Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Konstipasi general_alomedika 2023-06-06T15:22:20+07:00 2023-06-06T15:22:20+07:00
Konstipasi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Pasien Dewasa - Panduan e-Prescription
  • Pasien Anak - Panduan e-Prescription

Diagnosis Konstipasi

Oleh :
dr. Ashfahani Imanadhia
Share To Social Media:

Diagnosis konstipasi perlu dicurigai pada pasien yang mengeluhkan kesulitan saat buang air besar. Gejala dapat berupa frekuensi buang air besar yang jarang, tinja yang keras dan padat, usaha mengejan berlebihan, rasa tidak lampias setelah buang air besar, atau penyumbatan. Diagnosis konstipasi dapat ditegakkan berdasarkan kriteria Rome IV. Tanda bahaya perlu dikenali untuk mewaspadai penyebab organik yang berat, seperti ileus obstruktif dan kanker kolorektal.[1]

Anamnesis

Anamnesis perlu menggali durasi dan sifat konstipasi, konsistensi tinja, gejala gastrointestinal lain, dan ada-tidaknya tanda bahaya konstipasi, termasuk pada bayi.[1-3]

Konstipasi Akut dan Kronis

Gejala konstipasi dapat terjadi secara akut bila kurang dari seminggu. Konstipasi akut seringkali akibat perubahan pola diet atau kebiasaan, seperti konsumsi serat atau aktivitas fisik yang kurang, stres, atau adaptasi toilet di lingkungan baru. Sementara itu, konstipasi kronik secara umum adalah gejala konstipasi yang menetap selama minimal 3 bulan.[1-3]

Konsistensi Tinja

Bristol Stool Form Scale (BSFS) dapat bermanfaat dalam praktik klinis karena digunakan untuk menilai konsistensi tinja berdasarkan 7 jenis spektrum. Tipe 1 dan 2 menunjukkan tinja yang keras atau padat, sedangkan tipe 6 dan 7 untuk tinja yang lunak atau berair. Konsistensi dari tinja dapat menjadi indikator transit kolon.[1-3]

Bristol,Stool,Chart,Infographic,,Flat,Vector,Illustration,Isolated,On,White

Gejala Gastrointestinal Lain

Gejala gastrointestinal lain juga perlu digali, seperti nyeri perut, kembung, dan muntah. Selain itu, gejala yang mengarah pada tanda bahaya dari konstipasi perlu disingkirkan meliputi penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, perdarahan rektal, atau riwayat keluarga dengan kanker kolorektal maupun inflammatory bowel disease. Adanya tanda bahaya mengindikasikan kemungkinan penyebab organik signifikan, seperti ileus obstruktif dan kanker kolorektal.[1,2]

Kriteria Rome IV

Berdasarkan kriteria Rome IV, konstipasi fungsional ditegakkan bila terdapat minimal 2 dari gejala berikut:

  • Mengejan selama lebih dari 25% defekasi
  • Tinja yang padat dan keras, setara BSFS 1-2, lebih dari 25% defekasi
  • Rasa tidak lampias saat evakuasi atau pengosongan tinja pada 25% defekasi
  • Perasaan seperti ada sumbatan di anorektal pada lebih dari 25% defekasi
  • Memerlukan pengeluaran feses secara manual saat buang air besar pada lebih dari 25% defekasi (evakuasi dengan bantuan tangan atau dukungan dari dasar panggul)
  • Frekuensi buang air besar kurang dari 3 kali dalam seminggu

Selain itu, konsistensi feses pasien jarang lunak kecuali jika menggunakan laksatif dan gejala tidak memenuhi kriteria irritable bowel syndrome (IBS).[3]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang menunjang diagnosis konstipasi antara lain pemeriksaan abdomen dan daerah anorektal.[1,4]

Pemeriksaan Abdomen

Pada pemeriksaan abdomen, perlu dilihat apakah teraba massa intra abdomen, apakah terjadi peningkatan atau penurunan bising usus, dan adanya nyeri tekan.[1,4]

Pemeriksaan Anorektal

Pada pemeriksaan anorektal, diperiksa adanya tanda terkait kelainan yang menimbulkan konstipasi sekunder seperti keganasan anorektal, prolaps rektum, fisura anal, serta kompresi intrinsik dan ekstrinsik.

Dapat pula dilakukan pemeriksaan rectal toucher untuk mengidentifikasi adanya hipertonus sfingter, massa anorektal, rektokel, enterokel, dan impaksi feses. Pemeriksaan ini juga dapat memeriksa kekuatan sfingter anus dan otot puborektal, serta melihat adanya darah pada feses, fisura anal, dan stenosis anal.[1,4]

Diagnosis Banding

Konstipasi sering sekali menjadi gejala penyerta pada beberapa penyakit tertentu, sehingga diagnosis konstipasi fungsional dan konstipasi kronik perlu dipikirkan pada beberapa keadaan seperti appendicitis dan hernia abdomen.[14]

Hernia Abdomen

Pada kasus hernia abdomen, didapatkan massa yang hilang timbul pada abdomen atau inguinal, terutama jika batuk atau mengejan.[14,19]

Appendicitis

Appendicitis dapat menyebabkan konstipasi karena adanya obstruksi Pada appendicitis juga ditemukan nyeri tekan Mc Burney, demam, leukositosis, dan gejala saluran cerna lain seperti anoreksia dan mual-muntah.[14,20]

Penyakit Chagas

Penyakit Chagas disebabkan oleh infeksi Trypanosoma cruzi, yang dapat menimbulkan megakolon yang bermanifestasi sebagai konstipasi. Apabila dilakukan apusan darah tebal dan tipis akan ditemukan gambaran parasit.[14,21]

Kanker Kolorektal

Kanker kolorektal juga dapat menimbulkan konstipasi kronik. Biasanya gejala lebih berat, misalnya terjadi hematoschezia dan disertai penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.[14,22]

Ileus Obstruktif

Ileus obstruktif akan menunjukkan tanda pemeriksaan fisik berupa metallic sound. Apabila rontgen abdomen 3 posisi akan ditemukan gambaran step ladder dan herringbone appearance.[14,23]

Gangguan Motilitas Usus

Gangguan motilitas usus ditandai dengan abnormalitas kontraksi usus, misalnya spasme atau paralisis. Istilah ini mewakili berbagai penyakit, misalnya irritable bowel syndrome, Oglivie syndrome, dan inkontinensia fekal.[14,24]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada konstipasi dilakukan untuk mencari penyebab yang mendasari dan menyingkirkan diagnosis banding.

Kolonoskopi

Kolonoskopi diagnostik hanya direkomendasikan untuk individu dengan gejala yang termasuk tanda bahaya, seperti adanya darah pada tinja, perdarahan rektal, irritable bowel disease, prolaps rektal, gejala obstruksi, dan penurunan berat badan. Kolonoskopi juga dapat dikerjakan pada pasien yang akan menjalani skrining kanker kolorektal.[3,8]

Manometri Anorektal 

Manometri anorektal merupakan prosedur diagnostik yang dapat mengukur aktivitas tekanan anorektal sehingga mampu menunjukkan refleks, sensasi, kepatuhan rektal, serta refleks sfingter rektal saat istirahat dan selama manuver defekasi. Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi adanya gangguan sinergi pada masalah buang air besar, neuropati viseral, dan penyakit Hirschsprung.[3,8]

Barium Enema

Rontgen barium enema merupakan tindakan rontgen pada usus besar dengan memasukkan zat kontras untuk menentukan adanya perubahan atau kelainan anatomi dari usus.[3,8]

Defekografi dan Magnetic Resonance Defecography (MRD)

Prinsip pemeriksaan defekografi dan MRD adalah teknik visualisasi radiologi rontgen dan MRI untuk menentukan kelainan struktur di dalam rektum dan organ dasar panggul. Pemeriksaan ini tidak dikerjakan secara rutin untuk menegakkan diagnosis konstipasi namun dapat sebagai pemeriksaan tambahan terhadap penilaian klinis dan tes manometrik.[3,8]

Waktu Transit Kolon

Pada prosedur ini, pasien diminta untuk menelan kapsul yang mengandung kontras radioopak atau alat perekam nirkabel. Selanjutnya kapsul yang melewati kolon akan direkam selama beberapa hari dan terlihat pada rontgen.[3,8]

 

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Junita br Tarigan

Referensi

1. Aziz I, Whitehead WE, Palsson OS, Törnblom H, Simrén M. An approach to the diagnosis and management of Rome IV functional disorders of chronic constipation. Expert Rev Gastroenterol Hepatol. 2020 Jan;14(1):39-46.
2. Bharucha AE, Lacy BE. Mechanisms, Evaluation, and Management of Chronic Constipation. Gastroenterology. 2020 Apr;158(5):1232-1249.e3.
3. D Basson Marc. Constipation. Medscape. 2020.
4. Sobrado CW, Neto IC, Pinto RA, et al. Diagnosis and Treatment of Constipation: A Clinical Update Based on The Rome IV Criteria. J Coloproctology. 2018;137–44.
8. Forootan M, Bagheri N, Darvishi M. Chronic Constipation. Gastroenterol Clin North Am. 2018;45(2):205–16.
14. Diaz S, Bittar K, Mendez MD. Constipation. In: StatPearls. 2022.
20. Snyder MJ, Guthrie M, Cagle S. Acute Appendicitis: Efficient Diagnosis and Management. Am Fam Physician. 2018 Jul 1;98(1):25-33. PMID: 30215950.
21. Teza DCB, Ferreira ÉC, Gomes ML. Bowel Frequency And Symptoms Of Constipation And Its Relation With The Level Of Physical Activity In Patients With Chagas Disease. Arq Gastroenterol. 2020 Apr-Jun;57(2):161-166. doi: 10.1590/S0004-2803.202000000-30. PMID: 32609158.
22. Sundbøll J, Thygesen SK, Veres K, Liao D, Zhao J, Gregersen H, Sørensen HT. Risk of cancer in patients with constipation. Clin Epidemiol. 2019 Apr 30;11:299-310. doi: 10.2147/CLEP.S205957. PMID: 31118818; PMCID: PMC6503315.
23. Smith DA, Kashyap S, Nehring SM. Bowel Obstruction. [Updated 2022 Aug 1]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441975/
24. Keller J, Bassotti G, Clarke J, Dinning P, Fox M, Grover M, Hellström PM, Ke M, Layer P, Malagelada C, Parkman HP, Scott SM, Tack J, Simren M, Törnblom H, Camilleri M; International Working Group for Disorders of Gastrointestinal Motility and Function. Expert consensus document: Advances in the diagnosis and classification of gastric and intestinal motility disorders. Nat Rev Gastroenterol Hepatol. 2018 May;15(5):291-308. doi: 10.1038/nrgastro.2018.7. Epub 2018 Apr 6. PMID: 29622808; PMCID: PMC6646879.

Epidemiologi Konstipasi
Penatalaksanaan Konstipasi

Artikel Terkait

  • Manajemen Konstipasi Kronis pada Lansia
    Manajemen Konstipasi Kronis pada Lansia
  • Red Flag Konstipasi pada Bayi
    Red Flag Konstipasi pada Bayi
  • Manajemen Konstipasi dalam Kehamilan
    Manajemen Konstipasi dalam Kehamilan
  • Stool Scale yang Cocok untuk Bayi atau Anak yang Belum Toilet-Trained: Mengenal BITSS (Brussels Infant Toddler Stool Scale)
    Stool Scale yang Cocok untuk Bayi atau Anak yang Belum Toilet-Trained: Mengenal BITSS (Brussels Infant Toddler Stool Scale)
  • Penatalaksanaan Konstipasi pada Anak
    Penatalaksanaan Konstipasi pada Anak

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 14 April 2025, 09:03
Bagaimana tatalaksana konstipasi pada balita <3tahun
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter. Apa yg harus kota lakukan dan resepkan utk kasus konstipasi pada balita <3 tahun, Dok? Mhn arahan...terimaakasih
Anonymous
Dibalas 13 April 2025, 11:14
Tatalaksana sembelit pada bayi dibawah 6 bulan apakah boleh diterapi dengan pencahar?
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo Dokter, izin bertanya, kapan sembelit pd bayi 6 bulan perlu kita terapi dengan pencahar? apa pencahar yg aman utk bayi dibawah 6 bulan dok? Apakah ada...
Anonymous
Dibalas 04 Februari 2025, 18:07
Obat yang aman untuk konstipasi post caesar?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin bertanya apakah obat yg aman diberikan pada ibu menyusui post caesar 6 hari yang lalu ? Apakah bisacodyl / laktulosa aman untuk post caesar...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.