Pendahuluan Chloramphenicol
Chloramphenicol atau kloramfenikol adalah antibakteri spektrum luas yang dapat digunakan pada tata laksana meningitis, demam tifoid, kolera, konjungtivitis bakterial, dan otitis eksterna. Aktivitas primer chloramphenicol adalah sebagai bakteriostatik. Chloramphenicol dilaporkan efektif terutama pada infeksi Salmonella typhi dan Haemophilus influenzae.[1–3]
Mekanisme kerja chloramphenicol adalah dengan berdifusi ke dalam dinding sel bakteri dan secara reversibel berikatan dengan subunit ribosom 50S bakteri. Ikatan ini mengganggu aktivitas peptidyl transferase, sehingga mencegah transfer asam amino ke rantai peptida. Akibatnya, sintesis protein bakteri terhambat dan proliferasi tidak terjadi.[4]
Penggunaan chloramphenicol sebaiknya dicadangkan pada infeksi yang sangat berat, saat antimikroba lain yang lebih aman tidak efektif, atau jika ada kontraindikasi. Hal ini disebabkan oleh efek samping chloramphenicol yang cukup berat.[5,6]
Efek samping tersering dari chloramphenicol sistemik adalah gangguan hematologi, yang dapat berupa supresi sumsum tulang yang bersifat dose-dependent dan reversibel, atau reaksi idiosinkratik yang ireversibel dan berpotensi mengancam nyawa pasien. Efek samping lain adalah grey baby syndrome yang dapat terjadi jika chloramphenicol diberikan pada neonatus, terutama bayi prematur. Jika terjadi efek samping, segera hentikan pemberian chloramphenicol.[6,7]
Berdasarkan Food and Drug Administration (FDA), chloramphenicol masuk dalam kategori C untuk digunakan pada kehamilan, sehingga penggunaannya tidak disarankan. Chloramphenicol juga sebaiknya dihindari oleh ibu menyusui, sebab obat ini dapat melewati sawar plasenta dan diekskresikan ke air susu ibu (ASI).[5]
Kontraindikasi penggunaan chloramphenicol adalah pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas, misalnya reaksi anafilaksis, terhadap chloramphenicol atau komponen penyusunnya. Porfiria akut juga merupakan kontraindikasi penggunaan chloramphenicol. Chloramphenicol juga sebaiknya tidak digunakan sebagai terapi profilaksis, mengingat efek sampingnya yang cukup merugikan.[1,6]
Pengawasan klinis diperlukan terutama pada pasien geriatri, anak-anak di bawah 4 tahun, serta pada pasien dengan riwayat gangguan ginjal atau liver. Nilai serum chloramphenicol sebaiknya berada pada dosis terapeutik, yaitu 15–25 µg/mL. Lakukan pemeriksaan darah sebelum memulai terapi dan secara berkala, di antaranya hitung darah lengkap, serta fungsi hepar dan ginjal. Pasien wanita sebaiknya melakukan pemeriksaan kehamilan dengan test pack sebelum memulai terapi.[1,6]
Formula molekular chloramphenicol adalah C11H12CI2N2O5.[4]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Chloramphenicol
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Antiinfeksi[8,9] |
Subkelas | Antibakteri[8,9] |
Akses | Resep[10] |
Wanita hamil | Kategori FDA: C[5] Kategori TGA: A[6] |
Wanita menyusui | Tidak disarankan[1] |
Anak-anak | Apabila perlu dan sesuai aturan[1,5] |
Infant | Apabila perlu dan sesuai aturan[1,5] |
FDA | Approved[5,11] |
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra