Pedoman Klinis Facial Fillers
Pedoman klinis facial fillers yang perlu diingat adalah indikasinya untuk memperbaiki kontur wajah dan face rejuvenation atau meremajakan kulit. Facial fillers merupakan prosedur dermatologis invasif minimal yang dilakukan dengan injeksi filler, seperti asam hialuronat.
Teknik injeksi dalam melakukan tindakan facial fillers yang paling sering termasuk fanning, linear threading, cross–hatching, layering, dan injeksi depot. Volume injeksi sebaiknya tidak lebih dari 0,05–0,2 cm3 untuk mengurangi efek samping.[1,5,7]
Sebelum injeksi, analisis anatomi wajah perlu dilakukan, penilaian riwayat medis pasien dan kontraindikasi pasien sebelum prosedur, seperti ibu hamil dan menyusui, gangguan pembekuan darah, autoimun, alergi, serta inflamasi/alergi area suntikan, misal infeksi herpes simplex.
Hindari pemakaian obat yang dapat mengganggu pembekuan darah 10–14 hari sebelum prosedur, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) misalnya ibuprofen dan antikoagulan misalnya aspirin.[1,5,7]
Penilaian kontraindikasi, riwayat pasien, serta teknik facial fillers yang benar harus diperhatikan agar mengurangi terjadinya komplikasi. Pada facial fillers, komplikasi yang harus diperhatikan adalah memar, inflamasi, timbulnya papul dan nodul, nekrosis, alergi, serta komplikasi vaskular seperti oklusi arteri retina yang vision threatening.
Setelah prosedur, pasien harus diedukasi untuk tidak menekan atau menggosok awah, maupun tidur telungkup selama 1 minggu agar hasil koreksi oleh filler tidak terganggu. Pasien sebaiknya tidak melakukan aktivitas berat, bepergian, dan memakan make up selama 24 jam pascaprosedur.[1,5,7]