Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Disentri general_alomedika 2024-05-07T10:30:33+07:00 2024-05-07T10:30:33+07:00
Disentri
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Penatalaksanaan Disentri

Oleh :
dr. Ghifara Huda SE AAAK
Share To Social Media:

Penatalaksanaan utama disentri adalah rehidrasi cairan untuk mencegah dehidrasi, menjaga keseimbangan elektrolit, dan pemberian antibiotik lini pertama. Apabila terjadi resistansi terhadap antibiotik lini pertama, dapat dipertimbangkan untuk memberikan antibiotik lini kedua.[1,4,6,10,11,19,23,24,27,28,30,32]

Rehidrasi

Pada kasus disentri, tubuh akan kehilangan cairan, elektrolit, dan zinc, yang disebabkan oleh terjadinya diare. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan asupan cairan yang adekuat, maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan kondisi klinis pasien. Resusitasi cairan pada kasus disentri bergantung pada derajat dehidrasi yang dialami oleh pasien.

Berikut ini adalah pemberian cairan pada anak menurut panduan WHO:

Tanpa Dehidrasi

Pada kondisi ini pasien mengalami diare tetapi tidak disertai tanda dehidrasi. Pemberian cairan adalah sebagai berikut:

  • usia <2 tahun: 50–100 ml setiap diare cair atau muntah
  • usia >2 tahun: 100–200 ml setiap diare cair atau muntah

Dehidrasi Ringan Sedang

Pada derajat ini pasien tampak gelisah, mata cekung, minum kuat, dan turgor melambat. Resusitasi cairan pada derajat ini sebesar 75 ml/kg dalam 4 jam pertama. Setelah 4 jam kemudian evaluasi kembali status dehidrasi pasien untuk menentukan jenis terapi selanjutnya.

Dehidrasi Berat

Pada derajat ini pasien tampak lemas, mata cekung, respon minum kurang, turgor lambat. Pemberian cairan pada dehidrasi berat adalah sebesar 100 ml/kg, yang dapat dibagi menjadi:

  • Usia <12 bulan: 30 ml/kg dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 ml/kg dalam 5 jam berikutnya
  • Usia 1–5 tahun : 30 ml/kg dalam 30 menit pertama, dilanjutkan 70 ml/kg dalam 2.5 jam berikutnya

Evaluasi pasien setiap 15–30 menit. Apabila sudah bisa minum, biasanya setelah 3-4 jam pada bayi dan 1–2 jam pada anak, pasien dapat diberikan cairan oral sebanyak 5 ml/kg/jam.[39]

Medikamentosa

Pemberian medikamentosa untuk disentri memerlukan penentuan antibiotik.

Disentri Basiler (Shigellosis)

Pemberian antibiotik berdasarkan usia dibagi menjadi dua kelompok, yakni untuk dewasa dan anak-anak. Pemberian antibiotik pada pasien dewasa bergantung pada faktor demografi dan resistansi. Antibiotik golongan fluorokuinolon direkomendasikan pada pasien yang tidak memiliki risiko resisten terhadap golongan sefalosporin generasi ketiga termasuk didalamnya pasien di Afrika, Asia, pasien yang melakukan perjalanan internasional, dan populasi laki-laki seks dengan laki-laki (LSL) yang menderita HIV.[4,6,10,11]

Tabel 1. Terapi Lini Pertama Disentri Basiler

Nama Obat Dosis Dewasa Dosis Anak Durasi Efek Samping

Ciprofloxacin

Per Oral

 

500 mg

 

15 mg/kg berat badan, diberikan 2x/hari dengan dosis maksimal 1 gram perhari 3 hari

Mual

Muntah

Nyeri perut

Diare

Gatal

Ceftriaxone

Intramuscular

1 hingga 2 gram

Sekali per hari

50–100 mg/kg berat badan, diberikan sehari sekali dengan dosis maksimal 1 gram perhari 3 hari

Sakit kepala

Mual

Muntah

Gatal

Sumber : dr. Ghifara Huda, SE. 2021[3,4,7,11,35,40]

Ciprofloxacin diberikan secara peroral apabila kondisi pasien memungkinkan. Pada kondisi berat yang tidak memungkinkan untuk diberikan ciprofloxacin peroral, maka pemberian ceftriaxone secara intramuscular menjadi terapi pilihan.[3,4,7,11,40]

Chang, Zharoui et al melakukan studi di Tiongkok dalam kurun waktu 2004 hingga 2014, dengan metode analisis data surveilans yang didapatkan dari sistem pelaporan infeksi nasional dan sistem surveilans rumah sakit. Secara keseluruhan, terdapat 3 juta kasus disentri dalam kurun waktu tersebut.

Selain itu, dilaporkan adanya resistansi antibiotik seperti nalidixic acid sebanyak 2,76 juta (89.13%), ampicillin sebanyak 2.67 juta (88,90%), tetrasiklin sebanyak 2.65 juta (88.43%), sulfamethoxazole sebanyak 2,48 juta (82,92%). Bahkan untuk antibiotik yang termasuk lini pertama, yakni ciprofloxacin, terjadi peningkatan resistansi, yang sebelumnya sebanyak 255 ribu (8,53%) di tahun 2004 menjadi 1,4 juta (44,65%) di tahun 2014.[41]

Apabila terdapat resistansi, kontraindikasi, dan tidak ada perbaikan kondisi selama lebih dari 48 jam  pada pengobatan lini pertama, selanjutnya pasien diberikan terapi lini kedua yang terdiri atas azithromycin dan cefixime.[3,4,7,11,40]

Tabel 2. Terapi Lini Kedua Disentri Basiler

Nama Obat Dosis Dewasa Dosis Anak Durasi Efek Samping

Azithromycin

Per Oral

 

500 mg diberikan pada hari pertama, selanjutnya pada hari ke 2 hingga hari ke 5  diberikan 250 mg 12 mg/kg berat badan diberikan pada hari pertama, selanjutnya pada hari ke 2 hingga ke 5 diberikan 6 mg/kg Berat badan 5 hari

Konstipasi

Mual

Muntah

Tinnitus

Cefixime

Per Oral

 

400 mg diberikan sehari sekali 8 mg/kg Berat Badan diberikan sehari sekali dengan pemberian maksimal 400 mg perhari. 5 hari

Nausea

Sakit kepala

Pusing

Gatal

Pivmecillinam

Per Oral

100 mg diberikan 4 kali sehari 20 mg/kg Berat Badan diberikan 4 hari sekali 5 hari

Diare

Sakit kepala

Sumber : dr. Ghifara Huda, SE. 2021.[3,4,7,11,40]

Disentri Amuba (Amebiasis)

Infeksi akibat amebiasis umumnya terjadi secara asimtomatik atau tanpa gejala di mana tujuan diberikan terapi ini adalah untuk menurunkan resiko transmisi dan mencegah perkembangan penyakit sehingga tidak lebih parah.[27,30,42,43]

Tabel 1. Tata Laksana Disentri Amuba Asimtomatik

Obat Dosis Dewasa Dosis Anak Durasi Efek Samping
Paromomycin 25 hingga 35 mg / kg berat badan / hari, dosis dibagi menjadi 3 yang diminum bersamaan saat makan 25 hingga 35 mg / kg berat badan, dosis dibagi menjadi 3 dan diminum bersamaan dengan makanan 5 hingga 10 hari Mual, muntah, diare
Iodoquinol 630 hingga 650 mg diminum 3 kali 10 hingga 13,3 mg per kilogram berat badan 20 hari Nyeri kepala, mual dan muntah
Diloxanide Furoate 500 mg diberikan 3 kali sehari Pada anak dengan berat badan lebih  dari 25 kg dosis yang diberikan 20 mg/ kg Berat badan / hari yang dibagi menjadi 3 dosis 10 hari Mual, muntah, pruritus, urtikaria dan anoreksia

Sumber : dr. Ghifara Huda, SE.[27,30,42,43]

Pada kasus yang berat, amebiasis dapat menjadi invasif dan menyerang ke organ lain semisal kolon dan hepar, oleh karena itu diperlukan pengobatan yang intensif. Metronidazole merupakan terapi utama pada pengobatan amebiasis invasif, baik yang menyerang kolon maupun hepar.[27,42-44]

Tabel 2. Tata Laksana Amebiasis Invasif (Colitis Amebiasis dan Hepatic Amebiasis)

Obat Dosis Dewasa Dosis Anak Durasi Efek Samping
Metronidazole 500 hingga 750 mg, diminum 3 kali sehari 35 hingga 50 mg / kg Berat badan/ hari dibagi menjadi 3 dosis 5 hingga 10 hari Mual muntah, nyeri perut, gatal
Tinidazole

2 gram diberikan sekali sehari

 

50 mg /kg Berat badan / hari pada anak usia lebih dari 3 tahun 3 hingga 5 hari Mual muntah, gatal
Ornidazole 0,5 gram diberikan sekali sehari 25 mg / kg berat badan perhari 5 hingga 10 hari Sakit kepala, nausea, mual muntah, vertigo, gangguan pada kulit semisal gatal

Sumber : dr. Ghifara Huda, SE.[27,42-44]

Terapi Suportif

Pada disentri terjadi diare yang menyebabkan kehilangan cairan dan nutrisi. Oleh karena itu, diperlukan pemberian nutrisi dan rehidrasi. Untuk pemberian nutrisi dapat diberikan suplemen makanan seperti zinc.

Zinc merupakan nutrisi yang memiliki peran dalam tatalaksana diare karena membantu proses transpor ion, menstimulasi tumbuh kembang enterosit, menurunkan permeabilitas usus dan regulasi stres oksidatif, serta peradangan yang terjadi di saluran pencernaan.

Dosis pemberiannya pada anak usia 6 bulan hingga 5 tahun adalah 20 mg yang diberikan sekali sehari selama 10 hingga 14 hari. Sementara itu, untuk anak usia kurang dari 6 bulan diberikan dosis zinc sebesar 10 mg.[5,11,12,28,45,46]

Tindakan Pembedahan

Tindakan pembedahan diperlukan pada keadaan nyeri abdomen akut yang diikuti oleh adanya tanda seperti kolitis amebiasis dengan perforasi, perdarahan berat pada saluran pencernaan, toxic megacolon, kecurigaan adanya abses hepar, terapi metronidazole tidak berhasil setelah 4 hari pemberian, emphysema setelah adanya ruptur pada amebiasis hepar, abses hepar yang masif dan berisiko terjadinya ruptur di perikardium, dan pasien dengan kondisi sakit berat akibat infeksi bakteri luas pada abses hepar.[27,28,42-44]

Terapi Adjuvant

Paracetamol per oral dapat diberikan pada disentri yang mengalami nyeri ataupun demam. Sedangkan pemberian obat anti motilitas seperti loperamide, paregoric, atau diphenoxylate tidak direkomendasikan karena akan memperburuk infeksi yang terjadi.[3,5,11,12,23,24,28,27,30]

 

Direvisi oleh: dr. Andrea Kaniasari

Referensi

1. Williams PCM, Berkley JA. Guidelines for the treatment of dysentery (shigellosis): a systematic review of the evidence. Paediatrics and International Child Health. 2018;38(sup1):S50–S65. https://doi.org/10.1080/20469047.2017.1409454
3. Aslam A, Okafor CN. Shigella. StatPearls. 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482337/
4. Kroser JA. Shigellosis. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/182767-overview
5. Guidelines for the control of shigellosis, including epidemics due to Shigella dysenteriae type 1. 2005. https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/43252/9241592330.pdf;jsessionid=0392C19D37F68D815A671472C0CB86E7?sequence=1
6. Williams P, Berkley JA. Dysentry (Shigellosis) Current WHO Guidelines and The WHO Essential Medicine List for Children. 2016. https://www.who.int/selection_medicines/committees/expert/21/applications/s6_paed_antibiotics_appendix5_dysentery.pdf
7. Al-Dahmoshi HO, et al. A review on shigellosis: Pathogenesis and antibiotic resistance. Drug Invention Today. 2020;14(5):793-798.
10. Kotloff KL, et al. Shigellosis. The Lancet. 2018;391(10122):801-812. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(17)33296-8
11. Pocket Book of Hospital Care in Children:Guidelines for the Management of Common Childhood Illnesses. Dysentery. World Health Organization. 2013;II:143-146. http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/81170/9789241548373_eng.pdf;jsessionid=CE5C46916607EF413AA9FCA89B84163F?sequence=1
12. Kantor, Micaella & Abrantes, Anarella & Estevez, Andrea & Schiller, Alan & Torrent, et al. 2018. Entamoeba Histolytica: Updates in Clinical Manifestation, Pathogenesis, and Vaccine Development. Canadian Journal of Gastroenterology and Hepatology. 2018. 1-6. 10.1155/2018/4601420.
19. Centers for Disease Control and Prevention. Shigella-Shigellosis. 2017. https://www.cdc.gov/shigella/infection-sources.html
23. Swaminathan A, Torresi J, Schlagenhauf et al. Geosentinel Network. A global study of pathogens and host risk factors associated with infectious gastrointestinal disease in returned international travellers. J infect 2009,59;19-27. 2
24. Gunther J, Shafir S, Bristow B, Sorvillo F. Short report: amebiasis-related mortality among United States residents, 1990-2007. Am J Trop Med Hyg. 2011; 85(6): 1038-40.
27. Dhawan VK. Amebiasis Treatment & Management.
28. Ximénez C, Morán P, Rojas L, et al. Novelties on amoebiasis: a neglected tropical disease. J Glob Infect Dis. 2011 Apr;3(2):166-74.
30. Shirley, Debbie-Ann & Farr, Laura & Watanabe, Koji & Moonah, Shannon. 2018. A Review of the Global Burden, New Diagnostics, and Current Therapeutics for Amebiasis. Open Forum Infectious Diseases. 5. 10.1093/ofid/ofy161.
32. Parija, Subhash & Garg, Atul & Pushpa, et al. 2010. Polymerase chain reaction of diagnosis of intestinal amebiasis in Puducherry. Indian journal of gastroenterology : official journal of the Indian Society of Gastroenterology. 29. 140-2. 10.1007/s12664-010-0033-0.
39. Hegar B. Disentri. 2013. Ikatan Dokter Anak Indonesia. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/disentri
40. Zalbawi S, Santoso SS. Perilaku pencegahan penyakit sigella (disentri) pada masyarakat di Jakarta utara, DKI Jakarta. Media Litbang Kesehatan. 2004;XIV(4):35-41. http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/MPK/article/view/1113
41. Chang, Zhaorui & Zhang, Jing & Ran, et al. 2016. The changing epidemiology of bacillary dysentery and characteristics of antimicrobial resistance of Shigella isolated in Cina from 2004–2014. BMC Infectious Diseases. 16. 10.1186/s12879-016-1977-1.
42. Iodoquinol. Drugs.com. 2021. https://www.drugs.com/cons/iodoquinol.html#dosage
43. Diloxanide. MIMS. 2020. https://www.mims.com/philippines/drug/info/diloxanide?mtype=generic
44. Ornidazole. MIMS. 2020. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ornidazole?mtype=generic
45. Barclay L. Zinc supplements reduce diarrhea in children. 2014 May. https://www.medscape.com/viewarticle/825203#
46. Zulfiqar H, Mathew G, Horrall S. Amebiasis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519535/

Diagnosis Disentri
Prognosis Disentri

Artikel Terkait

  • Mekanisme Resistensi Terhadap Antibiotik Empiris pada Infeksi Shigella Spp
    Mekanisme Resistensi Terhadap Antibiotik Empiris pada Infeksi Shigella Spp
  • Morbiditas dan Mortalitas Infeksi Shigella pada Anak-Anak dengan Disentri Basiler di Negara Berkembang
    Morbiditas dan Mortalitas Infeksi Shigella pada Anak-Anak dengan Disentri Basiler di Negara Berkembang
  • Intervensi untuk Meningkatkan Sanitasi Sebagai Pencegahan Diare
    Intervensi untuk Meningkatkan Sanitasi Sebagai Pencegahan Diare
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 06 Maret 2025, 17:33
Pemberian asam traneksamat untuk pasien diare dengan perdarahan saluran cerna bawah
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo DOkterApakah boleh diberikan asam tranexamat inj pada pasien diare berdarah?Terimakasih
dr.Ayu rahmi pratiwi
Dibalas 25 Juli 2024, 00:59
BAB cair dengan lendir yang bercampur darah merah segar pada anak usia 3 tahun
Oleh: dr.Ayu rahmi pratiwi
1 Balasan
Alo dok.. izin bertanya.... ada anak usia 3 tahun datang dengan keluhan bab cair sudah lebih dari 5 kali, konsistensi cair, dengan lendir yang bercampur...
Anonymous
Dibalas 07 Maret 2024, 11:48
Cara membedakan gejala disentri amoeba dan basiler
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dok, bagaimana cara membedakan gejala disentri amoeba dan basiler tanpa pemeriksaan penunjang? Karena terapi nya kan berbeda.Biasanya kalau anak kecil...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.