Pasien Anak - Panduan e-Prescription Konstipasi
Panduan e-Prescription untuk gangguan konstipasi pada anak ini dapat digunakan oleh Dokter saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.
Konstipasi (sembelit) merupakan gangguan pencernaan yang ditandai dengan kesulitan buang air besar (BAB). Konstipasi dapat diartikan sebagai frekuensi BAB yang jarang dan/atau konsistensi feses yang keras. Berdasarkan penyebabnya, konstipasi dibedakan menjadi konstipasi organik dan konstipasi fungsional. Kasus konstipasi pada anak 95% merupakan konstipasi fungsional, yang berarti tidak terdapat kelainan organ. [1-3]
Tanda dan Gejala
Rome IV membagi kriteria diagnosis konstipasi fungsional berdasarkan usia anak. Anak didiagnosis mengalami konstipasi jika mengalami minimal 2 gejala di bawah ini selama sekurang-kurangnya dalam 1 bulan. [3]
Usia <4 Tahun
- Frekuensi BAB ≤2 kali/minggu
- Postur tubuh menahan BAB atau memiliki riwayat kebiasaan menahan BAB
- Riwayat feses keras atau nyeri saat BAB
- Terdapat massa feses yang besar di rektum [3]
Pada anak usia <4 tahun yang sudah menjalani toilet training, selain kriteria di atas, terdapat kriteria tambahan sebagai berikut:
- Mengalami inkontinensia fekal minimal 1 kali dalam seminggu
- Feses berdiameter besar yang dapat menyumbat toilet [3]
Usia ≥4 Tahun
- Frekuensi BAB ≤2 kali/minggu
- Postur tubuh menahan BAB atau memiliki riwayat kebiasaan menahan BAB
- Riwayat feses keras atau nyeri saat BAB
- Terdapat massa feses yang besar di rektum [3]
- Mengalami inkontinensia fekal minimal 1 kali dalam seminggu
- Feses berdiameter besar yang dapat menyumbat toilet [3]]
Peringatan
Segera rujuk ke fasilitas kesehatan jika terdapat tanda bahaya konstipasi, atau dicurigai adanya konstipasi organik dengan salah satu gejala di bawah ini:
- Pengeluaran mekonium >48 jam setelah lahir
- Gejala konstipasi muncul pada anak usia <1 bulan
- Riwayat keluarga dengan penyakit Hirschsprung
- Feses yang berbentuk seperti pita
- Darah pada feses tanpa adanya fissura ani
- Gagal tumbuh
- Muntah bilious, yaitu muntah berwarna kehijauan
- Distensi abdomen yang parah
- Riwayat kelenjar tiroid yang abnormal
- Posisi anus abnormal
- Kelemahan anggota gerak bawah
- Gejala spina bifida, seperti terdapat seikat rambut di kulit punggung bayi
- Sacral dimple
Gluteal cleft deviation [4]
Peringatan Pemberian Medikamentosa
Pemberian obat-obatan untuk konstipasi pada anak harus memperhatikan beberapa hal berikut:
- Konstipasi pada anak jangan langsung diberikan medikamentosa, sebaiknya dicoba terlebih dahulu tata laksana suportif nonfarmakologi seperti modifikasi perilaku dan pola makan.[12]
- Pemberian laktulosa dikontraindikasikan pada anak dengan galaktosemia, obstruksi saluran cerna, acute inflammatory bowel disease, dan perforasi saluran cerna. [5]
- Pemberian bisakodil dikontraindikasikan pada anak usia <1 tahun, dehidrasi berat, ileus, akut abdomen, obstruksi saluran cerna, fissura ani, proktitis, dan hemoroid dengan luka. [6,7]
Tata Laksana Suportif
Penatalaksanaan konstipasi pada anak harus diawali dengan upaya suportif, yang terdiri dari modifikasi perilaku dan modifikasi pola makan anak.[12]
Modifikasi Perilaku Anak
- Posisi saat BAB: pasang bangku sebagai penyangga kaki di depan toilet untuk memastikan lutut anak menjadi lebih tinggi dari pinggul, kemudian condongkan tubuh anak ke depan dan letakkan siku di atas lutut, jika perlu gunakan toilet ring
- Rutin ke toilet: biasakan anak duduk di toilet seats hingga 5 menit, 3 kali sehari, sebaiknya setelah makan, ajarkan anak untuk membusungkan perutnya, puji jika anak melakukannya (reward), dan pastikan duduk di toilet menjadi pengalaman yang positif
- Catat perilaku saat di toilet dan frekuensi BAB anak, pengatur waktu di kamar mandi dapat membantu
- Ajak anak untuk berolahraga lebih sering
- Tunda upaya pelatihan toilet sampai anak BAB tanpa rasa sakit [12]
Modifikasi Pola Makan
- Meningkatkan serat makanan bukanlah pengobatan yang memadai untuk konstipasi pada anak
- Asupan susu sapi yang berlebihan dapat memperburuk konstipasi pada beberapa anak
- Anak dengan konstipasi fungsional sering memberikan respon positif saat diberikan karbohidrat aktif osmotik yang tidak mudah dicerna, yaitu jus yang mengandung sorbitol seperti jeruk, apel, pir, dan kiwi
- Tidak perlu menambah asupan cairan melebihi kebutuhan cairan anak dalam sehari (anak usia 7‒12 bulan sekitar 800 ml; anak usia 1‒3 tahun sekitar 1,3 liter; anak usia 4‒8 tahun sekitar 1,7 liter; dan anak >9 tahun 2,1‒2,4 liter) [12]
Terapi Medikamentosa
Tata laksana konstipasi pada anak dibedakan menjadi terapi awal yaitu evakuasi feses, dan terapi pemeliharaan.
Terapi Evakuasi Feses
Terapi evakuasi feses dilakukan jika terdapat impaksi feses pada rektum. Pilihan obat yang dapat digunakan adalah Polyethylene glycol (PEG) atau agen enema.
PEG 3350 atau PEG 4000:
- Di Indonesia, tidak tersedia sediaan sachet PEG oral dengan dosis anak sehingga sebaiknya tidak digunakan untuk anak dengan usia <8 tahun
- Sediaan yang ada di Indonesia adalah oral Niflec® yang merupakan kombinasi PEG dengan elektrolit, di mana di dalam 1 sachet mengandung 118 gram PEG 4000
- Usia ≥ 8 tahun: dosis 1−1,5 gram/kgBB/hari, diberikan dengan cara melarutkan ¼ sachet ke dalam 500 mL air, diberikan 1 kali/hari pada pagi hari, durasi 3‒6 hari [7-10]
Agen Enema:
Penggunaan enema adalah pemberian zat kimia aktif melalui rektal yang dapat mempengaruhi motilitas usus dan/atau memiliki efek osmotik. Pilihan enema yang dapat digunakan adalah:
Microlax® suppositoria dengan dosis:
- Usia <3 bulan: ½ tube per rektal, 1 kali sehari
- Usia ≥3 bulan: 1 tube per rektal, 1 kali sehari [1,11]
Atau Bisacodyl suppositoria dengan dosis:
- Usia 2‒10 tahun: 5 mg per rektal, 1 kali sehari di pagi hari
- Usia ≥10 tahun: 10 mg per rektal, 1 kali sehari di pagi hari [1,6,8]
Terapi Pemeliharaan
Terapi pemeliharaan bertujuan untuk mencegah rekurensi konstipasi pada anak, sebaiknya diberikan dalam jangka waktu minimal 2 bulan. Dosis obat dapat diturunkan bertahap jika keluhan konstipasi telah mereda setidaknya selama 1 bulan. Terdapat pilihan lini pertama dan lini kedua. [7,8]
Lini Pertama:
PEG 3350 atau PEG 4000 dengan dosis 0,4−0,8 gram/kgBB/hari, 1-2 kali sehari. Namun, sediaan PEG oral dosis anak di Indonesia tidak tersedia sehingga sulit untuk melakukan penyesuaian dosis terapi pemeliharaan dengan berat badan anak.
Lini Kedua:
Jika PEG tidak tersedia maka dapat diberikan laktulosa atau bisacodyl.
Laktulosa diberikan 1−2 gram/kgBB/hari pada pagi hari, minimal selama 2 bulan. Atau diberikan dengan dosis sebagai berikut:
- Usia <1 tahun: 5 mL (3.335 g/5 ml), 1 kali di malam hari
- Usia 1‒6 tahun: 5‒10 mL (3.335 g/5 ml), 1 kali di malam hari
- Usia 7‒14 tahun: 15 mL (10 g/15 ml), 1 kali di malam hari [5]
Bisacodyl diberikan dengan dosis:
- Usia 3−10 tahun: dosis 5 mg (1 tablet), 1 kali di malam hari
- Usia >10 tahun: dosis 5−10 mg (1‒2 tablet), 1 kali di malam hari [6]
Ditulis oleh: dr. Nindy Adhilah