,9]
Indikasi Pemasangan Pacemaker Sementara
Pemasangan pacemaker sementara diindikasikan pada pasien bradikardia yang diakibatkan oleh kondisi temporer dan reversibel seperti infark miokard, penyakit Lyme, gangguan elektrolit, toksisitas digoxin, cedera pada nodus jantung setelah tindakan operatif, trauma dada, dan endokarditis bakterial subakut.
Pacemaker sementara juga dapat digunakan sebagai pencegahan takiaritmia, misalnya pencegahan atrial fibrilasi setelah tindakan operatif jantung.[10]