Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Efek Samping dan Interaksi Obat Chloramphenicol general_alomedika 2022-08-26T15:46:40+07:00 2022-08-26T15:46:40+07:00
Chloramphenicol
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Efek Samping dan Interaksi Obat Chloramphenicol

Oleh :
dr. DrRiawati MMedPH
Share To Social Media:

Efek samping terkait penggunaan chloramphenicol atau kloramfenikol sediaan sistemik dapat berupa kelainan hematologi, grey baby syndrome, dan kelainan neurologis. Sediaan topikal chloramphenicol dapat menyebabkan gatal dan eritema. Interaksi obat dapat terjadi antara chloramphenicol dengan obat antikonvulsi, yang bisa mengakibatkan intoksikasi pada pasien epilepsi.[1,7]

Efek Samping

Chloramphenicol dapat menyebabkan efek samping hematologi, seperti supresi sumsum tulang dan anemia aplastik, grey baby syndrome, serta kelainan neurologis.

Efek Samping Hematologi

Penggunaan chloramphenicol dapat menyebabkan kelainan hematologi atau dikenal dengan istilah diskrasia darah. Terdapat 2 jenis kelainan hematologi yang dapat timbul, yaitu dose dependent myelosuppression dan reaksi idiosinkratik berat.

Reaksi idiosinkratik bersifat tidak terduga, irreversible dan tidak berhubungan dengan besarnya dosis chloramphenicol. Gambaran hematologi pada reaksi idiosinkratik, antara lain anemia aplastik, trombositopenia, dan granulositopenia. Bahkan, terdapat laporan terjadinya leukopenia yang muncul setelah anemia aplastik akibat penggunaan chloramphenicol. Reaksi idiosinkratik dapat berakibat fatal.

Depresi sumsum tulang yang reversibel, yang bersifat dose-dependent juga dapat terjadi. Pada pasien dapat ditemukan anemia ringan, trombositopenia, dan neutropenia. Peningkatan serum ferritin dan total iron binding capacity juga dapat ditemukan.

Biasanya, dose dependent myelosuppression terjadi pada penggunaan chloramphenicol di atas 4 gram/hari, dan pada pasien dengan konsentrasi plasma chloramphenicol di atas 25 mcg/mL. Kelainan yang terjadi akan membaik begitu terapi chloramphenicol dihentikan.[1,7,15]

Grey Baby Syndrome

Grey baby syndrome merupakan efek samping chloramphenicol yang dapat ditemukan pada bayi, terutama bayi prematur. Sebagian besar kasus ditemukan pada pemberian chloramphenicol dalam 48 jam pertama kehidupan. Selain itu, kondisi ini juga dapat terjadi pada bayi yang menyusu dari ibu yang mengonsumsi chloramphenicol. Sindrom serupa dilaporkan pernah terjadi pada anak-anak lebih dewasa dan orang dewasa akibat overdosis chloramphenicol.

Grey baby syndrome diduga terjadi karena kurangnya kemampuan bayi dalam mengkonjugasi chloramphenicol. Gejala grey baby syndrome, antara lain bayi menolak menyusu, tampak gelisah, distensi abdomen, muntah, dan kulit berwarna keabu-abuan, Perburukan mendadak dapat terjadi akibat komplikasi pada kardiovaskular, seperti gangguan kontraksi miokardium atau akibat gangguan pernapasan.[1,7,16]

Efe Samping Neurologis

Efek samping neurologis yang dapat terjadi akibat chloramphenicol, antara lain neuritis optik dan neuropati perifer. Neuritis optik merupakan komplikasi neurologis yang paling sering ditemukan. Terapi chloramphenicol harus segera dihentikan jika terjadi efek samping neurologis.

Neuritis optik dapat terjadi lebih dari 6 minggu setelah penggunaan chloramphenicol, dengan gejala kehilangan penglihatan secara akut atau subakut. Penghentian chloramphenicol dapat mengembalikan penglihatan secara total atau parsial. Neuropati perifer memiliki gejala mati rasa atau rasa kesemutan.[7,17]

Interaksi Obat

Interaksi obat antara chloramphenicol dengan golongan makrolida lain, misalnya azithromycin atau dengan kontrasepsi oral yang mengandung estrogen, dapat menurunkan efek obat. Interaksi obat antara chloramphenicol dengan warfarin atau phenytoin dapat meningkatkan efek obat.

Menurunkan Efek Obat

Interaksi obat chloramphenicol dengan makrolida, misalnya azithromycin, erythromycin, atau clindamycin, dapat menimbulkan inhibisi kompetitif sehingga menurunkan efektivitas kedua obat. Chloramphenicol yang digunakan bersamaan dengan sulfonilurea, misalnya glibenclamide, dapat menyebabkan pemanjangan efek hipoglikemik.

Penggunaan chloramphenicol jangka panjang bersamaan dengan kontrasepsi oral yang mengandung estrogen, dapat menurunkan reliabilitas kontrasepsi, dan meningkatkan risiko breakthrough bleeding. Interaksi obat antara chloramphenicol dengan obat-obatan yang menginduksi enzim liver, misalnya phenobarbital dan rifampicin, dapat meningkatkan metabolisme chloramphenicol, sehingga kadarnya dalam serum menurun.

Meningkatkan Efek Obat

Penggunaan chloramphenicol bersama warfarin dapat menghambat CYP3A4 sehingga mengganggu metabolisme warfarin. Hal ini akan meningkatkan efek warfarin, sehingga risiko perdarahan bertambah.

Penggunaan chloramphenicol bersama phenytoin akan menghambat reaksi yang dikatalis oleh CYP2C19, sehingga meningkatkan konsentrasi plasma phenytoin. Hal ini akan meningkatkan risiko toksisitas phenytoin.

Chloramphenicol yang diberikan bersamaan dengan tacrolimus dapat meningkatkan konsentrasi tacrolimus. Penyesuaian dosis tacrolimus dan pemantauan kadar serum tacrolimus mungkin diperlukan, untuk menghindari toksisitas.[6,16]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

1. American Society of Health-System Pharmacists. Chloramphenicol. Drugs.com. 2022 https://www.drugs.com/monograph/chloramphenicol.html
6. Anonim. Chloramphenicol LINK 1g powder for injection. Medsafe. 2018. https://www.medsafe.govt.nz/profs/Datasheet/c/ChloramphenicolLink.pdf
7. Oong GC, Tadi P. Chloramphenicol. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555966/
15. Anonim. Chloramphenicol (Rx). Medscape. 2022 https://reference.medscape.com/drug/chloramphenicol-iv-chloromycetin-342554#0
16. Wareham DW, Wilson P. Chloramphenicol in the 21st century. Hospital Medicine, 2002. 63(3): 157–161. doi:10.12968/hosp.2002.63.3.2061
17. Wong Sh, Silva F, Acheson J, Plant G. An old friend revisited: chloramphenicol optic neuropathy. JRSM Short Rep. 2013 Mar;4(3):20.

Indikasi dan Dosis Chloramphenicol
Penggunaan pada Kehamilan dan Ib...

Artikel Terkait

  • Pilihan Jenis Jarum untuk Pungsi Lumbal
    Pilihan Jenis Jarum untuk Pungsi Lumbal
  • Membedakan Meningitis Viral dan Bakterial Akut Menggunakan Kadar Laktat Cairan Serebrospinal
    Membedakan Meningitis Viral dan Bakterial Akut Menggunakan Kadar Laktat Cairan Serebrospinal
  • Penggunaan Steroid pada Meningitis Bakterial
    Penggunaan Steroid pada Meningitis Bakterial
  • Indikasi Pencitraan Otak sebelum Pungsi Lumbal pada Meningitis
    Indikasi Pencitraan Otak sebelum Pungsi Lumbal pada Meningitis
  • Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Meningitis – Ulasan Guideline Terkini
    Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Meningitis – Ulasan Guideline Terkini

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 25 Februari 2025, 14:04
Vaksin meningitis pada bbrp kondisi khusus
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodok, izin bertanya sebagai dokter post isip1. Bagaimana pertimbangan pemberian vaksin meningitis pd ibu hamil/menyusui yg ingin berangkat umroh/haji?2....
Anonymous
Dibalas 30 Oktober 2024, 08:03
Kejang demam pada bayi usia 2 bulan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Halo dokter, izin bertanya pada pasien usia 2 bulan yg datang dengan keluhan kejang tiba2 saat demam, suhu 38.7, tidak disertai keluhan lain. Apakah...
Anonymous
Dibalas 23 September 2024, 07:10
Vaksin meningitis untuk anak usia dibawah 10 tahun sebelum umroh
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin bertanya dokter, apabila anak dibawah 10 tahun ingin melaksanakan umroh apaha tetap wajib melakukan vaksin meningitis? Lalu aoakah dosisnya sama dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.