Teknik Pemeriksaan Gigi
Teknik pemeriksaan gigi dilakukan dengan serangkaian pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif, dan berbagai metode Caries Risk Assessment. Pemeriksaan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang, tindakan pembersihan, dan tindakan pencegahan jika perlu.[1,4]
Persiapan
Persiapan pasien sebelum melakukan pemeriksaan gigi meliputi mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) pada pasien dan mendudukkan pasien pada dental unit senyaman mungkin. Setelah itu, pasien diminta untuk berkumur terlebih dahulu. Air kumurnya dapat ditambahkan povidone iodine atau larutan penyegar.[5]
Peralatan
Peralatan standar yang digunakan dalam prosedur pemeriksaan gigi meliputi nierbeken, diagnostik set (kaca mulut, sonde, pinset, ekskavator), probe, scaler, brush, dan handpiece low-speed.[6,7]
Selain itu, dapat juga digunakan instrumen kamera untuk mendokumentasikan keadaan gigi geligi dan rongga mulut pasien. Penggunaan odontogram juga diwajibkan untuk dapat merekam kondisi rongga mulut pasien. Odontogram yang digunakan dapat berupa odontogram digital maupun manual.[5,7]
Sementara itu, bahan standar untuk pemeriksaan gigi meliputi cotton ball, cotton pellet, disclosing, pasta gigi, pumice, plaque removal, povidone iodine, dan fluoride.[3,7]
Posisi
Kondisikan pasien pada dental unit senyaman mungkin. Posisikan dental unit hampir 180 derajat. Rongga mulut pasien sejajar dengan lengan dokter gigi, dimana lengan dokter gigi diposisikan 90 derajat.[3,4]
Pada saat prosedur pemeriksaan berlangsung, dokter gigi dapat memposisikan diri pada posisi paling optimal untuk melihat gigi geligi dan jaringan lunak pasien, yaitu berada pada posisi pukul 8-9 untuk gigi anterior Rahang Atas (RA) dan Rahang Bawah (RB) bagian labial; pukul 9 untuk gigi posterior RA dan RB; dan pukul 11-12 untuk gigi anterior RA dan RB bagian palatal.[6,10]
Prosedural
Pemeriksaan gigi dimulai dengan pemeriksaan subjektif dan objektif. Pemeriksaan penunjang dan tindakan tambahan dapat dilakukan jika dianggap perlu sesuai indikasi klinis.
Pemeriksaan Subjektif
Fase pertama dalam pemeriksaan gigi adalah pemeriksaan subjektif. Pada fase pertama ini, lakukan anamnesis untuk mengetahui apakah ada keluhan gigi. Dokter juga mengevaluasi riwayat-riwayat yang mungkin berhubungan, seperti riwayat pemeriksaan gigi sebelumnya dan riwayat tindakan gigi selama ini.[9,10]
Pemeriksaan Objektif
Pada pemeriksaan objektif, lakukan serangkaian pemeriksaan untuk menilai kesehatan gigi dengan Oral Hygiene Index (OHI) yang terdiri dari pemeriksaan Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI). Periksa juga risiko pasien terhadap penyakit periodontal dengan Plaque Index (PI) dan Gingival Index (GI), serta penilaian indeks karies pasien dengan Decay Missing Filling Teeth (DMF-T) atau decay extraction filling teeth (def-t).[1-3]
Selain itu, lakukan pula penilaian risiko pasien tersebut terhadap karies. Gunakan metode Caries Risk Assessment seperti Cariogram.[2,4,5]
Pada fase pemeriksaan objektif ini, hendaknya dokter gigi melakukan pengisian odontogram secara lengkap, tepat, dan akurat. Dokter gigi harus melihat dan menilai masing-masing gigi yang ada. Pemeriksaan dimulai dari gigi paling posterior di regio 1, hingga gigi paling posterior di regio 4. Pemeriksaan yang dilakukan dapat meliputi namun tidak terbatas pada perkusi, sondasi, probing, tes mobilitas-depresibilitas, dan tes vitalitas.[6-8]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan adalah dengan radiografi orthopantomogram (OPG) atau biasa juga disebut rontgen gigi panoramik. Melalui rontgen panoramik, kita dapat melihat kondisi di periradikuler gigi, periapikal, kondisi tulang alveolar, kondisi gigi terpendam, impaksi M3, kondisi sinus maksilaris, hingga kondisi sendi temporomandibular (TMJ).
Pemeriksaan penunjang lain yang juga sering digunakan adalah CT Scan gigi. CT Scan memberikan gambaran yang lebih jelas jika dibandingkan dengan rontgen panoramik karena CT Scan memberi gambaran 3 dimensi.[9,10]
Tindakan Pembersihan
Tindakan pembersihan meliputi scaling dan brushing. Scaling dilakukan untuk menghilangkan kalkulus supra dan subgingiva serta menghilangkan debris, plak, dan impaksi makanan di interdental. Sementara itu, brushing dilakukan dengan tujuan untuk polishing pasca scaling. Pada brushing, dapat digunakan pasta gigi dan pumice. Namun, penggunaan pumice masih menjadi kontroversi karena sifatnya yang abrasif.
Untuk penghilangan stain, dapat digunakan alat stain remover dengan teknologi udara bertekanan tinggi yang mengeluarkan uap air untuk menghilangkan noda pada gigi. Teknologi ini memungkinkan pasien tidak merasakan sakit saat penghilangan stain dilakukan.[1-4]
Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan yang paling umum adalah dengan mengaplikasikan fluoride. Teknik aplikasi fluoride yang dilakukan langsung saat di klinik adalah dengan teknik aplikasi topikal fluor. Selain itu, jika memang diperlukan, dapat diberikan fluoride dalam bentuk tablet atau pasta gigi berfluoride kepada pasien untuk dapat melakukan aplikasi fluoride di rumah.[3,5,6,9]
Follow up
Follow up pasca pemeriksaan gigi dilakukan berdasarkan temuan yang didapatkan. Jika tidak terdapat hal yang mendesak seperti karies media atau poket periodontal yang dalam, serta indeks-indeks kesehatan gigi, periodontal, dan risiko karies menunjukkan angka yang baik, kontrol berkala dapat dilakukan dalam rentang 6 bulan hingga 1 tahun sekali.
Jika tidak terdapat hal-hal mendesak, namun seluruh indeks menunjukkan angka yang buruk, maka di akhir sesi pemeriksaan gigi berikan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) kepada pasien untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Minta pasien untuk kontrol 3-6 bulan setelahnya guna melihat apakah ada perubahan perilaku dan perbaikan pada kondisi rongga mulut.
Jika terdapat hal yang mendesak dan harus segera dilakukan perawatan preventif, kuratif, atau rehabilitatif, maka follow up dapat dilakukan sesegera mungkin dalam kurun waktu 7-10 hari untuk memastikan kelainan tersebut tidak menimbulkan komplikasi lain.[8-10]