Indikasi dan Dosis Allopurinol
Indikasi obat allopurinol adalah penyakit gout primer, gout sekunder, peningkatan asam urat terkait pengobatan kanker, dan pada pasien dengan kalkuli kalsium oksalat. Dosis yang digunakan mulai dari 100 mg dan dapat ditingkatkan secara berkala hingga mencapai 800 mg/hari.[1,3,4,6]
Indikasi
Indikasi obat allopurinol adalah penyakit gout primer dan sekunder yang mencakup serangan akut, tophi, destruksi sendi, batu ginjal asam urat, dan nefropati. Selain itu, obat ini juga diindikasikan untuk pengobatan pada kondisi peningkatan asam urat serum dan urine akibat terapi kanker pada pasien leukemia, limfoma, dan keganasan lain.[1,3,4]
Dosis pada Tata Laksana Gout
Berdasarkan rekomendasi dari American College Rheumatology, terapi penurun asam urat pada pasien gout bisa dimulai pada kondisi berikut:
- Frekuensi serangan akut gout yang tinggi (2 kali serangan per tahun)
Penyakit ginjal kronis stadium 2 atau lebih
- Adanya tofus dalam pemeriksaan klinis atau pencitraan
- Adanya riwayat nefrolithiasis
Sedangkan, hiperurisemia asimptomatik bukanlah indikasi dari allopurinol atau obat penurun asam urat lainnya.
Dosis obat allopurinol terutama untuk terapi gout jangka panjang dianjurkan untuk diawali dengan dosis terendah, yaitu 100 mg per hari dan dapat ditingkatkan secara berkala setiap minggunya sebanyak 100 mg hingga kadar asam urat mencapai 6 mg/dl atau kurang. Dosis maksimal adalah 800 mg/hari.
American College of Rheumatology merekomendasikan target asam urat adalah di bawah 6 mg/dl untuk penderita gout dan di bawah 5 mg/dl jika terdapat tofus. Setelah pasien mencapai target asam urat, pengobatan menggunakan allopurinol dilakukan seterusnya.[3,4,6,17]
Dibutuhkan beberapa bulan terapi allopurinol untuk mengurangi durasi dan tingkat keparahan serangan gout. Oleh karena itu, ketika terapi allopurinol dimulai, profilaksis antiinflamasi direkomendasikan selama 3 hingga 6 bulan.[18-20]
Hiperurisemia terkait Kemoterapi
Obat allopurinol dapat digunakan pada pasien yang menjalani pengobatan kanker. Allopurinol dapat diberikan untuk mencegah sindroma lisis tumor.[3]
Dewasa
Obat allopurinol oral dapat dikonsumsi pada kondisi tersebut dengan dosis 300 mg/m2/hari dalam 3 dosis terbagi atau 600–800 mg, 1 kali sehari, selama 2-3 hari. Dosis maksimal sebanyak 800–900 mg per hari.
Obat allopurinol juga dapat diberikan melalui parenteral dengan dosis awal 200–400 mg/m2, 1 kali sehari atau dalam 2-3 dosis terbagi. Dosis maksimal sebanyak 600 mg per hari.[3,11]
Anak <6 Tahun
Obat allopurinol oral dapat dikonsumsi pada kondisi tersebut dengan dosis awal 150 mg, 1 kali sehari.
Obat allopurinol juga dapat diberikan melalui parenteral dengan dosis awal 200 mg/m2, 1 kali sehari.[11]
Anak 6-10 Tahun
Obat allopurinol oral dapat dikonsumsi pada kondisi tersebut dengan dosis awal 300 mg, 1 kali sehari.
Obat allopurinol juga dapat diberikan melalui parenteral dengan dosis awal 200 mg/m2, 1 kali sehari.[11]
Anak >10 Tahun
Obat allopurinol oral dapat dikonsumsi pada kondisi tersebut dengan dosis 150 mg, 1 kali sehari.
Obat allopurinol juga dapat diberikan melalui parenteral dengan dosis awal 200-400 mg/m2, 1 kali sehari. Dosis maksimal 600 mg per hari.[11]
Batu Ginjal Kalsium Oksalat Rekuren
Obat allopurinol dapat dikonsumsi pada pasien dengan batu ginjal kalsium oksalat yang berulang dengan dosis awal 200–300 mg, 1 kali sehari. Titrasi dosis ditentukan berdasarkan jumlah asam urat urine dalam 24 jam. Dosis maksimal sebanyak 800–900 mg per hari.[3,11]
Penyesuaian Dosis
Pada pasien dengan insufisiensi ginjal (penyakit ginjal kronis stadium 4 atau lebih) dosis allopurinol dimulai dari dosis harian 50 mg, lalu dosis dinaikkan 50 mg setiap 2-5 minggu hingga mencapai kadar asam urat target.
Allopurinol dan oksipurinol dapat terdialisis. Pada pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir (end-stage renal disease) atau yang menggunakan dialisis peritoneal, allopurinol dapat dimulai dengan dosis 50 mg dan diberikan selang-seling pasca dialisis. Pada kondisi tersebut, dosis dapat dinaikkan dengan hati-hati agar mencapai kadar asam urat target.
Sejauh ini belum ada konsensus mengenai dosis yang dianjurkan pada pasien dengan gangguan ginjal. Namun, dosis awal yang bisa diberikan sebaiknya lebih rendah dari dosis yang diberikan pada pasien tanpa gangguan ginjal.[3,11]
Penulisan pertama oleh: dr. Maria Rossyani