Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Anemia Defisiensi Besi general_alomedika 2024-06-07T14:55:53+07:00 2024-06-07T14:55:53+07:00
Anemia Defisiensi Besi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Anemia Defisiensi Besi

Oleh :
dr.Nailla Fariq Alfiani
Share To Social Media:

Diagnosis anemia defisiensi besi dapat ditegakkan bila hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan kadar hemoglobin rendah, besi serum rendah, ferritin serum rendah, dan total iron binding capacity (TIBC) meningkat. Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja mungkin sulit ditegakkan karena pasien mungkin asimtomatik atau tidak menunjukkan gejala khas. Namun, anamnesis dan pemeriksaan fisik tetap penting dilakukan, terutama untuk membantu identifikasi etiologi.[1,27,28]

Anamnesis

Beberapa pasien anemia mungkin tidak mengalami gejala apapun sehingga anemianya baru diketahui saat skrining kesehatan. Namun, mayoritas pasien dapat mengeluhkan lelah, letih, dan lesu. Keluhan yang berat dapat berupa sesak, gelisah, konsentrasi terganggu, berdebar-debar, pusing berputar, dan kulit pucat.[1,27-29]

Pada kondisi kronis, anemia defisiensi besi juga dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu. Selain itu, kondisi kronis dapat menyebabkan rambut rontok, nyeri pada lidah, koilonikia, dan pica (kebiasaan memakan benda yang tidak awam dianggap sebagai makanan, misalnya kertas atau tanah). Pasien juga mungkin mengeluhkan gejala-gejala terkait kondisi yang menyebabkan defisiensi besi tersebut, misalnya feses hitam, menstruasi berkepanjangan, atau kencing berdarah.[1,29,30]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada anemia defisiensi besi dapat ditemukan tanda mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tanda yang dapat ditemukan diantaranya:

  • Keadaan umum: tampak pucat dan lemah
  • Tanda vital: takipnea, takikardi
  • Kepala: alopecia, mukosa mulut pucat, cheilitis angularis, atrofi papil lidah, glositis, disfagia, konjungtiva anemis
  • Leher: peningkatan tekanan vena jugular (bila terjadi komplikasi gagal jantung)
  • Toraks: murmur (bila terjadi komplikasi gagal jantung)
  • Abdomen: splenomegali
  • Ekstremitas: koilonikia, capillary refill time meningkat[1-3,29]

Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding anemia defisiensi besi adalah keracunan timbal, anemia penyakit kronis, penyakit hemoglobin, dan thalassemia.[31,32]

Keracunan Timbal

Pekerja di tempat pengelasan logam, pembuatan dan daur ulang baterai, pembuatan peluru bertimbal, peleburan dan pemurnian timah, serta pengecatan dan konstruksi berisiko mengalami keracunan timbal. Demikian juga halnya orang-orang yang tinggal di dekat lingkungan industri yang terdapat bahan timbal.[31,32]

Manifestasi klinis bisa berupa konsentrasi terganggu, gelisah, sakit perut, konstipasi, nyeri kepala, kejang, infertilitas, keguguran, neuropati. Pada pemeriksaan penunjang, ditemukan penurunan hemoglobin dan whole blood lead level (BLL) >5 µg/dL. Pada apusan darah tepi, didapatkan bintik basofilik, sideroblas berbentuk cincin di sumsum tulang, dan sel darah merah mikrositik hipokromik.[1,31,32]

Anemia Penyakit Kronis

Anemia ini disebabkan oleh penyakit kronis yang mendasari seperti penyakit inflamasi, autoimun, infeksi, dan keganasan. Anamnesis dan pemeriksaan fisik sangat penting dalam menentukan penyebab anemia. Pemeriksaan penunjang dapat menunjukkan anemia mikrositik dengan retikulosit rendah.[33-35]

Penyakit Hemoglobin

Penyakit hemoglobin (penyakit hemoglobin C, D) merupakan kelainan bawaan terkait mutasi gen. Biasanya pasien mengalami jaundice dan anemia cenderung berulang. Pada pemeriksaan darah, didapatkan penurunan kadar hemoglobin dan peningkatan mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC). Pasien yang dicurigai mengalami penyakit hemoglobin dianjurkan menjalani pemeriksaan elektroforesis hemoglobin dan high-performance liquid chromatography (HPLC).[36,37]

Sickle Cell Beta Thalassemia

Kondisi ini merupakan salah satu penyebab anemia mikrositik. Pasien mengalami ketidaknormalan produksi hemoglobin serta penurunan sintesis hemoglobin pada rantai beta. Pasien dengan kelainan ini dapat mengalami anemia berulang, jaundice, dan hepatosplenomegali.[38,39]

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan hemoglobin rendah, eritrosit meningkat, mean corpuscular volume (MCV) dan mean corpuscular hemoglobin (MCH) berkurang, serta peningkatan red cell distribution width (RDW). RDW yang normal atau meningkat ini membedakan dengan anemia defisiensi besi. Pada pemeriksaan apusan darah tepi, ditemukan anemia mikrositik hipokromik dengan sel target, tear drop cells, bercak basofilik kasar dan anisopoikilositosis.[38,39]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang berperan amat penting dalam diagnosis anemia defisiensi besi karena anamnesis dan pemeriksaan fisik saja mungkin tidak memberi hasil yang khas pada beberapa kasus.[2,3]

Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan darah lengkap bermanfaat untuk mengetahui kadar hemoglobin, MCV, MCH, dan MCHC. Kadar hemoglobin rujukan adalah 13.5–18.0 g/dl untuk laki-laki dan 12.0–15.0 g/dl untuk wanita. Namun, angka ini harus disesuaikan terlebih dahulu bila pasien merupakan perokok atau tinggal di dataran tinggi, karena dapat membuat kadar hemoglobinnya cenderung lebih tinggi.[2,3,40]

Nilai rujukan MCV adalah 80–100 fL (normositik). Nilai MCV yang <80 fL menunjukkan adanya sel darah mikrositik, sedangkan nilai MCV yang >100 fL menunjukkan sel darah makrositik. Pada anemia defisiensi besi, sel darah merah akan ditemukan mikrositik dan terkadang normositik.[2,3,40]

Sementara itu, MCH bermanfaat untuk mengetahui jumlah hemoglobin per sel darah dan MCHC bermanfaat untuk menghitung konsentrasi hemoglobin. Nilai rujukan MCH adalah 28-32 pg, sedangkan nilai rujukan MCHC adalah 33-36 g/dl. Pada anemia defisiensi besi, dapat ditemukan konsentrasi menurun atau hipokromik.[2,3,40]

Pemeriksaan Besi Darah

Kadar serum besi atau serum iron (SI) umumnya ditemukan rendah pada anemia defisiensi besi, tetapi hal ini kurang baik digunakan untuk diagnosis anemia defisiensi besi karena juga bisa muncul pada jenis anemia lain. Pemeriksaan yang lebih spesifik adalah ferritin. Kadar besi normal adalah 60–150 µg/dL. Pada anemia defisiensi besi dapat ditemukan <60 µg/dL, atau <40 µg/dL pada kasus berat.[2,3]

Serum ferritin berperan penting dalam diagnosis. Nilai normal ferritin adalah 40–200 µg/dL. Kadar ferritin akan menurun terlebih dahulu pada defisiensi besi (<40 µg/dL) meskipun belum ada anemia. Lalu, pada pasien yang sudah mengalami anemia, kadar ferritin umumnya <20 µg/dL.[2,3]

Parameter berikutnya yang perlu diperhatikan adalah total iron binding capacity atau TIBC. Nilai rujukan TIBC adalah 300–360 µg/dL. Pada anemia defisiensi besi, TIBC umumnya meningkat menjadi sekitar 350–400 µg/dL dan >410 µg/dL pada kasus yang berat. Perlu diperhatikan bahwa penggunaan kontrasepsi oral dan kehamilan dapat menurunkan kadar TIBC, sehingga pada pasien-pasien tersebut TIBC dapat ditemukan lebih rendah.[2,3]

Apusan Darah Tepi

Pemeriksaan ini dapat membantu menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain, seperti thalassemia, anemia penyakit kronis, dan sferositosis. Hasil apusan darah tepi pada penderita anemia defisiensi besi dapat menunjukkan sel mikrositik hipokromik dan sel pensil. Sel makrosit dapat muncul pada kasus anemia defisiensi besi campuran dengan anemia defisiensi folat. Pada 40% kasus, anemia defisiensi besi dapat menunjukkan sel normositik.[2,3]

Pemeriksaan Lainnya

Pemeriksaan lain dapat dilakukan untuk mencari sumber perdarahan, seperti:

  • Urinalisis: menilai adanya perdarahan ginjal dan saluran kemih, dapat ditemukan hematuria dan hemoglobinuria

  • Fecal occult blood test (FOBT): menilai adanya darah samar pada feses, dapat ditemukan positif bila terdapat perdarahan gastrointestinal bagian atas

  • Aspirasi sumsum tulang: menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding seperti anemia sideroblastik

  • Hitung retikulosit: retikulosit tinggi menunjukkan peningkatan respon eritropoietik karena perdarahan atau hemolisis, sedangkan retikulosit rendah menunjukkan kurangnya produksi eritrosit karena supresi sumsum tulang
  • Endoskopi: mengidentifikasi adanya perdarahan pada saluran cerna

  • Elektroforesis: mengidentifikasi hemoglobin abnormal, contohnya pada penyakit hemoglobin atau thalassemia[2,41-43]

Kriteria dan Alur Diagnosis

Diagnosis anemia defisiensi besi dapat ditegakkan dengan alur berikut:

Mengukur Kadar Hemoglobin

Diagnosis anemia ditegakkan dengan melakukan pengukuran kadar Hb dalam darah. Berdasarkan WHO, anemia didefinisikan sebagai:

  • Laki-laki usia >15 tahun: Hb < 13.0 g/dL
  • Wanita tidak hamil, usia >15 tahun: Hb <12.0 g/dL
  • Wanita hamil: Hb <11.0 g/dL
  • Anak usia 12–14 tahun: Hb <12.0 g/dL
  • Anak usia 5–11 tahun: Hb <11.5 g/dL
  • Anak usia 6–59 bulan: Hb <11 g/dL[2]

Menentukan Tipe Anemia

Anemia dibedakan berdasarkan ukuran sel darah merah menjadi: (1) anemia mikrositik, (2) anemia normositik, dan (3) anemia makrositik. Hal ini dapat dibedakan dengan pemeriksaan MCV, MCH, MCHC, ataupun apusan darah tepi. Anemia defisiensi besi termasuk dalam jenis anemia mikrositik. Bila ditemukan hasil pemeriksaan makrositik, pikirkan kemungkinan diagnosis anemia lainya.[2]

Menentukan Penyebab Anemia

Bila ditemukan anemia mikrositik, kecurigaan terhadap anemia defisiensi besi harus meningkat. Akan terapi, anemia mikrositik juga bisa disebabkan oleh penyakit lain, sehingga perlu dibedakan. Pemeriksaan besi darah atau aspirasi sumsum tulang bisa dilakukan untuk menunjang diagnosis. Diagnosis anemia defisiensi besi ditegakkan bila ditemukan:

  • Serum ferritin rendah
  • Serum transferrin/TIBC meningkat
  • Serum besi rendah

Menentukan Penyebab Defisiensi Besi

Setelah diagnosis anemia defisiensi besi ditegakkan, pemeriksaan harus dilanjutkan untuk mencari penyebab defisiensi besi tersebut. Salah satu penyebab yang paling sering adalah perdarahan. Risiko perdarahan meningkat pada:

  • Riwayat ulkus peptikum

  • Infeksi Helicobacter pylori

  • Varises esofagus
  • Sprue celiaca
  • Kelainan perdarahan herediter (von Willebrand, telangiectasia)
  • Donor darah >3 kali dalam 1 tahun
  • Hemoglobinuria
  • Keganasan gastrointestinal ataupun urinarius
  • Kehilangan darah melalui pelvikovaginam[2]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan

Referensi

1. Turner J, Parsi M, Badireddy M. Anemia. StatPearls Publishing. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499994/
2. Harper JL. Iron Deficiency Anemia. Medscape. 2023. https://emedicine.medscape.com/article/202333-overview
3. Warner MJ, Kamran MT. Iron Deficiency Anemia. StatPearls Publishing. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448065/
27. Direktorat Gizi dan KIA Kemenkes RI. Final 2023 Juknis Skrining Anemia pada Remaja. Kementerian Kesehatan RI. 2023. https://link.kemkes.go.id/multi/Links/lists/juknisskrininganemia
28. Harper JL. Iron Deficiency Anemia Clinical Presentation. Medscape. 2023. https://emedicine.medscape.com/article/202333-clinical
29. Wibowo N, Irwida R, Hiksas R. Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan. Fakultas Kedokteran UI. UI Publishing. 2021. https://www.pogi.or.id/wp-content/uploads/download-manager-files/Anemia%20Defisiensi%20Besi%20Pada%20Kehamilan.pdf
30. Murwaningrum A, et al. Pica sebagai Manifestasi Anemia Defisiensi Besi: Suatu Laporan Kasus. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 2023. https://scholarhub.ui.ac.id/jpdi/vol10/iss2/7
31. Halmo L, Nappe TM. Lead Toxicity. StatPearls Publishing. 2024. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541097/
32. Pranay Kathuria. Lead Toxicity. Medscape. 16 Januari 2020. https://emedicine.medscape.com/article/1174752-overview
33. Rampon K. Anemia : Microcytic Anemia. FP Essent. 2023;530:12-16. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/37390396/
34. Christopher D Braden. Chronic Anemia. Medscape. 2023. https://emedicine.medscape.com/article/780176-clinical
35. Badireddy M, Baradhi KM. Chronic Anemia. StatPearls Publishing. 2024. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534803/
36. Karna B, Jha SK, Al Zaabi E. Hemoglobin C Disease. StatPearls Publishing; 2024. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559043/
37. Gupta V, et al. Profile of Hemoglobin D (HbD) Disease in Eastern Uttar Pradesh: A Single-Center Experience. Cureus. 2022. https://doi.org/10.7759/cureus.30782
38. Needs T, Gonzalez-Mosquera LF, Lynch DT. Beta Thalassemia. StatPearls Publishing. 2024. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531481/
39. Pooja Advani. Beta Thalassemia. Medscape. 2024. https://emedicine.medscape.com/article/206490-overview
40. Abimbola Farinde. Lab Value, Normal Adult. Medscape. 2024. https://emedicine.medscape.com/article/2172316-overview
41. Bhisnu Prasad Devkota. Hemoglobin Electrophoresis. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/2085637-overview#a1
42. Vargas-Hernández DA, et al. Differences in the distribution of hemoglobin variants according to the geographic regions in a Colombian population. Hematology, transfusion and cell therapy. 2023. https://doi.org/10.1016/j.htct.2022.11.012
43. John L Reagan. Bone Marrow Aspiration and Biopsy. Medscape. 2024. https://emedicine.medscape.com/article/207575-overview

Epidemiologi Anemia Defisiensi Besi
Penatalaksanaan Anemia Defisiens...

Artikel Terkait

  • Pemberian Suplementasi Zat Besi untuk Anak Usia 6–24 Bulan
    Pemberian Suplementasi Zat Besi untuk Anak Usia 6–24 Bulan
  • Perlukah Suplementasi Zat Besi pada Ibu Hamil Terlepas Status Kecukupan Besinya?
    Perlukah Suplementasi Zat Besi pada Ibu Hamil Terlepas Status Kecukupan Besinya?
  • Suplementasi Zat Besi dan Asam Folat untuk Tumbuh Kembang Anak
    Suplementasi Zat Besi dan Asam Folat untuk Tumbuh Kembang Anak
  • Akurasi Pemeriksaan Feritin pada Diagnosis Anemia Defisiensi Besi
    Akurasi Pemeriksaan Feritin pada Diagnosis Anemia Defisiensi Besi
  • Kegunaan Indeks Mentzer dalam Membedakan Trait Beta Thalassemia dengan Anemia Defisiensi Besi
    Kegunaan Indeks Mentzer dalam Membedakan Trait Beta Thalassemia dengan Anemia Defisiensi Besi

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Anindita Farah Yuwana
Dibalas 29 April 2025, 20:07
Anemia post partum di FKTP, bagaimana merujuknya dan apa yang bisa di evaluasi?
Oleh: dr.Anindita Farah Yuwana
2 Balasan
Alo dokter. Izin bertanya. Saya dokter di puskesmas. Saya pernah mendapat pasien 4 minggu post partum dengan keluhan pusing tanpa demam. Karena konjungtiva...
Anonymous
Dibalas 03 April 2025, 18:40
Apa kemungkinan diagnosis pada pasien perempuan usia 14 tahun dengan keluhan sering pusing selama 1 bulan terakhir dengan riwayat anemia dan gangguan haid
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alo dokter, mau konsul px 14 th perempuan, sy dgn keluhan sering pusing sebulan terakhir, riwayat 2 bulan terakhir cek hb rutin hasilnya tidak pernah lebih...
dr. ALOMEDIKA
Dibalas 03 Desember 2024, 17:26
Iron Deficiency Beyond Anemia: Understanding the Barrier and A Life Course Approach to Prevent
Oleh: dr. ALOMEDIKA
12 Balasan
Simposium Nutri Indonesia ke-19, yang diselenggarakan bersamaan dengan Simposium Nutrisi Internasional ke-11, berlangsung pada 27–28 Juli di Vertu Hotel...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.