Farmakologi Diphenhydramine
Farmakologi diphenhydramine adalah sebagai obat antihistamin generasi pertama yang bekerja dengan berikatan pada reseptor histamin-1 otot polos, sel endotel vaskular, saluran cerna, sel imun, uterus, dan sistem saraf pusat. Diphenhydramine bekerja secara selektif pada reseptor H1 sebagai antagonis, yang kemudian menurunkan kerja histamin.[1,2]
Farmakodinamik
Diphenhydramine adalah obat golongan antagonis histamin-1 yang terikat secara selektif pada reseptor H1 namun tidak mengaktivasinya, sehingga menurunkan kerja dari histamin. Histamine dibentuk oleh dekarboksilasi asam amino L-histidine pada sel epitel, limfosit, sel mast, basofil, sel enterokromafin di mukosa gaster, dan neuron histaminergik. Reseptor H1 sendiri terdapat pada otot polos pernapasan, sel endotel, saluran cerna, sel imun, uterus, dan sistem saraf pusat.
Aktivitas histamin pada perifer dan sentral mengakibatkan peningkatan permeabilitas vaskular dan vasodilatasi, penurunan konduksi nodus atrioventrikular, kontraksi otot saluran cerna dan pernapasan, dan stimulasi persarafan sensorik yang menyebabkan bersin dan gatal. Antihistamin H1 bertindak sebagai agonis terhadap reseptor histamin-1 dan mempertahankan fase inaktif reseptor tersebut sehingga tidak terjadi aktivasi dan pelepasan histamin.
Pada sistem saraf pusat, diphenhydramine menyebabkan rasa mengantuk dan menekan pusat batuk di otak. Selain itu, diphenhydramine juga memiliki aktivitas pada reseptor muskarinik, antiadrenergik, antiserotonergik, dan penyekat kanal natrium intrasel yang menyebabkan gangguan penglihatan, mulut kering, dan kebingungan. Aktivitas antimuskarinik pada diphenhydramine dapat dimanfaatkan pada penyakit Parkinson atau sindrom ekstrapiramidal.[1,11,12]
Farmakokinetik
Setelah pemberian 50 mg diphenhydramine intravena, didapatkan klirens sistemik total sebesar 6,16 ml/menit/kg dengan volume distribusi terminal 4,54 L/kg dan waktu paruh terminal 8,5 jam. Setelah pemberian 50 mg diphenhydramine oral, didapatkan konsentrasi puncak tercapai setelah 2 jam dan waktu paruh terminal sekitar 9 jam.[13]
Absorpsi
Diphenhydramine diabsorbsi secara cepat melalui saluran cerna dengan aktivitas puncak dalam 1 jam. Bioavailabilitas diphenhydramine diperkirakan antara 40-60% dengan konsentrasi puncak terjadi dalam 2-3 jam setelah mengonsumsi obat. Setelah itu konsentrasi obat akan menurun dengan waktu paruh eliminasi dalam 4-8 jam. Waktu paruh ini akan memanjang pada pasien dengan gangguan fungsi hati.[1,2]
Distribusi
Diphenhydramine didistribusikan secara luas pada jaringan tubuh termasuk sistem saraf pusat dengan volume distribusi 3,3 hingga 6,8 L/kg setelah dosis oral 50 mg. Ikatan diphenhydramine pada protein diperkirakan 78-85%. Obat ini bisa melewati sawar darah otak dan plasenta, serta diekskresikan di ASI.[1,2,4,13]
Metabolisme
Diphenhydramine dimetabolisme cepat di hati secara luas dengan perantaraan CYP450. Hasil dari metabolisme adalah N-desmethyldiphenhydramine dan kemudian terjadi proses demetilasi kembali mengubahnya menjadi N,N-didesmethyldiphenhydramine. Sebagian dari zat ini akan mengalami oksidasi menjadi diphenylmethoxyacetic acid. Sebagian kecil diphenhydramine dimetabolisme di paru-paru dan ginjal.[1,2,4]
Eliminasi
Eliminasi diphenhydramine adalah melalui urine dalam bentuk metabolit, hanya 1% yang tidak diubah dalam urine. Sebanyak 50-75% obat terekskresi dalam 4 hari, dan kebanyakan terjadi dalam 24-48 jam pertama.[1]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani
Penulisan kedua oleh: dr. Michael Susanto