Kontraindikasi dan Peringatan Morfin
Kontraindikasi pemberian morfin adalah pasien dengan hipersensitivitas terhadap obat dan pasien dengan gejala depresi pernapasan. Morfin memiliki peringatan penggunaan yaitu harus digunakan di bawah pengawasan ketat dokter.
Pemberian morfin juga harus berhati-hati karena adanya risiko penyalahgunaan dan adiksi. Peringatan lain adalah adanya peningkatan risiko depresi napas jika morfin digunakan bersama obat yang mendepresi sistem saraf pusat, seperti benzodiazepine. Penggunaan morfin selama kehamilan dapat menimbulkan neonatal abstinence syndrome.[4,3]
Kontraindikasi
Kontraindikasi penggunaan morfin adalah:
- Depresi pernapasan yang signifikan.
Asthma bronkial akut atau berat dalam kondisi tanpa alat untuk melakukan pemantauan atau tanpa adanya peralatan resusitasi
- Penggunaan bersamaan dengan inhibitor monoamine oksidase (MAOI), seperti selegiline, atau penggunaan MAOI dalam 14 hari terakhir
- Obstruksi gastrointestinal yang diketahui atau dicurigai, termasuk ileus paralitik
- Hipersensitivitas terhadap morfin[4]
Peringatan
Morfin sebaiknya hanya digunakan sebagai terapi alternatif dimana terapi analgesik nonopioid atau kombinasi opioid lain tidak efektif.
Risiko Toleransi dan Adiksi
Penggunaan morfin dalam waktu lama dapat menyebabkan toleransi dan bahkan ketergantungan opioid. Pasien akan membutuhkan peningkatan dosis untuk mencapai efek yang sama. Hal ini meningkatkan risiko munculnya efek samping berbahaya, seperti depresi napas dan gejala putus zat.[1,4,17]
Risiko Neonatal Abstinence Syndrome
Konsumsi morfin dalam kehamilan bisa menyebabkan gejala putus zat pada bayi yang disebut neonatal abstinence syndrome. Gejala yang muncul mencakup iritabilitas, kesulitan menyusui, menangis keras, tremor, dan keterlambatan pertumbuhan. Keparahan dan durasi gejala putus zat ini terkait dengan dosis dan lama paparan terhadap morfin. Apabila harus menggunakan morfin, bayi harus dipantau ketat terhadap tanda gejala putus zat.[4,18]
Interaksi dengan Obat dan Zat Lainnya
Pasien tidak boleh mengonsumsi alkohol bersamaan dengan morfin karena risiko tinggi menyebabkan sedasi yang hebat dan depresi napas. Kadar morfin plasma akan meningkat dan berisiko lebih mudah mengalami overdosis.
Penggunaan bersamaan dengan depresan sistem saraf pusat lain meningkatkan risiko depresi napas dan kematian. Contoh agen depresan sistem saraf pusat adalah diazepam, alprazolam, alkohol, dan opioid lain seperti codeine.
Sindrom serotonin dapat terjadi jika morfin digunakan bersama dengan obat serotonergik. Contoh dari obat golongan ini adalah paroxetine, citalopram, dan duloxetine.[4,8,18]
Instabilitas Kardiovaskular
Morfin dosis rendah yang diberikan secara intravena memiliki sedikit efek pada stabilitas kardiovaskular. Di lain pihak, dosis tinggi akan menyebabkan instabilitas kardiovaskular yang dihasilkan dari hiperaktivitas simpatis dan peningkatan katekolamin. Pastikan naloxone dan peralatan resusitasi tersedia jika terjadi instabilitas kardiovaskular yang mengancam jiwa.[4]
Interaksi dengan Inhibitor Monoamine Oksidase (MAOI)
Inhibitor monoamine oksidase (MAOI) dapat mempotensiasi efek dari morfin. Interaksi keduanya dapat meningkatkan risiko depresi napas, koma, dan konfusi.[4]
Insufisiensi Adrenal
Penggunaan opioid telah dilaporkan menyebabkan insufisiensi adrenal, umumnya pada penggunaan melebihi 1 bulan. Insufisiensi adrenal dapat ditandai dengan mual, muntah, anoreksia, kelelahan, kelemahan, pusing, dan hipotensi.[4]
Risiko Peningkatan Tekanan Intrakranial
Penggunaan morfin dapat mengurangi dorongan pernapasan. Hal ini akan menyebabkan retensi karbondioksida yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial. Pasien yang rentan, seperti pasien dengan cedera otak traumatik atau tumor otak, perlu dipantau terutama terhadap tanda-tanda sedasi dan depresi pernapasan saat memulai terapi dengan morfin.[4]
Risiko Gastrointestinal
Morfin dikontraindikasikan pada pasien dengan obstruksi gastrointestinal. Morfin dapat menyebabkan spasme pada sfingter Oddi. Selain itu, penggunaan opioid seperti morfin juga dapat menyebabkan peningkatan serum amilase. Lakukan pemantauan pada pasien dengan penyakit saluran empedu terkait adanya perburukan gejala.[4]
Kemampuan Berkendara dan Mengoperasikan Mesin
Pasien yang mengonsumsi opioid tidak dianjurkan berkendara ataupun mengoperasikan alat berat dan berbahaya.[4,8,18]
Penulisan pertama oleh: dr. Paulina Livia Tandijono