Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Pengawasan Klinis Sertraline general_alomedika 2025-02-18T15:44:21+07:00 2025-02-18T15:44:21+07:00
Sertraline
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Pengawasan Klinis Sertraline

Oleh :
dr.Adrian Prasetio SpKJ
Share To Social Media:

Pengawasan klinis selama penggunaan sertraline harus dilakukan secara berkala untuk mengevaluasi gejala depresi, ide bunuh diri, dan kemunculan gejala manik. Selain itu, perlu juga untuk pengawasan efek samping obat, interaksi obat, dan risiko overdosis. Pengawasan klinis perlu dilakukan dalam 1‒2 bulan awal pemberian terapi, atau pada periode penyesuaian obat terhadap pasien.[1,7,8]

Pengawasan Efek Obat

Pasien perlu diinformasikan bahwa beberapa respon mungkin dapat terjadi selama 2 minggu pertama terapi dimulai dan membutuhkan beberapa minggu untuk mendapatkan efek obat maksimal. Penggunaan sertraline perlu pengawasan munculnya gejala manik, terutama pada pasien bipolar atau pasien yang memiliki riwayat bipolar di keluarga.[3,7]

Penghentian terapi sertraline maupun penggantian obat antidepresi harus secara bertahap dan tidak mendadak.[6,8,10]

Pengawasan Efek Samping Obat

Sertraline seringkali menyebabkan gangguan saluran pencernaan, seperti mual, dispepsia, dan diare, serta gangguan sistem saraf pusat, seperti kepala terasa ringan, pusing, dan insomnia. Gangguan ini dapat menyebabkan pasien menghentikan pengobatan.

Selain efek samping, perlu diketahui berbagai risiko interaksi obat jika sertraline digunakan bersama obat antidepresan lain, yaitu risiko tinggi sindrom serotonin. Sertraline dan obat lain golongan SSRI tidak boleh diberikan bersamaan atau dalam 14 hari setelah mengonsumsi monoamine oxidase inhibitors (MAOI).[6,10]

Hiponatremia dapat terjadi pada pasien yang mengonsumsi sertraline. Beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan berupa nyeri kepala, sulit konsentrasi, kebingungan, dan kelemahan. Hal ini rentan terjadi pada lansia. Hiponatremia akibat sertraline terkait dengan syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion (SIADH).[1,7]

Sertraline mengganggu agregasi platelet, sehingga penggunaannya bersama antikoagulan maupun antiplatelet dapat berisiko menyebabkan perdarahan. Sertraline juga meningkatkan risiko bunuh diri, terutama pada populasi anak dan dewasa muda.[1,7]

Overdosis Sertraline

Overdosis akibat penggunaan sertraline saja umumnya tidak berakibat fatal, tetapi kombinasi dengan antidepresan trisiklik seperti amitriptyline, Monoamine oxidase inhibitors (MAOI) seperti selegiline, atau carbamazepine, lithium, atau substansi serotonergic lain bisa meningkatkan risiko sindrom serotonin yang berpotensi mengancam nyawa.

Sindrom serotonin berpotensi mengancam nyawa, dengan gejala:

  • Perubahan status mental: delirium, halusinasi, agitasi, koma
  • Gejala neuromuskular: mioklonus, kaku otot, tremor, hiper refleks, kejang
  • Gangguan gastrointestinal: mual muntah, diare
  • Ketidakstabilan otonom: takikardia, dan hipertermia[1-3,10]

Selain sindrom serotonin, beberapa gejala toksisitas serotonin adalah hipertensi, sinkop, stupor, koma, bradikardia, pemanjangan interval QT, torsade de pointes, halusinasi, dan pankreatitis.[1,2]

Penanganan Overdosis Sertraline

Terapi suportif adalah pengobatan yang paling penting pada overdosis sertraline. Antagonis serotonin (seperti cyproheptadine) bisa bermanfaat namun jarang digunakan. Pasien dirawat inap dan dilakukan pemantauan tanda vital dan memastikan patensi jalan napas.

Pada pasien bisa diberikan antiemetic non serotonergik dan karbon aktif ditambah dengan sorbitol efektif untuk mempercepat pengeluaran zat. Benzodiazepine diberikan pada pasien yang kejang.  Antipiretik kurang bermanfaat pada sindrom serotonin. Pada gejala yang berat (demam dengan suhu lebih dari 41℃, kaku otot, penurunan kesadaran, edema paru berat), direkomendasikan sedasi, intubasi, paralisis neuromuskular, dan pendinginan eksternal.[1,3,10]

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. Singh HK, Saadabadi A. Sertraline. StatPearls. 2024. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547689/
2. Drugbank. Sertraline. 2025. https://go.drugbank.com/drugs/DB01104
3. PubChem. Sertraline (Compound). National Library of Medicine. 2020.
6. Drugs.com. Sertraline. 2025. https://www.drugs.com/sertraline.html
7. Food and Drug Administration. Zoloft®. 2025.
8. Sertraline: Drug information. Lexicomp. 2025. https://www.mskcc.org/cancer-care/patient-education/medications/adult/sertraline?mode=large&msk_tools_print=pdf
10. Medscape. Sertraline. 2025.

Kontraindikasi dan Peringatan Se...

Artikel Terkait

  • Hubungan Depresi dan Jumlah Langkah
    Hubungan Depresi dan Jumlah Langkah
  • Penilaian Risiko Pasien Bunuh Diri
    Penilaian Risiko Pasien Bunuh Diri
  • Pendekatan Penanganan Pasien Bunuh Diri
    Pendekatan Penanganan Pasien Bunuh Diri
  • Waktu dan Cara yang Tepat untuk Menghentikan Antidepresan
    Waktu dan Cara yang Tepat untuk Menghentikan Antidepresan
  • Efektivitas Kuesioner PHQ-9 Sebagai Skrining Deteksi Dini Depresi
    Efektivitas Kuesioner PHQ-9 Sebagai Skrining Deteksi Dini Depresi

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 08 Mei 2025, 18:58
Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan penyalahgunaan narkoba
Oleh: Anonymous
6 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pasien usia 38 thn laki laki dengan penyalahgunaan narkoba ganja dan sabu beliau memiliki bpjs, pasien dengan keluhan sering sedih,...
Anonymous
Dibalas 11 Maret 2025, 00:36
Terapi depresi di Faskes Primer
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alo Dokter, izin bertanya dokter. Bagaimana memulai terapi depresi di Puskesmas dokter dengan kriteria sudah memenuhi kriteria depresi. Ditambah lagi sudh...
dr. Uditia Alham Sakti, Sp.KJ
Dibalas 17 September 2024, 08:35
Mengenal distimia (persistent depressive disorder)
Oleh: dr. Uditia Alham Sakti, Sp.KJ
3 Balasan
Distimia, juga dikenal sebagai gangguan depresi persisten (Persistent Depressive Disorder, PDD). Distimia merupakan gangguan mood kronis yang ditandai dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.