Pendahuluan Moxifloxacin
Moxifloxacin adalah derivat sintetis antibiotik generasi keempat dari kuinolon generasi sebelumnya. Mekanisme aksi moxifloxacin adalah dengan menghambat DNA girase dan topoisomerase bakteri. Moxifloxacin memiliki aktivitas bakterisidal spektrum luas melawan bakteri gram positif, bakteri gram negatif, dan patogen atipikal.[1-3]
Moxifloxacin dapat digunakan dalam tata laksana pneumonia, eksaserbasi bakteri akut pada bronkitis kronis, rhinosinusitis bakterial, konjungtivitis bakterial, infeksi kulit, dan infeksi intraabdomen. Selain itu, moxifloxacin juga merupakan salah satu fluorokuinolon yang dapat digunakan dalam terapi lini kedua tuberkulosis.[1-3,8,12]
Saat ini, moxifloxacin tersedia dalam bentuk tablet, cairan injeksi, dan tetes mata di Indonesia.[5,13]
Sebagai antibiotik generasi baru, moxifloxacin diharapkan dapat menjadi alternatif pilihan dengan banyaknya kejadian resistensi antibiotik. Namun, efek samping serius dari moxifloxacin seperti tendinitis, pemanjangan interval QT, neuropati perifer, gangguan pada sistem saraf pusat lainnya, dan reaksi hepatotoksik berat perlu diperhatikan. Penggunaannya pada sinusitis bakterial akut dan eksaserbasi bakterial akut pada bronkitis kronis hanya dilakukan apabila tidak ada terapi lain yang tersedia.[4]
Moxifloxacin tidak diberikan pada anak <18 tahun. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya penelitian mengenai efektivitas dan keamanan pada populasi tersebut. Pada studi hewan, didapatkan moxifloxacin menyebabkan artropati pada bayi muda hewan.[3]
Pengawasan penggunaan moxifloxacin terutama pada pasien dengan diabetes dan aritmia. Pengawasan dapat dilakukan melakukan monitoring terhadap reaksi hipersensitvitas, tanda dan gejala infeksi. Monitoring terhadap pemeriksaan darah lengkap, elektrokardiografi, tes fungsi hati, dan kadar glukosa juga diperlukan.[9]
Unsur kimia: C21H24FN3O4[2]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Moxifloxacin
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Anti Infeksi[5] |
Sub-kelas | Antibakteri[5] |
Akses | Resep |
Wanita hamil | Kategori FDA C[3] Kategori TGA B3[6] |
Wanita menyusui | Diduga dieksresikan ke dalam ASI[3] |
Anak-anak | Tidak diberikan pada usia di bawah 18 tahun[3] |
Infant | Tidak diberikan pada usia di bawah 18 tahun[3] |
FDA | Approved, dengan black box warning[3] |
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja