Indikasi dan Dosis Azathioprine
Indikasi utama azathioprine adalah sebagai terapi tambahan pada transplantasi ginjal alograf untuk mencegah reaksi penolakan transplan dengan dosis 3-5 mg/kgBB saat hari transplantasi atau sejak 1-3 hari sebelumnya. Selain itu, obat ini juga telah mendapat persetujuan FDA untuk terapi simptomatik rheumatoid arthritis.
Mencegah Reaksi Penolakan Transplantasi Ginjal
Azathioprine digunakan sebagai terapi tambahan pada transplantasi ginjal alograf untuk mencegah reaksi penolakan transplan. Pada kasus transplantasi ginjal, azathioprine biasanya dikombinasikan dengan terapi radiasi lokal, kortikosteroid dan agen sitotoksik lain.[2,10,11]
Dosis yang digunakan pada penderita pasca transplantasi ginjal adalah 3-5 mg/kgBB pada hari transplantasi atau sejak 1–3 hari sebelum transplantasi. Pemberian obat kemudian dilanjutkan dengan dosis rumatan sebesar 1–3 mg/kgBB setiap hari secara oral atau intravena.
Rheumatoid Arthritis
Pada penderita rheumatoid arthritis berat dan penyakit autoimun lainnya, azathioprine diberikan untuk mengurangi tanda dan gejala dengan dosis 1 mg/kgBB per hari secara oral. Dosis dapat diberikan sebagai dosis tunggal atau dibagi menjadi 2 kali pemberian.
Dosis dapat dititrasi naik 0,5 mg/kgBB/hari berdasarkan respon terapi dengan interval 4 minggu hingga dosis maksimal 2,5 mg/kgBB. Dosis rumatan dititrasi turun 0,5 mg/kgBB/hari dengan interval 4 minggu hingga mencapai dosis efektif.
Lupus Nefritis
Azathioprine digunakan secara off-label sebagai terapi pada penderita penderita lupus nefritis dapat diberikan 2 mg/kgBB/hari secara oral dengan/tanpa kortikosteroid dosis rendah. Pemberian azathioprine pada anak di bawah 12 tahun belum diketahui keamanan dan efektivitasnya.[2]
Crohn’s Disease
Azathioprine juga digunakan secara off-label pada Crohn’s disease dengan indikasi sebagai rumatan, pengganti steroid, atau pada kasus remisi. Dosis pemberian 2-3 mg/kgBB/hari.[2]
Kolitis Ulseratif
Pemberian azathioprine untuk kolitis ulseratif merupakan indikasi off-label dengan dosis sebesar 1.5–2.5 mg/kgBB/hari.[2]
Trombositopenia Purpura Kronik Refrakter
Azathioprine juga digunakan secara off-label pada kasus trombositopenia purpura kronik refrakter dengan dosis 1–2 mg/kgBB/hari hingga dosis maksimal 150 mg. Terapi dapat diberikan selama 3-6 bulan.[2]
Juvenile Idiopathic Arthritis
Azathioprine digunakan sebagai terapi untuk Juvenile Idiopathic Arthritis pada anak dengan dosis yang digunakan 1 mg/kgBB sekali sehari atau dibagi dalam 2 dosis. Dosis ini dapat ditingkatkan 0,5 mg/kgBB/hari setelah 6–8 minggu dengan interval setiap 4 minggu hingga dosis maksimal 2,5 mg/kgBB/hari. Dosis rumatan dapat diturunkan 0,5 mg/kbBB/hari dengan interval 4 minggu hingga mencapai dosis efektif.[2,12]
Systemic Lupus Erythematosus
Azathioprine digunakan sebagai terapi untuk systemic lupus erythematosus (SLE) dengan dosis inisia 1-1,5 mg/kgBB per hari. Dosis maksimal 2-2,5 mg/kgBB/hari. Pemberian azathioprine minimal 12 minggu dan belum diketahui keamanan dan efektivitasnya pada anak di bawah 12 tahun.[12,13]
Penyesuaian Dosis
Penyesuaian dosis harus dilakukan pada pasien dengan gangguan fungsi hati, kelompok geriatri atau penggunaan bersamaan dengan allopurinol. Walau demikian, belum terdapat pedoman penyesuaian dosis pada gangguan fungsi hati dan geriatri. Pada penggunaan bersama dengan allopurinol, turunkan dosis menjadi 1/3 atau ¼ dosis normal.
Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, dosis azathioprine disesuaikan dengan fungsi ginjal berdasarkan estimasi laju filtrasi glomerulus (estimated glomerulus filtration rate / eGFR):
- eGFR > 50 ml/menit: tidak dilakukan penyesuaian dosis
- eGFR 10-50 ml/menit: diberikan dosis 75% dari normal
- eGFR < 10 ml/menit: diberikan 50% dari normal
- pada pasien dengan hemodialisis diberikan 50-75% dari normal[5]
Toksisitas
Jika terjadi penurunan trombosit cepat, kadar leukosit rendah, dan infeksi berat, kurangi dosis atau tunda pengobatan sementara. Jika terjadi toksisitas berat, pertimbangkan untuk menghentikan pengobatan. Jika terjadi hepatic sinusoidal obstruction syndrome, hentikan pengobatan.
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri