Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Edukasi dan Promosi Kesehatan Kernikterus general_alomedika 2023-05-05T14:18:25+07:00 2023-05-05T14:18:25+07:00
Kernikterus
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Edukasi dan Promosi Kesehatan Kernikterus

Oleh :
dr. Virly Isella
Share To Social Media:

Edukasi dan promosi kesehatan kernikterus atau ensefalopati bilirubin yang dikenal pula dengan bilirubin induced encephalopathy (BIE) meliputi penilaian risiko kernikterus dan hiperbilirubinemia, tanda bahaya ikterus pada anak, serta dukungan pemberian ASI eksklusif.

Pencegahan kernikterus dilakukan dengan mengenali bayi yang berisiko mengalami hiperbilirubinemia berat dan neurotoksisitas, melakukan evaluasi, diagnosis, serta tata laksana hiperbilirubinemia yang sesuai, efektif, dan tepat waktu, sehingga kerusakan otak akibat bilirubin tidak terjadi.

Edukasi Pasien

Edukasi dapat dilakukan sejak masa antenatal, dengan memberikan informasi pada ibu apa itu ikterus pada bayi, serta ibu perlu didukung untuk pemberian ASI eksklusif. Ibu perlu diedukasi untuk segera memeriksakan bayi bila dijumpai tanda bahaya pada saat bayi tampak kuning, seperti menurunnya aktivitas, terdapat gangguan kesadaran, dan refleks hisap menurun. Ibu dan keluarga perlu diedukasi mengenai pentingnya pemeriksaan rutin 2–3 hari setelah bayi baru lahir diperbolehkan pulang.[1,3]

Upaya Pencegahan Penyakit

Salah satu upaya pencegahan kernikterus adalah dengan menurunkan kadar bilirubin dan mencegah neurotoksisitas yang dapat disebabkan oleh bilirubin. Penatalaksanaan ini dilakukan antara lain dengan fototerapi, transfusi tukar, dan imunoglobulin intravena.[1,6]

Upaya pencegahan tingkat awal yang dapat dilakukan adalah skrining golongan darah dan rhesus ibu pada saat pemeriksaan antenatal dan menetapkan protokol identifikasi dan evaluasi hiperbilirubinemia pada bayi.

Bayi dengan risiko hiperbilirubinemia berat, perlu menjalani penapisan ikterus dan defisiensi glukosa-6-fosfat-dehidrogenase (G6PD) sebelum dipulangkan ke rumah. Bayi prematur tidak dipulangkan ke rumah dalam waktu kurang dari 48 jam setelah dilahirkan.

Jika pasien diketahui mengalami hiperbilirubinemia, perlu dilakukan tata laksana yang efektif dan tepat waktu untuk mencegah sekuele. Tata laksana dilakukan minimal dengan menggunakan fototerapi konvensional irradiance. Tata laksana ini disesuaikan dengan usia gestasi dan berat badan bayi.[3,15]

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Reddy DK, Pandey S. Kernicterus. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559120/
3. Usman F, Diala UM, Shapiro SM, Le Pichon JB, Slusher TM. Acute bilirubin encephalopathy and its progression to kernicterus: current perspectives. Research and Reports in Neonatology. 2018;8:33-44. https://doi.org/10.2147/RRN.S125758.
6. Richardson SR, O'Malley GF. Glucose 6 Phosphate Dehydrogenase Deficiency. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470315/
15. Kemper, Alex R., et al. “Clinical Practice Guideline Revision: Management of Hyperbilirubinemia in the Newborn Infant 35 or More Weeks of Gestation.” Pediatrics, vol. 150, no. 3, 2022, https://doi.org/10.1542/peds.2022-058859.

Prognosis Kernikterus

Artikel Terkait

  • Red Flag Ikterus Neonatorum
    Red Flag Ikterus Neonatorum
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas kemarin, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.