Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Kernikterus general_alomedika 2024-02-01T13:37:19+07:00 2024-02-01T13:37:19+07:00
Kernikterus
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Kernikterus

Oleh :
dr. Virly Isella
Share To Social Media:

Diagnosis kernikterus atau ensefalopati bilirubin yang dikenal pula dengan bilirubin induced encephalopathy (BIE) secara klinis didapat dari peningkatan kadar bilirubin dalam darah, albumin, rasio bilirubin/albumin, gambaran hiperintens pada MRI otak, dan dapat ditemukan gangguan pendengaran dari pemeriksaan brainstem auditory evoked response. Secara klinis dapat ditemukan penurunan penurunan kesadaran, hipotonia, serta poor feeding.[3]

Anamnesis

Anamnesis pada bayi terutama berkaitan dengan etiologi hemolisis, seperti trauma lahir, inkompatibilitas rhesus dan ABO. Selain itu riwayat keluarga yang berhubungan dengan kelainan genetik, seperti sindrom Crigler-Najjar dan sindrom Gilbert yang berhubungan dengan gangguan klirens bilirubin indirek juga perlu ditanyakan.

Terkadang gejala klinis dari anamnesis dapat tidak spesifik, seperti bayi terlihat lemas dan sulit makan. Maka dari itu, identifikasi faktor risiko dan etiologi peningkatan bilirubin indirek perlu ditanyakan. Selain itu riwayat kehamilan juga perlu digali.[1,14]

Riwayat Keluhan

Awali anamnesis dengan menanyakan awitan dan durasi ikterus. Awitan ikterus dalam 24 jam awal kehidupan selalu bersifat patologis. Selain itu, adanya keluhan neurologi seperti gangguan status mental, hipotonia, dan hiporefleks, terutama pada infant preterm, mengindikasikan kernikterus.

Pasien juga bisa mengalami keluhan nonspesifik seperti berkurangnya frekuensi menyusu dan kesulitan untuk menghisap secara efisien. Gali pula faktor risiko, seperti adanya tanda atau gejala hemolisis.[1,14]

Riwayat Keluarga

Anamnesis juga meliputi riwayat keluarga terkait anemia atau ikterus yang muncul sejak lahir untuk mendeteksi kemungkinan faktor risiko seperti sindrom Gilbert, anemia sel sabit, ataupun defisiensi glukosa-6-fosfat-dehidrogenase (G6PD).

Selain itu, riwayat keluarga dengan kelainan metabolik juga perlu ditanyakan, misalnya kelainan metabolisme asam lemak, karena penyakit tersebut bisa memiliki gejala yang mirip dengan hiperbilirubinemia.[1]

Pada ibu, gali adanya riwayat keluhan yang sama dan fototerapi pada anak sebelumnya, serta tanyakan kebiasaan yang berpotensi buruk seperti alkoholisme atau penyalahgunaan obat. Lakukan juga anamnesis terkait kondisi antenatal, seperti toxoplasmosis atau diabetes mellitus.[1]

Riwayat Persalinan

Saat melakukan anamnesis riwayat persalinan, tanyakan tanda dan gejala yang berkaitan untuk mengidentifikasi adanya cedera yang menyebabkan sefalhematoma, perdarahan subgaleal, atau manifestasi perdarahan lain yang bisa menyebabkan hiperbilirubinemia.[1]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi identifikasi gangguan kesadaran pada anak/bayi. Ikterus umumnya dapat terlihat jelas pada kulit atau sklera. Pada tanda vital dapat ditemukan takikardi, dispnea, dan penurunan saturasi. Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan fontanel atau evaluasi untuk menilai adanya peningkatan tekanan intrakranial, misalnya dengan menemukan setting sun sign.[1]

Gangguan Motorik

Pada pemeriksaan fisik, gangguan motorik dapat ditemukan, termasuk hipotoni, hiperrefleks, tonic neck reflex yang menetap, distonia, dan spastisitas.[1,4,6]

Gangguan Auditori

Gangguan auditori pada kernikterus, ditandai dengan anak kesulitan dalam melokalisasi sumber suara. Gangguan auditori disebabkan disfungsi pada auditory brainstem nuclei tanpa keterlibatan sel rambut.[1,3]

Gangguan Penglihatan

Gangguan visual kernikterus disebabkan gangguan okulomotor berupa upward gaze paresis. Gangguan lain berupa disfungsi horizontal gaze, yaitu gangguan pada pergerakan bola mata secara horizontal. Pada anak juga dapat ditemukan tatapan kosong yang disebabkan akibat kombinasi dari upward gaze paresis dan distonia fasial. Gangguan horizontal dan upward gaze ini dapat ditemukan bersamaan, terutama pada 2–3 minggu setelah ensefalopati bilirubin akut.[1,3,14]

Bayi dengan kernikterus dapat ditemukan adanya tanda khas Collier sign, yaitu retraksi kelopak mata dan setting-sun sign, karena adanya paresis pada upward gaze. Di bawah ini adalah gambaran khas pada bayi kernikterus.[1,3,14]

Gambar 2. Gambaran Wajah Bayi dengan Kernikterus. Sumber: Karimzadeh P et al, 2020 Gambar 2. Gambaran Wajah Bayi dengan Kernikterus. Sumber: Karimzadeh P et al, 2020

Abnormalitas Gigi

Pada kernikterus dapat ditemukan abnormalitas gigi seperti hipoplasia/displasia enamel gigi desidua, dan gigi berwarna kehijauan.[3,6]

Gambar 3. Displasia Enamel pada Kernikterus. Sumber: Karimzadeh P et al, 2020 Gambar 3. Displasia Enamel pada Kernikterus. Sumber: Karimzadeh P et al, 2020

Bilirubin Induced Neurological Dysfunction

Bilirubin induced neurological dysfunction (BIND) atau subtle kernicterus, merupakan spektrum kernikterus yang tidak memiliki temuan klinis klasik kernikterus. BIND ditandai dengan disabilitas neurologis dan perkembangan yang tidak dapat dijelaskan etiologinya, dengan riwayat hiperbilirubinemia berat dan ensefalopati bilirubin akut sebelumnya.

Gejala klinis yang mungkin dijumpai pada BIND antara lain hilangnya pendengaran ringan yang tidak sesuai dengan kriteria auditory neuropathy spectrum disorder (ANSD), atau gangguan motorik ringan. Pada beberapa kasus BIND, juga dapat ditemukan manifestasi klinis klasik kernikterus.[3]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding kernikterus, yaitu kondisi lain yang dapat menyebabkan timbulnya ikterus dan gejala neurologis pada bayi, seperti cerebral palsy, hipotiroid kongenital, dan sepsis neonatorum.

Cerebral Palsy

Cerebral palsy adalah sekelompok gangguan perkembangan, pergerakan, dan postur yang bersifat permanen, sehingga menyebabkan terbatasnya aktivitas. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan nonprogresif pada saat perkembangan otak janin. Gejala cerebral palsy dapat menyerupai kernikterus, yaitu adanya distonia dan atethosis, tetapi dapat dibedakan dari kadar bilirubin serta identifikasi etiologi dan faktor risiko kernikterus.[9]

Hipotiroid Kongenital

Hipotiroid dapat menyebabkan ikterus melalui mekanisme penurunan ikatan bilirubin. Manifestasi klinis anak dengan hipotiroid kongenital umumnya muncul dalam waktu 6 minggu pertama kehidupan.

Gejala klinis dapat berupa letargi, hipotoni, fontanel anterior dan posterior melebar, kesulitan makan, ikterus, konstipasi, dan hipotermi. Manifestasi klinis lebih lanjut berupa makroglosia, kutis marmorata, kulit kering, distensi abdomen, hernia umbilikalis, hiporefleks, hipotensi, bradikardia, anemia, dan terdapat tampilan wajah khas (muka sembab, bibir tebal, dan hidung pesek). Pada pemeriksaan penunjang, akan didapatkan kelainan kadar tiroid.[10]

Sepsis Neonatal

Diagnosis sepsis perlu dieksklusi pada bayi dengan ikterus. Bayi dengan sepsis memiliki tanda dan gejala yang tidak spesifik. Manifestasi klinis awal yaitu iritabilitas, letargi, dan poor feeding. Gejala lain adalah hipotermi, demam, sesak, dan syok.

Pada hasil pemeriksaan laboratorium bisa didapatkan hiperglikemia, hipoglikemia, asidosis, dan hiperbilirubinemia. Ditemukan pula peningkatan biomarker infeksi seperti peningkatan c-reactive protein (CRP), peningkatan rasio neutrofil imatur dengan neutrofil total, dan neutropenia. Bila terdapat kecurigaan terhadap sepsis, dapat dilakukan pemeriksaan kultur.[11]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang kernikterus antara lain pemeriksaan hematologi, MRI, dan brainstem auditory evoked response.

Pemeriksaan Hematologi

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan kadar bilirubin total serum atau bilirubin transkutaneus, serta pemeriksaan golongan darah bayi dan tes Coombs yang bertujuan untuk mengevaluasi inkompatibilitas Rhesus dan ABO.

Apusan darah tepi bertujuan untuk membantu mengevaluasi penyebab hemolisis. Hitung retikulosit digunakan untuk menilai hemolisis, anemia, dan hematopoiesis. Pemeriksaan darah lengkap digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya sepsis.[1,6]

Rasio bilirubin/albumin dapat dijadikan penanda bilirubin bebas dalam darah yang dapat masuk ke dalam sawar darah otak. Rasio bilirubin/albumin yang tinggi berhubungan dengan disfungsi neurologis.[3,5]

Brainstem Auditory Evoked Response

Brainstem auditory evoked response merupakan alat skrining untuk mendeteksi gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kernikterus. Pemeriksaan ini dapat digunakan pada neonatus untuk memprediksi impending ensefalopati dan subtle ensefalopati, karena sistem auditori merupakan yang paling sensitif terhadap terjadinya toksisitas bilirubin.

Pada kasus neurotoksisitas bilirubin, akan didapatkan brainstem auditory evoked response abnormal atau absen (interval antar gelombang memanjang atau amplitudo menghilang), yang menandakan adanya kerusakan saraf auditori.[1,3]

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) otak tidak rutin dilakukan dan diindikasikan bila hasil laboratorium tidak konklusif. Pemeriksaan ini juga bertujuan untuk menyingkirkan kemungkinan ensefalopati yang disebabkan oleh penyebab lain.

Pada fase akut ensefalopati, MRI memberikan gambaran hiperintens pada sekuens T1 yang bersifat simetris pada bilateral globus pallidus dan nukleus subthalamik. Pada kasus kernikterus, peningkatan sinyal intensitas ditemukan pada sekuens T2. Pada beberapa kasus, hasil pemeriksaan MRI dapat memberikan hasil yang tidak sesuai dengan pemeriksaan klinis dan laboratorium.[1,3]

 

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Reddy DK, Pandey S. Kernicterus. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559120/
3. Usman F, Diala UM, Shapiro SM, Le Pichon JB, Slusher TM. Acute bilirubin encephalopathy and its progression to kernicterus: current perspectives. Research and Reports in Neonatology. 2018;8:33-44. https://doi.org/10.2147/RRN.S125758.
4. Watchko JF. Kernicterus and the molecular mechanisms of bilirubin-induced CNS injury in newborns. Neuromolecular Med. 2006;8(4):513-29. doi: 10.1385/NMM:8:4:513. PMID: 17028373.
5. Anderson NB, Calkins KL. Neonatal Indirect Hyperbilirubinemia. NeoReviews Nov 2020, 21 (11) e749-e760; DOI: 10.1542/neo.21-11-e749
6. Richardson SR, O'Malley GF. Glucose 6 Phosphate Dehydrogenase Deficiency. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470315/
10. Bowden SA, Goldis M. Congenital Hypothyroidism. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558913/
11. Singh M, Alsaleem M, Gray CP. Neonatal Sepsis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK531478/.
14. Karimzadeh P, Fallahi M, Kazemian M, Taslimi Taleghani N, Nouripour S, Radfar M. Bilirubin Induced Encephalopathy. Iran J Child Neurol. 2020 Winter;14(1):7-19. PMID: 32021624; PMCID: PMC6956966.

Epidemiologi Kernikterus
Penatalaksanaan Kernikterus

Artikel Terkait

  • Red Flag Ikterus Neonatorum
    Red Flag Ikterus Neonatorum
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas kemarin, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.