Etiologi Akantosis Nigrikans
Etiologi akantosis nigrikans berkaitan dengan peningkatan faktor pertumbuhan yang menyebabkan peningkatan proliferasi sel epidermis. Pasien dengan akantosis nigrikans umumnya memiliki setidaknya satu dari kondisi medis berikut, yaitu obesitas, diabetes mellitus, akantosis nigrikans familial, serta penggunaan obat seperti glukokortikoid atau kontrasepsi oral.
Faktor pertumbuhan yang mampu mempengaruhi terjadinya akantosis nigrikans adalah:
- Peningkatan insulin yang mengaktivasi reseptor insulin like growth factor (IGF) pada keratinosit, terutama IGF–1. Pada konsentrasi yang tinggi, insulin dapat melepaskan ikatan IGF–1 dari protein pengikatnya Peningkatan IGF dalam sirkulasi memicu proliferasi keratinosit dan fibroblas
- Jenis akantosis nigrikans yang diturunkan secara herediter disebabkan oleh adanya defek pada fibroblast growth factor
- Peningkatan transforming growth factor (TGF) ditemukan pada akantosis nigrikans yang berkaitan dengan malignansi. TGF mempengaruhi jaringan epidermis melalui reseptor epidermal growth factor[1,4]
Faktor Risiko
Riwayat keluarga, individu obesitas, penggunaan obat tertentu, dan adanya malignansi dapat meningkatkan risiko akantosis nigrikans.
Riwayat dalam Keluarga
Akantosis nigrikans familial diturunkan secara autosomal dominan. Biasanya kelainan nampak sejak kelahiran atau pada masa anak–anak. Kelainan ini disebabkan akibat mutasi fibroblast growth factor receptor 3 (FGFR3).[5]
Obesitas
Akantosis nigrikans yang berhubungan dengan obesitas dapat muncul pada usia berapa saja, namun lebih sering ditemukan pada orang dewasa. Kondisi ini dihubungkan juga dengan resistensi insulin. Dengan manajemen penurunan berat badan, akantosis nigrikans dapat membaik dengan sendirinya.[6]
Obat-obatan
Akantosis nigrikans yang berhubungan dengan obat–obatan biasanya disebabkan oleh glukokortikoid sistemik seperti prednison, pil kontrasepsi, testosteron, diethylstilbestrol, terapi growth hormone, inhibitor protease, vitamin B3/ niacin, dan insulin injeksi. Penghentian penggunaan obat dapat memperbaiki akantosis nigrikans.[1]
Kelainan Endokrin
Akantosis nigrikans yang berhubungan dengan kelainan endokrin, misalnya diabetes mellitus tipe 2, biasanya memiliki awitan yang lebih cepat, tidak menyebar terlalu luas, dan sering ditemukan pada pasien yang mengalami obesitas. Sindrom resistensi insulin dibagi menjadi tipe A dan B. Pada sindrom tipe A ditemukan, hiperandrogenemia, resistensi insulin, dan akantosis nigrikans. Selain itu, sindrom ovarium polikistik (PCOS) juga dikaitkan dengan akantosis nigrikans dan resistensi insulin.[4]
Keganasan
Akantosis nigrikans yang berhubungan dengan malignansi dikenal juga sebagai sindrom akantosis nigrikans maligna. Sindrom ini ditemukan pada pasien dengan adenokarsinoma pada saluran pencernaan, kanker prostat, kanker payudara, dan kanker ovarium. Kanker paru dan limfoma jarang dikaitkan dengan akantosis nigrikans. Akantosis nigrikan dapat muncul sebelum, selama, atau setelah awitan keganasan.[1,7]
Sindrom Genetik
Berbagai sindrom genetik yang ditandai dengan resistensi insulin dapat menyebabkan akantosis nigrikans. Oleh karenanya, akantosis nigrikans dapat menjadi fitur klinis yang membantu mendiagnosis sindrom–sindrom ini, terutama pada bayi dan anak. Contoh sindrom genetik yang berkaitan dengan akantosis nigrikans adalah Down syndrome, leprechaunism, sindrom Rabson–Mendenhall, congenital generalized lipodystrophy (sindrom Berardinelli–Seip), familial partial lipodystrophy, dan sindrom Alstrom.[8]
Direvisi oleh: dr. Qanita Andari