Diagnosis Akantosis Nigrikans
Diagnosis akantosis nigrikans ditegakkan melalui penilaian kondisi klinis. Apabila dianggap perlu, dapat dilakukan biopsi kulit untuk mengonfirmasi diagnosis, namun biopsi tidak rutin dilakukan pada praktik. Akantosis nigrikans memiliki ujud kelainan kulit berupa plak hiperpigmentasi yang disertai dengan penebalan kulit, bertekstur menyerupai beludru, simetris, dan memiliki batas yang tidak tegas. Lesi ditemukan pada area lipatan kulit, seperti pada bagian tengkuk, ketiak, dan lipat paha.
Investigasi lanjutan diperlukan untuk mendeteksi penyakit yang mendasari, misalnya diabetes mellitus atau sindrom metabolik. Pada kasus yang lebih jarang, akantosis nigrikans juga dapat berhubungan dengan keganasan, misalnya adenokarsinoma lambung.[1,9]
Anamnesis
Akantosis nigrikans seringkali dikaitkan dengan adanya penyakit lain yang mendasari, seperti diabetes mellitus, obesitas, gangguan hormon, serta kondisi keganasan pada saluran cerna. Akantosis nigrikans juga dapat terjadi sebagai akibat efek samping penggunaan obat–obat, misalnya glukokortikoid dan obat kontrasepsi oral.
Pasien biasanya datang dengan keluhan terdapat area yang mengalami perubahan warna dan penebalan kulit, terkadang area tersebut juga dapat dikeluhkan mengalami pruritus. Lesi dimulai sebagai makula dan bercak hiperpigmentasi yang semakin lama membesar dan menebal menjadi plak yang teraba.
Lokasi lesi yang tersering adalah area belakang leher, samping leher, dan aksila. Area lipatan kulit lain juga dapat terkena, misalnya anogenital dan inframammae, namun kejadiannya lebih jarang. Pada kasus yang berat, bisa didapatkan lesi pada area umbilikus, areola, perineum, buccal, dan area nonintertriginosa lainnya. Lesi pada area lipatan kulit dapat mengalami maserasi, inflamasi, ataupun menimbulkan bau tidak sedap.
Pada sekitar sepertiga kasus akantosis nigrikans maligna, pasien datang dengan perubahan kulit sebelum muncul tanda dan gejala kanker. Pada sepertiga kasus lainnya, lesi muncul bersamaan dengan neoplasma. Dalam sepertiga kasus yang tersisa, temuan kulit muncul beberapa saat setelah diagnosis kanker. Akantosis nigrikans maligna memiliki awitan yang lebih cepat dan sering disertai dengan pruritus.[1,4]
Usia Saat Awitan
Dalam anamnesis dokter perlu menanyakan usia saat awitan. Awitan pada masa bayi atau anak mengindikasikan kelainan familial atau sindromik. Sementara itu, akantosis nigrikans yang berkaitan dengan keganasan lebih sering muncul pada pasien dewasa.
Gejala Endokrinopati
Dokter juga perlu menggali mengenai riwayat atau gejala yang mengarah pada endokrinopati. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi adanya diabetes mellitus tipe 2, akromegali, sindrom Cushing, atau sindrom ovarium polikistik (PCOS).
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan akantosis nigrikans, tanpa disertai gejala penyakit yang mungkin mendasari lainnya, mengindikasikan kemungkinan akantosis nigrikans familial.
Riwayat Konsumsi Obat
Riwayat pengobatan yang dapat menyebabkan akantosis nigrikans, misalnya penggunaan kortikosteroid sistemik, juga perlu ditanyakan.[1,4]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dengan akantosis nigrikans mencakup antropometri, tanda vital, dan pemeriksaan fisik generalisata.
Akantosis nigrikans memiliki karakteristik berupa plak hiperpigmentasi, tersebar simetris, dan memiliki tekstur menyerupai beludru. Lesi akantosis nigrikans biasanya terdapat pada bagian tengkuk dan lipatan tubuh seperti lipat paha dan aksila. Pada anak–anak, paling sering ditemukan pada bagian tengkuk.[4]
Walaupun jarang, akantosis nigrikans juga dapat terjadi pada membran mukosa seperti hidung, mulut, esofagus, dan laring. Akrokordons yang dikenal juga sebagai skin tags dapat ditemukan pada area dengan akantosis nigrikans. Perubahan pada kuku seperti leukonikia dan hiperkeratosis juga dapat menyertai.[4]
Pengukuran berat dan tinggi badan diperlukan untuk mengevaluasi indeks massa tubuh. Obesitas merupakan salah satu penyebab tersering dari akantosis nigrikans. Pada anak, evaluasi pertumbuhan diperlukan untuk menilai adanya kemungkinan penyakit endokrin atau sindrom genetik.[8]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding akantosis nigrikans mencakup parakeratosis, sindrom Haber, papilomatosis retikularis dan konfluens, dan eritrasma.
Parakeratosis Intertriginosa Granular
Parakeratosis intertriginosa granular merupakan papul atau plak hiperkeratosis berwarna kecoklatan, gatal, banyak ditemukan pada area lipatan tubuh seperti aksila, dapat sembuh dengan sendirinya, dan sering ditemukan pada wanita paruh baya.[11]
Sindrom Haber
Sindrom Haber adalah suatu penyakit genodermatosis yang jarang terjadi. Kondisi ini memiliki karakteristik menyerupai erupsi rosasea keratotik pada area yang tidak terpapar sinar matahari.[11]
Papilomatosis Retikularis dan Konfluens
Papilomatosis retikularis dan konfluens adalah suatu kelainan kulit yang biasanya terjadi pada batang tubuh, leher, dan aksila. Kondisi ini memiliki karakteristik berupa papul atau plak hiperpigmentasi, asimtomatik, dan memiliki konfigurasi menyerupai jala.[11]
Penyakit Dowling Degos
Penyakit Dowling Degos adalah suatu kelainan genetik autosomal dominan. Penyakit ini memiliki karakteristik berupa lesi berwarna kecoklatan yang sering terjadi pada lipatan kulit, disertai dengan fibroma dan hiperkeratosis folikularis.[11]
Akropigmentasi Retikularis Kitamura
Akropigmentasi retikularis Kitamura merupakan suatu kelainan autosomal dominan dengan karakteristik lesi makula hiperpigmentasi terangulasi dan penyebaran retikularis. Lesi biasanya ditemukan pada bagian punggung tangan dan kaki.[11]
Eritrasma
Eritrasma umumnya disebabkan oleh infeksi Corynebacterium minutissimum. Lesi memiliki karakteristik berupa bercak merah muda atau coklat yang tidak teratur, memiliki batas yang tegas, dengan sisik halus.[11]
Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik adalah gangguan kronis berulang yang dapat terjadi pada segala usia, namun lebih sering ditemukan pada orang dewasa berusia 30–60 tahun. Lesi sering ditemukan pada wajah dan kulit kepala dengan karakteristik bercak eritematosa disertai dengan skuama halus pada area yang memiliki banyak kelenjar minyak.[11]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit yang mendasari timbulnya akantosis nigrikans. Pemeriksaan biopsi kulit dapat mengonfirmasi diagnosis, namun sangat jarang diperlukan dan tidak rutin dilakukan. Pada biopsi dapat ditemukan gambaran hiperkeratosis, papilomatosis, dengan hiperpigmentasi minimal, serta jarang ditemukan infiltrat inflamasi.[4,11]
Papila dermis membentuk penyebaran seperti jari disertai dengan penipisan epidermis. Diskromia klinis dapat terjadi akibat hiperkeratosis, bukan disebabkan oleh deposit melanosit. Pada akantosis nigrikans mukosa, ditemukan epitel hiperkeratosis dan papilomatosis disertai parakeratosis.[4,11]
Mayoritas kasus akantosis negrikans disertai dengan resistensi insulin dan obesitas, oleh karena itu skrining diabetes mellitus melalui pemeriksaan HbA1C dan gula darah direkomendasikan pada seluruh pasien dengan gejala klinis mengarah ke diabetes. Pemeriksaan darah, endoskopi, maupun pencitraan dapat dilakukan sesuai indikasi untuk mencari apakah terdapat penyakit penyerta seperti diabetes mellitus atau sindrom ovarium polikistik (PCOS).[1,11]
Direvisi oleh: dr. Qanita Andari