Epidemiologi Akantosis Nigrikans
Data epidemiologi akantosis nigrikans saat ini belum diketahui secara pasti. Prevalensi akantosis nigrikan diperkirakan sebesar 7% pada populasi umum. Pada orang dengan obesitas, angka ini meningkat hingga 74%.[3,9]
Global
Dengan semakin meningkatnya angka kejadian obesitas dan diabetes mellitus, diperkirakan kejadian akantosis nigrikans juga semakin meningkat.
Penelitian epidemiologi yang dilakukan di Iran, Uni Emirat Arab, dan Jepang menunjukkan peningkatan signifikan secara statistik kejadian resistensi insulin pada pasien dengan obesitas dan akantosis nigrikans dibandingkan grup kontrol, yaitu pasien obesitas tanpa akantosis nigrikans. Hal ini menunjukkan bahwa akantosis nigrikans dapat digunakan sebagai penanda adanya resistensi insulin pada pasien dengan obesitas.[1,4]
Pada suatu penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada 1412 orang anak, ditemukan 7,1% kejadian akantosis nigrikans. Tidak ada perbedaan insidensi antara laki–laki dan perempuan.[4]
Akantosis nigrikans yang berhubungan dengan malignansi tergolong lebih jarang. Dalam suatu penelitian hanya 2 dari 12.000 pasien kanker yang memiliki akantosis nigrikans. Asosiasi yang paling sering ditemukan pada pasien dengan adenokarsinoma saluran pencernaan sebesar 70–90%, terutama kanker lambung yaitu sebesar 55–61%.[4]
Indonesia
Data nasional untuk akantosis nigrikans belum ada. Dari suatu penelitian potong lintang yang dilakukan pada 431 siswa SMP usia 12–14 tahun di kota Denpasar pada bulan Januari hingga Maret 2014, ditemukan akantosis nigrikans pada 7,2% sampel.[10]
Mortalitas
Akantosis nigrikans sendiri tidak dapat menyebabkan mortalitas, namun komplikasi dapat muncul akibat penyakit yang mendasari, misalnya diabetes mellitus. Pasien dengan akantosis nigrikans dapat mengalami resolusi seiring dengan perbaikan penyakit yang mendasari.[1]
Direvisi oleh: dr. Qanita Andari