Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Bayi Prematur general_alomedika 2022-11-07T16:31:22+07:00 2022-11-07T16:31:22+07:00
Bayi Prematur
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Bayi Prematur

Oleh :
Josephine Darmawan
Share To Social Media:

Epidemiologi bayi prematur masih sangat tinggi, terutama di negara berkembang dan ekonomi menengah ke bawah. Oleh karena itu, prematuritas juga masih merupakan masalah global. Sebagian besar bayi yang lahir prematur merupakan prematur late to moderate (32-37 minggu). Indonesia termasuk dalam 10 besar negara dengan jumlah bayi prematur terbanyak.[1,2,16]

Global

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2012, diperkirakan ada 15 juta bayi dari 135 juta bayi lahir hidup di dunia yang terlahir prematur dengan laju kelahiran prematur 11.1%. Kelahiran prematur lebih banyak terjadi di negara berkembang dengan status ekonomi rendah. Sekitar 60% dari seluruh kelahiran prematur terjadi di Afrika dan Asia Selatan. Rata-rata laju kelahiran prematur di negara ekonomi rendah adalah 12%, sedangkan di negara dengan ekonomi tinggi 9%. Bayi prematur paling banyak lahir pada usia 32-37 minggu.[1,2]

WHO mencatat jumlah kelahiran prematur paling banyak terjadi di India (3.519.100 juta kelahiran prematur) dan Cina (1.172.300 kelahiran prematur). Sedangkan laju kelahiran prematur paling tinggi terjadi di Malawi (18.1 per 100 kelahiran), pulau Komoros (16.7 per 100 kelahiran), dan Kongo (16.7 per 100 kelahiran).[1,2]

Laju dan jumlah kelahiran prematur juga masih cukup banyak di negara-negara maju. Di Amerika Serikat, laju kelahiran prematur menurun dari tahun 2007-2014, sedangkan pada tahun 2017 jumlah kelahiran prematur meningkat dan diperkirakan 1 dari 10 bayi lahir di Amerika Serikat merupakan bayi prematur.[2,16]

Indonesia

Indonesia termasuk dalam 10 besar negara dengan laju kelahiran prematur >15%. Indonesia menempati peringkat ke-5 dari negara-negara dengan jumlah total kelahiran prematur terbanyak (675.700 kelahiran prematur) dan peringkat ke-9 dari negara dengan laju kelahiran prematur tertinggi (15.5 per 100 kelahiran).[1,2]

Studi di Manado pada tahun 2013 mendapatkan jumlah kelahiran prematur sebanyak 151 dari 6000 kelahiran hidup. Usia ibu muda <21 tahun dan pendidikan rendah merupakan faktor risiko terbanyak. Ketuban pecah dini merupakan penyulit dalam kehamilan terbanyak pada kelahiran prematur.[17]

Mortalitas

Sekitar 44% kematian anak di bawah 5 tahun merupakan kematian neonatus atau 3.1 juta kematian per tahun di mana 35 % darinya disebabkan oleh kelahiran prematur dan komplikasinya. Insiden kematian juga tinggi pada bayi dengan berat lahir rendah atau bayi kecil masa kehamilan (small for gestational age).

Gagal napas, infeksi, dan kelainan jantung bawaan merupakan penyebab paling sering kematian pada bayi prematur dan berat lahir rendah. Semakin kecil usia gestasinya maka semakin tinggi juga mortalitasnya. 60% kematian neonatus terjadi pada bayi prematur <34 minggu. Bayi prematur ekstrem atau extremely premature memiliki risiko mortalitas 30-50% meskipun dengan terapi adekuat.[2,7,18,19]

Terdapat studi yang menyatakan bahwa bayi prematur berjenis kelamin laki-laki memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami perdarahan intraventrikular tingkat III/IV, dan risiko bedah besar dibanding bayi prematur berjenis kelamin perempuan. Terdapat perbedaan risiko mortalitas dan luaran efek buruk pada sistem neurologi dalam jangka panjang yang lebih tinggi pada bayi prematur laki-laki, akan tetapi perbedaan ini diketahui berkurang secara signifikan pada usia kehamilan 27 minggu.[7]

 

Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri

 

Referensi

1. World Health Organization. Preterm birth. WHO. 2018. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/preterm-birth
2. World Health Organization, Save the Children, PMNCH, March of Dimes. Born Too Soon: the global action report of preterm birth. Howson C, Kinney M, Lawn J, editors. WHO. Geneva: World Health Organization; 2012.
7. Furdon S. Prematurity. Medscape. 2017. https://emedicine.medscape.com/article/975909-overview
15. National Institute for Health and Care Excellence. Preterm labour and birth. NICE Guidelines. United Kingdom; 2015.
16. Division of Reproductive Health, National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion. Preterm Birth. CDC. 2019. https://www.cdc.gov/reproductivehealth/maternalinfanthealth/pretermbirth.htm
17. Oroh S, Suparman E, Tendean H. Karakteristik Persalinan Prematur di RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado. eCl. 2015;3:707–11.
18. World Health Organization, UNICEF. Every newborn: An Action Plan To End Preventable Deaths. WHO. Luxembourg: WHO; 2014.
19. Glass H, Costarino A, Stayer S, Brett C, Cladis F, Davis P. Outcomes for Extremely Premature Infants. Anesth Analg. 2015;120:1337–51.

Etiologi Bayi Prematur
Diagnosis Bayi Prematur

Artikel Terkait

  • Efektivitas Kortikosteroid Antenatal untuk Maturasi Paru Janin Prematur
    Efektivitas Kortikosteroid Antenatal untuk Maturasi Paru Janin Prematur
  • Pengaruh Jangka Panjang Kortikosteroid Antenatal terhadap Kesehatan Bayi
    Pengaruh Jangka Panjang Kortikosteroid Antenatal terhadap Kesehatan Bayi
  • Menilai Pertumbuhan Bayi Prematur
    Menilai Pertumbuhan Bayi Prematur
  • Pedoman Asupan Nutrisi bagi Bayi Prematur
    Pedoman Asupan Nutrisi bagi Bayi Prematur
  • Efek Neuroprotektif Magnesium Sulfat Antenatal pada Prematuritas
    Efek Neuroprotektif Magnesium Sulfat Antenatal pada Prematuritas

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. lukmanul hafiz
Dibalas 13 November 2020, 10:58
Live Webinar Alomedika - Peran Nutrisi dan Monitoring Tumbuh Kembang Anak Lahir Prematur. Sabtu, 14 November 2020 (09.00-11.00 WIB)
Oleh: dr. lukmanul hafiz
3 Balasan
ALO, Dokter!Jangan lewatkan Webinar dengan topik “Peran Nutrisi dan Monitoring Tumbuh Kembang Anak Lahir Prematur”. Topik akan dibawakan oleh "dr. Putri...
dr. lukmanul hafiz
Dibalas 11 September 2020, 22:50
Live Webinar Alomedika - Dukungan Nutrisi untuk Kejar Tumbuh Bayi Prematur dan BBLR 3. Minggu 13 September 2020 (09.00-11.00 WIB)
Oleh: dr. lukmanul hafiz
1 Balasan
ALO, Dokter!Jangan lewatkan rangkaian terakhir Live Webinar Alomedika yang berjudul "Dukungan Nutrisi untuk Kejar Tumbuh Bayi Prematur dan Berat Badan Lahir...
dr.Ruby Aurora Primapuspita Widya Kuntarto
Dibalas 02 Januari 2020, 15:47
Risiko terjadinya birth defect pada Ibu yang mengalami flu dengan demam dan tanpa demam
Oleh: dr.Ruby Aurora Primapuspita Widya Kuntarto
4 Balasan
Alodokter izin bertanya Dok, saya menemukan artikel dan riset dan CDC tahun 2017 yang mengatakan jika ibu terkena flu disertai demam pada trimester 1 maka...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.