Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Panduan E-Prescription Disentri general_alomedika 2024-05-07T10:28:27+07:00 2024-05-07T10:28:27+07:00
Disentri
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Panduan E-Prescription Disentri

Oleh :
dr. Ghifara Huda SE AAAK
Share To Social Media:

Panduan e-prescription pada disentri ini dapat digunakan oleh dokter sebagai panduan medis pada saat akan memberikan terapi medikamentosa secara online.

Disentri adalah penyakit yang menyerang saluran pencernaan dan dapat menimbulkan diare berdarah. Disentri memiliki dua tipe utama yaitu disentri basiler yang disebabkan oleh bakteri Shigella serta disentri amuba yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica. Shigella merupakan bakteri gram negatif yang dapat menginvasi sel epitel usus besar dan rektum.[1,2]

Tanda dan Gejala

Pada anamnesis, pasien yang menderita disentri umumnya mengeluhkan:

  • Diare disertai lendir dan darah. Diare berdarah yang terjadi pada pasien apabila tidak segera ditangani dengan tepat akan berujung komplikasi yang serius mulai dari dehidrasi, abses hepar, perforasi kolon, obstruksi usus, prolaps rektum, bakteremia, hingga hipovolemia berat yang berujung pada kematian
  • Nyeri perut / kram perut
  • Demam (biasanya demam akan terjadi setelah 12 jam terpapar bakteri Shigella)
  • Mual, muntah, tenesmus
  • Lemas[1,2,6,7]

Umumnya kasus amebiasis tidak memiliki gejala atau asimptomatik, namun gejala juga dapat muncul mulai dari yang ringan seperti nyeri perut ringan, diare cair hingga gejala berat seperti colitis dengan diare berdarah disertai mukus. Adapun gejala diare berat yang disertai darah jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan dehidrasi berat yang berujung kematian.[23,24,27,28,44,46,47]

Selain itu amebiasis yang invasif dapat terjadi amebiasis pleuropulmonal. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan disertai nyeri dada. Selain itu komplikasi yang dapat terjadi adalah terjadinya abses otak yang meskipun kejadian abses otak tergolong jarang.[23,24,28,44,46,47]

Peringatan

Berikut ini adalah beberapa peringatan yang perlu diperhatikan terkait pengobatan disentri, diantaranya:

  • Pada kasus disentri, tubuh akan kehilangan cairan, elektrolit, dan zinc, yang disebabkan oleh terjadinya diare. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan asupan cairan yang adekuat, maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan kondisi klinis pasien. Resusitasi cairan pada kasus disentri bergantung pada derajat dehidrasi yang dialami oleh pasien
  • Pemberian obat antimotilitas seperti loperamide, paregoric, atau diphenoxylate tidak direkomendasikan karena akan membuat toksin dari disentri baik karena disentri basiler maupun disentri amuba tidak bisa keluar dari saluran cerna yang menyebabkan infeksi semakin meluas dan bahkan memperburuk kondisi
  • Pemberian obat golongan narkotik yang biasanya digunakan untuk mengatasi nyeri pada pasien diare semisal kombinasi atropine dan diphenoxylate sebaiknya dihindari
  • Pemberian antibiotik ampicillin sudah digunakan secara luas di masa lalu, akan tetapi saat ini ampicillin sudah bukan merupakan pengobatan yang efektif untuk disentri karena terjadinya resistansi antibiotik. Oleh karena itu diperlukan tes resistansi antibiotik sebelum pengobatan disentri basiler
  • Penggunaan fluorokuinolon pada pasien diabetes memerlukan pemeriksaan gula darah secara berkala, hal ini dikarenakan obat-obatan fluorokuinolon berkorelasi terhadap terjadinya hipoglikemia. Pemantauan kadar gula darah secara berkala diperlukan untuk mengetahui seberapa besar efek hipoglikemia pada pasien. Selain itu, penggunaan fluorokuinolon sebaiknya ditunjang oleh asupan air minum yang cukup karena berpotensi meningkatkan alkali rutin yang berakibat pada terjadinya kristal urin
  • Metronidazole yang merupakan terapi utama pada disentri amuba dapat bereaksi dengan alkohol dan propylene glycol (zat pewarna makanan). Oleh karena itu hendaknya pasien di edukasi untuk menghindari minum alkohol dan menghindari makanan yang mengandung propylene glycol[3,4,5,11,23,24,27,28,29,30,35,54,55]

Perhatian khusus atau rujukan perlu dilakukan apabila:

  • Pasien memiliki kondisi imunokompromais, misalnya HIV

  • Gejala diare berdarah maupun berlendir terjadi terus menerus hingga menyebabkan dehidrasi semisal lemah, lemas, turgor kulit menurun, penurunan urine output hingga penurunan kesadaran, dan pasien memiliki penyakit penyerta yang memerlukan multifarmaka[29,35]

Rehidrasi

Pada kasus disentri, tubuh akan kehilangan cairan, elektrolit, dan zinc, yang disebabkan oleh terjadinya diare. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan asupan cairan yang adekuat, maka tubuh akan mengalami dehidrasi. Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan kondisi klinis pasien. Pemberian cairan pada kasus disentri bergantung pada derajat dehidrasi yang dialami oleh pasien.

Pada pasien anak yang mengalami diare tanpa disertai tanda dehidrasi, World Health Organization merekomendasikan pemberian cairan secara oral sebanyak 50–100 ml setiap diare cair dan muntah (usia <2 tahun), atau 100–200 ml setiap diare cair atau muntah (usia >2 tahun)

Medikamentosa

Penatalaksanaan disentri memerlukan antibiotik sistemik yang memiliki spektrum luas dan diberikan secara komprehensif.

Terapi Antibiotik Disentri Basiler Pada Anak

Tabel 1. Terapi Lini Pertama Disentri Basiler Pada Anak

Nama Obat Dosis Durasi

Ciprofloxacin

per Oral

15 mg/kg berat badan, diberikan 2x/hari dengan dosis maksimal 1 gram perhari 3 hari

Ceftriaxone

Intramuscular

50-100 mg/kg berat badan, diberikan sehari sekali dengan dosis maksimal 1 gram perhari 3 hari

Sumber : dr.Ghifara Huda,SE.[3,4,6,11,40]

Apabila terdapat resistansi, kontraindikasi, dan tidak ada perbaikan kondisi selama lebih dari 48 jam  pada pengobatan lini pertama, selanjutnya pasien diberikan terapi lini kedua yang terdiri atas azithromycin dan cefixime.[3,4,6,11,40]

Tabel 2. Terapi Lini Kedua Disentri Basiler Pada Anak

Nama obat Dosis Anak Durasi

Azithromycin

Per Oral

12 mg/kg Berat badan diberikan pada hari pertama, selanjutnya pada hari ke 2 hingga ke 5 diberikan 6 mg/kg Berat badan 5 hari

Cefixime

per Oral

8 mg/kg Berat Badan diberikan sehari sekali dengan pemberian maksimal 400 mg perhari. 5 hari

Pivmecillinam

Per Oral

20 mg/kg Berat Badan diberikan 4 hari sekali 5 hari

Sumber : dr. Ghifara Huda,SE.[3,4,6,11,40]

Jika dalam kurun waktu 48 jam tidak terdapat perbaikan setelah diberikan terapi lini kedua, maka selanjutnya dilakukan tatalaksana amebiasis.[3,4,10,11]

Terapi Antibiotik Disentri Basiler Pada Dewasa

Tabel 3. Terapi Lini Pertama Disentri Basiler Pada Dewasa

Nama obat Dosis Dewasa Durasi
Ciprofloxacin (per oral) 500 mg 3 hari
Ceftriaxone (intramuscular) 1 hingga 2 gram, 1 kali perhari 3 hari

Sumber : dr. Ghifara Huda,SE.[3,4,6,11,40]

Apabila terdapat resistansi, kontraindikasi, dan tidak ada perbaikan kondisi selama lebih dari 48 jam  pada pengobatan lini pertama, selanjutnya pasien diberikan terapi lini kedua yang terdiri atas azithromycin dan cefixime.[3,4,6,11,40]

Tabel 4. Terapi Lini Kedua Disentri Basiler Pada Dewasa

Nama obat Dosis Dewasa Durasi

Azithromycin

Per Oral

500 mg diberikan pada hari pertama, selanjutnya pada hari ke 2 hingga hari ke 5  diberikan 250 mg 5 hari

Cefixime

per Oral

400 mg diberikan sehari sekali 5 hari

Pivmecillinam

Per Oral

100 mg diberikan 4 kali sehari 5 hari

Sumber : dr. Ghifara Huda,SE.[3,4,6,11,40]

Jika dalam kurun waktu 48 jam tidak terdapat perbaikan setelah diberikan terapi lini kedua, maka selanjutnya dilakukan tatalaksana amebiasis.[3,4,10,11]

Terapi Antibiotik Disentri Amuba pada Anak dan Dewasa

Disentri amuba umumnya terjadi secara asimtomatik atau tanpa gejala dimana tujuan diberikan terapi ini adalah untuk menurunkan resiko transmisi dan mencegah perkembangan penyakit sehingga tidak lebih parah.[27,30,42,43]

Tabel 5. Terapi Infeksi Asimtomatik

Obat Dosis Dewasa Dosis Anak Durasi Efek samping
Paromomycin 25 hingga 35 mg / kg berat badan / hari, dosis dibagi menjadi 3 yang diminum bersamaan saat makan 25 hingga 35 mg / kg berat badan, dosis dibagi menjadi 3 dan diminum bersamaan dengan makanan 5 hingga 10 hari Mual, muntah, diare
Iodoquinol 630 hingga 650 mg diminum 3 kali 10 hingga 13,3 mg per kilogram berat badan

20 hari

 

Nyeri kepala , mual dan muntah
Diloxanide Furoate 500 mg diberikan 3 kali sehari Pada anak dengan berat badan lebih  dari 25 kg dosis yang diberikan 20 mg/ kg Berat badan / hari yang dibagi menjadi 3 dosis 10 hari mual, muntah, pruritus, urtikaria dan anoreksia

Sumber: dr. Ghifara Huda, SE.[27,30,42,43]

Pada kasus yang berat amebiasis dapat menjadi invasif dan menyerang ke organ lain semisal kolon dan hepar, oleh karena itu diperlukan pengobatan yang intensif. Metronidazole merupakan terapi utama pada pengobatan amebiasis invasif baik amebiasis yang menyerang kolon maupun hepar.[27,42-44]

Tabel 2. Terapi Disentri Amuba Invasif (Colitis Amebiasis  dan Hepatic Amebiasis)

Obat Dosis dewasa Dosis Anak Durasi Efek samping
Metronidazole 500 hingga 750 mg, diminum 3 kali sehari 35 hingga 50 mg / kg Berat badan/ hari dibagi menjadi 3 dosis 5 hingga 10 hari Mual muntah, nyeri perut, gatal
Tinidazole 2 gram diberikan sekali sehari 50 mg /kg Berat badan / hari pada anak usia lebih dari 3 tahun 3 hingga 5 hari Mual muntah, gatal
Ornidazole 0,5 gram diberikan sekali sehari 25 mg / kg berat badan perhari 5 hingga 10 hari Sakit kepala, nausea, mual muntah, vertigo, gangguan pada kulit semisal gatal

Sumber : dr. Ghifara Huda, SE.[27,42-44]

Terapi Adjuvant

  • Zinc

Dosis zinc pada usia kurang dari 6 bulan sebesar 10 mg yang diberikan sekali sehari dan pemberiannya selama 10 sampai 14 hari. Dosis zinc pada usia 6 bulan hingga 5 tahun sebesar  20 mg yang diberikan sekali sehari selama 10 hingga 14 hari.[5,11,45]

  • Paracetamol

Paracetamol per oral dapat diberikan pada pasien disentri bakteri maupun disentri amuba yang mengalami demam atau nyeri. Dosis pemberian paracetamol pada anak adalah 10–15 mg/kgBB per pemberian, diberikan setiap 4–6 jam sehari. Sedangkan pemberian obat anti motilitas seperti loperamide, paregoric, atau diphenoxylate tidak direkomendasikan karena akan memperburuk infeksi yang terjadi.[5,11,53]

Terapi Pembedahan

Pembedahan diperlukan pada keadaan nyeri abdomen akut yang diikuti oleh adanya tanda seperti:

  • Amebiasis kolitis dengan perforasi
  • Perdarahan berat pada saluran pencernaan
  • Toksik megakolon
  • Kecurigaan adanya abses hepar
  • Terapi metronidazole tidak berhasil setelah 4 hari pemberian
  • Empyema setelah adanya ruptur pada amebiasis hepar
  • Abses hepar yang masif dan beresiko terjadinya ruptur di perikardium
  • Pasien dengan kondisi sakit berat akibat infeksi bakteri luas pada abses hepar[27,28,42-44]

Pemberian Pada Ibu Hamil

World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ciprofloxacin sebagai terapi lini pertama disentri basiler pada ibu hamil dan menyusui, meskipun obat ini tergolong dalam kategori C. Ceftriaxone ataupun azithromycin digunakan sebagai terapi lini kedua. Hal ini dikarenakan saat ini terjadi resistansi pada antibiotik yang tergolong aman seperti amoxicillin.[5,56,57]

Metronidazole dapat diberikan pada ibu hamil maupun menyusui yang terinfeksi Entamoeba histolytica karena obat ini tergolong dalam kategori B menurut Food and Drug Association (FDA). Kategori B berarti bahwa pada studi preklinis dengan objek penelitian hewan tidak didapatkan bukti jelas bahwa obat ini membahayakan janin.[46,54]

Pemberian antibiotik tinidazole dan ornidazole sebaiknya tidak diberikan pada ibu hamil maupun menyusui karena termasuk dalam kategori C menurut FDA. Studi preklinis menunjukkan pemberian obat ini dapat meningkatkan resiko kematian janin pada hewan percobaan.[44,58]

 

Direvisi oleh: dr. Andrea Kaniasari

Referensi

1. Williams PCM, Berkley JA. Guidelines for the treatment of dysentery (shigellosis): a systematic review of the evidence. Paediatrics and International Child Health. 2018;38(sup1):S50–S65. https://doi.org/10.1080/20469047.2017.1409454
2. Prabhurajeshwar C, Kelmani C. Shigellosis: A Conformity Review of the Microbiology, Pathogenesis and Epidemiology with Consequence for Prevention and Management issues. Journal of Pure and Applied Microbiology. 2018;12(1):405-417. http://dx.doi.org/10.22207/JPAM.12.1.48
3. Aslam A, Okafor CN. Shigella. StatPearls. 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482337/
4. Kroser JA. Shigellosis. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/182767-overview
5. Guidelines for the control of shigellosis, including epidemics due to Shigella dysenteriae type 1. 2005. https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/43252/9241592330.pdf;jsessionid=0392C19D37F68D815A671472C0CB86E7?sequence=1
6. Williams P, Berkley JA. Dysentry (Shigellosis) Current WHO Guidelines and The WHO Essential Medicine List for Children. 2016. https://www.who.int/selection_medicines/committees/expert/21/applications/s6_paed_antibiotics_appendix5_dysentery.pdf
7. Al-Dahmoshi HO, et al. A review on shigellosis: Pathogenesis and antibiotic resistance. Drug Invention Today. 2020;14(5):793-798.
11. Pocket Book of Hospital Care in Children:Guidelines for the Management of Common Childhood Illnesses. Dysentery. World Health Organization. 2013;II:143-146. http://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/81170/9789241548373_eng.pdf;jsessionid=CE5C46916607EF413AA9FCA89B84163F?sequence=1
23. Swaminathan A, Torresi J, Schlagenhauf et al. Geosentinel Network. A global study of pathogens and host risk factors associated with infectious gastrointestinal disease in returned international travellers. J infect 2009,59;19-27. 2
24. Gunther J, Shafir S, Bristow B, Sorvillo F. Short report: amebiasis-related mortality among United States residents, 1990-2007. Am J Trop Med Hyg. 2011; 85(6): 1038-40.
27. Dhawan VK. Amebiasis Treatment & Management.
28. Ximénez C, Morán P, Rojas L, et al. Novelties on amoebiasis: a neglected tropical disease. J Glob Infect Dis. 2011 Apr;3(2):166-74.
29. Shigellosis and Treatment & Management. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/182767-treatment#d7
30. Shirley, Debbie-Ann & Farr, Laura & Watanabe, Koji & Moonah, Shannon. 2018. A Review of the Global Burden, New Diagnostics, and Current Therapeutics for Amebiasis. Open Forum Infectious Diseases. 5. 10.1093/ofid/ofy161.
35. Ciprofloxacin (Rx). Medscape. 2020. https://reference.medscape.com/drug/cipro-xr-ciprofloxacin-342530#5
40. Zalbawi S, Santoso SS. Perilaku pencegahan penyakit sigella (disentri) pada masyarakat di Jakarta utara, DKI Jakarta. Media Litbang Kesehatan. 2004;XIV(4):35-41. http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/MPK/article/view/1113
42. Iodoquinol. Drugs.com. 2021. https://www.drugs.com/cons/iodoquinol.html#dosage
43. Diloxanide. MIMS. 2020. https://www.mims.com/philippines/drug/info/diloxanide?mtype=generic
44. Ornidazole. MIMS. 2020. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ornidazole?mtype=generic
45. Barclay L. Zinc supplements reduce diarrhea in children. 2014 May. https://www.medscape.com/viewarticle/825203#
46. Zulfiqar H, Mathew G, Horrall S. Amebiasis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519535/
47. Bauddh, N. K., Jadon, R. S., Ranjan, P., & Vikram, N. K. (2020). Metastatic amebic brain abscess: A rare presentation. Tropical parasitology, 10(1), 47–49. https://doi.org/10.4103/tp.TP_29_19
53. Ciprofloxacin (Rx). Medscape. 2020. https://reference.medscape.com/drug/cipro-xr-ciprofloxacin-342530#5
54. Koss, C. A., Baras, D. C., Lane, S. D., Aubry, R., Marcus, M., et al. 2012. Investigation of metronidazole use during pregnancy and adverse birth outcomes. Antimicrobial agents and chemotherapy, 56(9), 4800–4805. https://doi.org/10.1128/AAC.06477-11
55. Metronidazole: 7 things you should know. Drugs.com. 2020. https://www.drugs.com/tips/metronidazole-patient-tips
56. World Health Organization. Guidelines for the control of shigellosis, including epidemics due to Shigella dysenteriae. Geneva, Switzerland: World Health Organization. 2005.
57. Parisot, M., Jolivet, A., Boukhari, R., & Carles, G. 2016. Shigellosis and Pregnancy in French Guiana: Obstetric and Neonatal Complications. The American journal of tropical medicine and hygiene, 95(1), 26–30. https://doi.org/10.4269/ajtmh.15-0669
58. Tinidazole Pregnancy and Breastfeeding Warning. Drug.com. 2020. https://www.drugs.com/pregnancy/tinidazole.html

Edukasi dan Promosi Kesehatan Di...

Artikel Terkait

  • Dispepsia – Panduan E-Prescription Alomedika
    Dispepsia – Panduan E-Prescription Alomedika
  • Batuk Kering pada Dewasa – Panduan e-Prescription Alomedika
    Batuk Kering pada Dewasa – Panduan e-Prescription Alomedika
  • Batuk Berdahak pada Anak – Panduan e-Prescription Alomedika
    Batuk Berdahak pada Anak – Panduan e-Prescription Alomedika
  • Pilek pada Anak – Panduan e-Prescription Alomedika
    Pilek pada Anak – Panduan e-Prescription Alomedika
  • Demam pada Anak (1–5 Tahun) – Panduan E-Prescription Alomedika
    Demam pada Anak (1–5 Tahun) – Panduan E-Prescription Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Nabel
Dibalas 11 April 2025, 15:05
Pseudoefedrin sudah bisa diresepkan dari My Patient Alomedika?
Oleh: dr.Nabel
1 Balasan
Alo Dokter, kupikir resep pseudoefedrin tidak bisa diberikan secara online. Tetapi, kemarin saat saya coba kirim resep dari My Patient Alomedika, saya bisa...
dr.Meidina
Dibalas 08 April 2025, 15:50
Pengalaman tulis resep di fitur My Patient Alomedika
Oleh: dr.Meidina
2 Balasan
Gak nyangka bakal semudah ini buat bantu saudara saat lebaran di Bandung kemarin. Hari ke-2 lebaran kemarin, ada saudara yang mengeluh batuk pilek dan...
Anonymous
Dibalas 27 Maret 2025, 07:20
Untuk meresepkan obat di fitur My Patient, apakah harus punya SIP?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin bertanya Alo dokter,Saya mau mengirim resep obat asma rutin adek saya yang ada di Bandung. Apakah bisa melalui Alomedika - My Patient? Apa saja...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.