Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Kernikterus general_alomedika 2023-05-05T14:06:32+07:00 2023-05-05T14:06:32+07:00
Kernikterus
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Kernikterus

Oleh :
dr. Virly Isella
Share To Social Media:

Etiologi kernikterus atau ensefalopati bilirubin yang dikenal pula dengan bilirubin induced encephalopathy (BIE) meliputi keadaan yang menyebabkan peningkatan kadar bilirubin indirek dalam darah. Etiologi ini secara garis besar dapat dibagi menjadi peningkatan produksi dan penurunan ekskresi bilirubin indirek.

Peningkatan Produksi Bilirubin

Beberapa kondisi atau penyakit yang dapat meningkatkan produksi bilirubin, antara lain hemolisis, polisitemia, dan trauma lahir.

Hemolisis

Pada keadaan hemolisis, pemecahan eritrosit melepas heme dan globin. Heme dikonversikan menjadi biliverdin, kemudian menjadi bilirubin indirek. Normalnya bilirubin indirek dikonjugasikan menjadi bilirubin direk di hepar. Akan tetapi, bila produksi bilirubin indirek berlebihan seperti pada keadaan hemolitik, kecepatan produksi melampaui kemampuan tubuh untuk mengikat bilirubin, sehingga didapatkan peningkatan kadar bilirubin indirek dalam darah.

Penyakit hemolitik dapat dibagi menjadi yang dimediasi oleh sistem imun seperti inkompatibilitas ABO dan rhesus; serta yang tidak dimediasi oleh sistem imun, seperti kelainan enzim sel darah merah, defek membran sel darah merah, dan hemoglobinopati.[1,5,6]

Polisitemia

Pada polisitemia, dapat dijumpai peningkatan jumlah eritrosit. Pada keadaan ini, peningkatan produksi bilirubin indirek terjadi karena turnover eritrosit yang meningkat oleh jumlah yang banyak.[1]

Trauma Lahir

Trauma lahir, seperti cephalohematoma atau adanya memar yang signifikan dapat menyebabkan peningkatan produksi bilirubin dalam darah. Hal ini karena, sel darah merah yang berada di luar pembuluh darah memiliki waktu hidup yang lebih pendek sehingga dikatabolisme dengan cepat oleh makrofag jaringan menjadi bilirubin. Peningkatan bilirubin didapatkan dalam waktu 48–72 jam setelah terjadi ekstravasasi darah.[1,4]

Penurunan Ekskresi Bilirubin

Penurunan ekskresi atau klirens bilirubin indirek terjadi karena gangguan konjugasinya. Keadaan klinis yang berhubungan dengan kernikterus pada penurunan ekskresi bilirubin indirek antara lain sindrom Crigler-Najjar dan sindrom Gilbert.[1,5]

Sindrom Crigler-Najjar

Sindrom Crigler-Najjar merupakan penyakit kongenital berupa kelainan ekspresi uridin-difosfat-glukuronosiltransferase (UGT1A1) yang diperlukan dalam proses pengikatan bilirubin dalam darah.

Sindrom Crigler-Najjar tipe 1 merupakan penyakit yang ditandai dengan tidak adanya aktivitas UGT1A1. Kondisi ini berisiko tinggi untuk mengalami ensefalopati bilirubin, serta sekuele gangguan saraf dan perkembangan.[1,5]

Berbeda dengan sindrom Crigler-Najjar tipe 1, sindrom Crigler-Najjar tipe 2 masih memiliki aktivitas UGT1A1, tetapi fungsinya menurun kurang dari 10–20% dari fungsi normal. Maka dari itu, tipe 2 ini biasanya ringan dan jarang terjadi ensefalopati bilirubin.[1,5]

Sindrom Gilbert

Sindrom Gilbert merupakan kelainan yang disebabkan oleh mutasi pada bagian promotor gen uridin-difosfat-glukuronosiltransferase (UGT1A1), sehingga kerja UGT pada hepar menurun hingga 50%.

Pada sindrom Gilbert dapat ditemukan lebih dari 95% bilirubin tidak terkonjugasi dalam darah. Sindrom Gilbert sendiri tidak menyebabkan kernikterus. Sindrom ini bisa memperburuk hiperbilirubinemia akibat penyebab lain, misalnya hemolisis.[5]

Faktor Risiko

Faktor risiko kernikterus dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang menyebabkan neurotoksisitas dan faktor risiko mayor yang menyebabkan terjadinya hiperbilirubinemia indirek berat.

Faktor risiko neurotoksisitas antara lain penyakit hemolitik, defisiensi defisiensi glukosa-6-fosfat-dehidrogenase (G6PD), asfiksia, sepsis, asidosis, instabilitas suhu, dan albumin <3 g/dl. Pada asfiksia, asidosis, dan sepsis terjadi displaced bilirubin dan melemahnya sawar darah otak, sehingga neurotoksisitas lebih mudah terjadi. Selain itu, bilirubin dalam otak dapat meningkatkan produksi sitokin proinflamasi.[3-5]

Faktor risiko hiperbilirubinemia indirek berat antara lain prematuritas, ASI eksklusif, inkompabilitas darah, penyakit hemolitik, keturunan Asia timur, sefalhematoma atau memar yang signifikan, riwayat saudara sebelumnya mendapatkan fototerapi, dan kadar bilirubin sebelum keluar dari rumah sakit berada pada zona risiko tinggi (>95% pada kurva nomogram Bhutani).[5]

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Reddy DK, Pandey S. Kernicterus. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559120/
3. Usman F, Diala UM, Shapiro SM, Le Pichon JB, Slusher TM. Acute bilirubin encephalopathy and its progression to kernicterus: current perspectives. Research and Reports in Neonatology. 2018;8:33-44. https://doi.org/10.2147/RRN.S125758.
4. Watchko JF. Kernicterus and the molecular mechanisms of bilirubin-induced CNS injury in newborns. Neuromolecular Med. 2006;8(4):513-29. doi: 10.1385/NMM:8:4:513. PMID: 17028373.
5. Anderson NB, Calkins KL. Neonatal Indirect Hyperbilirubinemia. NeoReviews Nov 2020, 21 (11) e749-e760; DOI: 10.1542/neo.21-11-e749
6. Richardson SR, O'Malley GF. Glucose 6 Phosphate Dehydrogenase Deficiency. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470315/

Patofisiologi Kernikterus
Epidemiologi Kernikterus

Artikel Terkait

  • Red Flag Ikterus Neonatorum
    Red Flag Ikterus Neonatorum
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas kemarin, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.