Patofisiologi Konstipasi
Patofisiologi konstipasi melibatkan gangguan pada sistem gastrointestinal dan rektum, ataupun gangguan pada sistem lainnya. Konstipasi dapat terjadi akibat masalah pada konsistensi tinja dan masalah perilaku buang air besar.
Konsistensi tinja yang keras dapat menyebabkan konstipasi, tetapi tinja yang lunak juga bisa menimbulkan konstipasi apabila terdapat gangguan motilitas atau kelainan anatomi. Perilaku buang air besar yang mempengaruhi timbulnya konstipasi mencakup infrekuensi, kesulitan dalam evakuasi, dan mengejan saat buang air besar.[1-3]
Faktor Internal
Faktor internal, atau dalam usus dan rektum, yang dapat menyebabkan konstipasi meliputi:
● Obstruksi usus besar: neoplasma, volvulus, striktur
● Motilitas kolon lambat, terutama pada pasien dengan riwayat penyalahgunaan pencahar kronis
● Obstruksi anatomis pada saluran keluar: intususepsi dinding anterior rektum saat mengejan, prolaps rektum, dan rektokel
● Obstruksi fungsional pada saluran keluar: spasme sfingter eksternal saat mengejan, penyakit Hirschsprung segmen pendek, dan kerusakan saraf pudendal[3]
Faktor Eksternal
Faktor-faktor yang terlibat dalam konstipasi yang berasal dari luar usus besar termasuk kebiasaan makan yang buruk dan faktor psikologis. Faktor eksternal yang paling umum adalah asupan serat atau cairan yang tidak memadai atau penggunaan kafein atau alkohol yang berlebihan.
Konstipasi juga bisa disebabkan oleh penggunaan obat-obatan, seperti antasida, nifedipine, dan sertraline. Selain itu, gangguan endokrin dan neurologi juga bisa menyebabkan keluhan konstipasi, misalnya hipotiroid, spinal cord injury, dan multiple sclerosis.[1-4]
Penulisan pertama oleh: dr. Junita br Tarigan