Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Pungsi Lumbal yogi 2025-03-17T08:54:50+07:00 2025-03-17T08:54:50+07:00
Pungsi Lumbal
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Pungsi Lumbal

Oleh :
dr. Ricky Dosan
Share To Social Media:

Teknik pungsi lumbal dapat dilakukan dengan posisi pasien lateral recumbent maupun posisi pasien duduk tegak. Dokter perlu menentukan lokasi intervertebra L3-L4 dengan mempalpasi crista iliaca superior kanan dan kiri dan menggerakkan jari ke arah medial menuju ke tulang vertebra. Palpasi intervertebra L3-L4, L2-L3, dan L4-L5 juga perlu dilakukan untuk menentukan intervertebra yang terbesar.[1-3]

Persiapan Pasien

Persiapan awal sebelum pungsi lumbal adalah pemeriksaan fisik dan neurologis. Selain itu, dokter juga menjelaskan risiko dan manfaat tindakan lalu meminta informed consent dari pasien atau keluarga. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan laboratorium untuk trombosit, waktu perdarahan, dan waktu pembekuan.[1]

Sebelum pungsi, computed tomography (CT) scan kepala sebaiknya dilakukan pada semua pasien yang dicurigai memiliki perdarahan subarachnoid. Hal ini bertujuan untuk mendiagnosis perdarahan intrakranial atau efek massa signifikan yang mungkin terjadi pada pasien yang masih sadar dan memiliki hasil pemeriksaan neurologis normal.[1]

Peralatan

Alat-alat yang disiapkan untuk pungsi lumbal adalah:

  • Sterile dressing
  • Sarung tangan steril
  • Duk steril
  • Cairan antiseptik (lebih disarankan menggunakan swab alkohol)
  • Lidocaine 1% tanpa epinefrin

  • Spuit 3 cc
  • Jarum spinal berukuran 20–25 G (pilih jarum berukuran terkecil jika tersedia dan utamakan jarum atraumatik)
  • Three-way stopcock
  • Manometer
  • Empat test tube dari plastik yang diberikan nomor 1 hingga 4 dengan tutupnya
  • Spuit 10 cc[1]

Posisi Pasien

Pasien berbaring menghadap ke lateral (lateral recumbent) dengan panggul, lutut, dan dagu fleksi ke arah dada untuk membuka rongga interlamina. Bantal dapat digunakan untuk menopang kepala.

Alternatif yang lain adalah posisi duduk tegak, terutama pada pasien dengan obesitas untuk mempermudah identifikasi garis tengah. Untuk membuka rongga interlamina, pasien sebaiknya membungkuk ke depan dan disarankan untuk memeluk bantal dan ditopang oleh orang lain.

Bila prosedur dilakukan pada posisi duduk dan diperlukan tekanan pembuka (termasuk pada kasus pseudotumor serebri), ganti stylet dan minta bantuan asisten untuk memposisikan pasien berbaring menghadap ke lateral kiri. Pastikan tidak mengubah orientasi jarum spinal saat manuver ini dilakukan.[1-3]

Prosedural

Langkah-langkah pungsi lumbal adalah sebagai berikut:

  1. Gunakan sarung tangan nonsteril
  2. Tentukan lokasi intervertebra L3-L4 dengan mempalpasi crista iliaca superior kanan dan kiri serta menggerakkan jari ke arah medial menuju ke tulang vertebra
  3. Palpasi intervertebra L3-L4, L2-L3, dan L4-L5 untuk membandingkan dan menentukan intervertebra yang terbesar, lalu tandai daerah tersebut
  4. Ganti sarung tangan nonsteril dengan sarung tangan steril
  5. Buka keempat test tube dan posisikan tegak
  6. Disinfeksi lokasi penyuntikan dan pasang duk steril
  7. Berikan anestesi lokal dengan spuit 10 cc
  8. Gunakan jarum 25 G untuk membentuk wheal kemudian ganti menjadi jarum 20 G untuk jaringan yang lebih dalam
  9. Dorong jarum terus ke arah dalam dan aspirasi untuk memastikan jarum tidak berada pada pembuluh darah
  10. Injeksikan cairan anestesi sambil menarik jarum pelan-pelan
  11. Anestesi ini dilakukan pula pada sisi atas, sisi bawah, dan kedua sisi lateral (proses ini menganestesi seluruh area sekitar vertebra, sehingga bila dokter perlu mengarahkan ulang jarum spinal, daerah tersebut sudah teranestesi)
  12. Stabilkan posisi jarum 20 G dengan jari kedua dan dorong menggunakan jempol ke arah umbilikal
  13. Arahkan bevel jarum paralel dengan serabut dural longitudinal
  14. Dorong pelan-pelan hingga jarum dirasa telah menembus duramater atau tarik stylet bila telah masuk sedalam 4–5  cm
  15. Cairan serebrospinal akan keluar bila jarum berada pada posisi yang benar. Bila cairan tidak keluar, ganti stylet dan posisikan jarum maju atau mundur beberapa milimeter hingga cairan serebrospinal keluar
  16. Untuk mengukur tekanan keluar cairan serebrospinal, pasien harus berbaring menghadap ke lateral dan manometer dipasang pada three-way stopcock lalu diukur besar tekanannya. Pastikan pula kaki pasien dalam posisi lurus
  17. Tampung sekitar 10 tetes cairan serebrospinal pada masing-masing tube dimulai dari tube pertama dan dilanjutkan sesuai urutan
  18. Bila aliran terlalu pelan, mintalah pasien untuk batuk atau minta asisten menekan abdomen pasien secara intermiten
  19. Bila cairan sudah cukup, tarik jarum pelan-pelan kemudian tutup dengan sterile dressing[1-3]

Follow Up

Setelah cairan serebrospinal dikumpulkan dalam keadaan steril, studi mikrobiologi bisa dilakukan. Pemeriksaan yang umum dilakukan adalah pewarnaan, kultur, dan uji titer immunoglobulin. Protokol ini mungkin berbeda di masing-masing institusi. Pendekatan klasik yang sering dilakukan adalah:

  • Tube 1: hitung jumlah sel dan diferensiasi

  • Tube 2: kadar glukosa dan protein

  • Tube 3: pewarnaan gram, kultur dan sensitivitas

  • Tube 4: hitung jumlah sel dan diferensiasi[1]

Beberapa pemeriksaan yang dapat dikerjakan adalah polymerase chain reaction (PCR) virus, venereal disease research laboratory (VDRL), antigen Cryptococcus, kadar laktat, pewarnaan tinta india dan kadar angiotensin-converting enzyme. Spesimen harus dikirim dengan prosedur yang benar agar menjaga kualitas sampel.[1,3]

Jumlah Leukosit

Jumlah leukosit yang lebih dari nilai rujukan (5/µL) menunjukkan kemungkinan infeksi atau infiltrasi leukemik. Infeksi bakterial berkaitan dengan sel polymorphonuclear (PMN). Namun, beberapa kasus meningitis dan ensefalitis virus juga meningkatkan PMN. Peradangan juga dapat meningkatkan jumlah leukosit. Traumatic tap dapat menyebabkan leukosit dan eritrosit masuk ke dalam cairan serebrospinal.

Pungsi lumbal multipel mungkin diperlukan pada kasus keganasan leptomeningeal. Untuk menyingkirkan diagnosis keganasan leptomeningeal, dokter perlu setidaknya tiga hasil negatif.[1]

Kadar Protein

Pemeriksaan kadar protein pada cairan serebrospinal bersifat tidak spesifik tetapi dapat memberikan petunjuk untuk gangguan neurologi yang tidak diduga sebelumnya. Kadar protein yang tinggi ditemukan pada penyakit polineuropati demielinisasi atau setelah infeksi. Traumatic tap juga dapat meningkatkan kadar protein.[1,3]

Kadar Glukosa

Umumnya, kadar glukosa cairan serebrospinal adalah 60% dari kadar glukosa darah perifer bila sampel diambil dalam waktu yang sama. Pemeriksaan glukosa darah yang simultan perlu dilakukan bila kadar glukosa cairan serebrospinal rendah.

Rendahnya kadar glukosa dalam cairan serebrospinal biasanya berhubungan dengan infeksi bakteri akibat inhibisi enzimatik. Temuan ini juga terjadi pada infiltrasi tumor dan merupakan salah satu hallmark dari karsinomatosis meningeal (meskipun pemeriksaan sitologi negatif).

Kadar glukosa cairan serebrospinal yang tinggi tidak memiliki signifikansi diagnosis yang spesifik dan biasanya merupakan luapan dari kadar glukosa darah yang tinggi.[1,3]

Xanthochromia

Xanthochromia dapat terjadi akibat luapan kadar serum bilirubin yang sangat tinggi (>15 mg/dL). Selain itu, xanthochromia juga dapat disebabkan oleh darah yang sudah ada sebelumnya pada rongga subarachnoid.

Kadar protein cairan serebrospinal sangat tinggi yang ditemukan pada pungsi lumbal di bawah complete spinal block juga dapat menyebabkan cairan serebrospinal mengalami xanthochromia meskipun tidak ada sel darah merah.

Xanthochromia bisa menetap beberapa minggu setelah perdarahan subarachnoid. Keadaan ini memiliki sensitivitas diagnosis yang lebih tinggi daripada CT scan kepala tanpa kontras, terutama bila perdarahan telah terjadi >3 hari.[1-3]

Warna Cairan Serebrospinal

Warna cairan serebrospinal dapat mengarah pada diagnosis tertentu. Pada meningitis Pseudomonas, cairan serebrospinal dapat berwarna hijau terang.[1]

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

1. Shlamovitz GZ. Lumbar Puncture. Medscape. Updated October 29, 2024.
2. Sexton DJ, Richie M. Lumbar puncture: Technique, contraindications, and complications in adults. In: Rose BD, ed. UpToDate. Waltham, MA: UpToDate Inc. Updated January 9, 2024. Literature review current through February 2025.
3. Doherty CM, Forbes RB. Diagnostic Lumbar Puncture. Ulster Med J. 2014;83(2):93-102.

Kontraindikasi Pungsi Lumbal
Komplikasi Pungsi Lumbal

Artikel Terkait

  • Rekomendasi Vaksinasi Japanese Encephalitis di Indonesia
    Rekomendasi Vaksinasi Japanese Encephalitis di Indonesia
  • Pilihan Jenis Jarum untuk Pungsi Lumbal
    Pilihan Jenis Jarum untuk Pungsi Lumbal
  • Membedakan Meningitis Viral dan Bakterial Akut Menggunakan Kadar Laktat Cairan Serebrospinal
    Membedakan Meningitis Viral dan Bakterial Akut Menggunakan Kadar Laktat Cairan Serebrospinal
  • Penggunaan Steroid pada Meningitis Bakterial
    Penggunaan Steroid pada Meningitis Bakterial
  • Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Meningitis – Ulasan Guideline Terkini
    Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Meningitis – Ulasan Guideline Terkini

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 25 Februari 2025, 14:04
Vaksin meningitis pada bbrp kondisi khusus
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodok, izin bertanya sebagai dokter post isip1. Bagaimana pertimbangan pemberian vaksin meningitis pd ibu hamil/menyusui yg ingin berangkat umroh/haji?2....
Anonymous
Dibalas 30 Oktober 2024, 08:03
Kejang demam pada bayi usia 2 bulan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dokter, izin bertanya pada pasien usia 2 bulan yg datang dengan keluhan kejang tiba2 saat demam, suhu 38.7, tidak disertai keluhan lain. Apakah...
Anonymous
Dibalas 23 September 2024, 07:10
Vaksin meningitis untuk anak usia dibawah 10 tahun sebelum umroh
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin bertanya dokter, apabila anak dibawah 10 tahun ingin melaksanakan umroh apaha tetap wajib melakukan vaksin meningitis? Lalu aoakah dosisnya sama dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.