Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Schizophrenia general_alomedika 2022-05-24T16:45:31+07:00 2022-05-24T16:45:31+07:00
Schizophrenia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Schizophrenia

Oleh :
dr. Jennifer
Share To Social Media:

Etiologi pasti schizophrenia atau skizofrenia belum diketahui secara pasti. Namun, etiologi diduga berhubungan dengan faktor genetik, perkembangan, dan faktor lingkungan.[3]

Genetik

Walaupun studi telah membuktikan adanya hubungan genetik dengan kejadian schizophrenia namun  penyebabnya masih belum jelas hingga saat ini. Sebuah studi schizophrenia juga mengatakan bahwa faktor-faktor non-genetik lainnya juga berperan terhadap kejadian schizophrenia.[3]

Pada kembar monozigot, jika salah satu terkonfirmasi schizophrenia, maka kemungkinan kembarannya terkena schizophrenia adalah sebesar 48%. Pada kembar dizigot, risikonya adalah 12–14%. Anak dari kedua orang tua yang menderita schizophrenia memiliki peluang 40% untuk terkena schizophrenia.[3]

Frekuensi gangguan kepribadian yang berhubungan dengan schizophrenia dan gejala psikosis ditemukan lebih tinggi pada kelompok dengan riwayat keluarga yang menderita schizophrenia dibandingkan kelompok dengan keluarga tanpa schizophrenia.[3]

Perkembangan dan Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap etiologi schizophrenia adalah hipotesis perkembangan saraf sejak awal kehamilan. Hal-hal yang berpengaruh, antara lain stres ibu, defisiensi nutrisi, infeksi ibu, retardasi pertumbuhan intrauterin dan komplikasi saat kehamilan dan kelahiran. Selain itu, stresor sosial, misalnya diskriminasi atau kesulitan ekonomi, dapat membuat seseorang cenderung berpikir delusional atau paranoid.[3]

Prevalensi schizophrenia juga ditemukan lebih tinggi pada individu yang lahir selama akhir musim dingin atau awal musim semi, pada individu yang dilahirkan dan dibesarkan di daerah perkotaan, dan individu yang memiliki ayah dengan usia relatif tua.[3]

Selain itu, prevalensi schizophrenia juga dapat meningkat karena penyalahgunaan ganja pada masa remaja, khususnya penyalahgunaan senyawa dengan kandungan tetrahydrocannabinol (THC) yang tinggi. Beberapa hal lain, seperti cedera atau trauma pada kepala, penyakit autoimun, epilepsi, serta infeksi parah juga berhubungan dengan peningkatan risiko schizophrenia.[3]

Faktor Biokimia

Beberapa jalur biokimia memiliki kontribusi pada schizophrenia. Sejumlah neurotransmiter telah dikaitkan dengan gangguan ini, dan sebagian besar didasarkan pada respons pasien terhadap agen psikoaktif. Dopamin, serotonin, norepinefrin, gamma-aminobutyric acid (GABA) dan glutamat adalah neurotransmiter umum yang terlibat dalam patogenesis schizophrenia.[8]

Peran dopamin dalam schizophrenia didasarkan pada hipotesis yang berasal dari dua studi. Pertama, kelompok obat yang menghambat fungsi dopamin yang biasa dikenal sebagai fenotiazin dapat mengurangi gejala psikotik.[8]

Kedua, amfetamin meningkatkan pelepasan dopamin dan menyebabkan psikosis paranoid, serta memperburuk gejala schizophrenia. Selain itu, disulfiram yang menghambat dopamin hidroksilase juga memperburuk gejala schizophrenia.[8]

Peran glutamat dalam schizophrenia juga didasarkan pada hipotesis bahwa berkurangnya fungsi N-methyl-D-aspartate (NMDA) glutamat dapat memicu terjadinya schizophrenia. Hal ini juga dibuktikan pada otak post mortem yang sebelumnya didiagnosis dengan schizophrenia memiliki kadar glutamat yang rendah. Konsumsi phencyclidine (PCP), serta ketamine, sebuah antagonis glutamat, juga menyebabkan sindrom akut dan gangguan kognitif yang mirip dengan schizophrenia.[8]

Kadar serotonin berlebihan dalam tubuh berkontribusi terhadap gejala negatif dan positif pada schizophrenia. Aktivitas antagonis serotonin, seperti pada clozapine, dan antipsikotik generasi kedua lainnya, seperti risperidone, dapat membantu mengurangi gejala positif pada pasien.[8]

Faktor Risiko

Faktor risiko schizophrenia terbagi menjadi faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, seperti usia ayah dan jenis kelamin, serta faktor risiko yang dapat dimodifikasi, misalnya penyalahgunaan obat-obatan. Kombinasi berbagai faktor risiko tersebut dapat memengaruhi terjadinya schizophrenia.[9]

Prenatal dan Perinatal

Individu yang mengalami komplikasi dalam kehamilan dan kelahiran memiliki risiko schizophrenia yang tinggi. Kemungkinan besar, hal ini disebabkan karena otak janin yang terpapar oleh infeksi saat kehamilan, atau malnutrisi ibu, termasuk defisiensi asam folat atau vitamin D. Hak-hal tersebut diduga menyebabkan gangguan perkembangan otak dan saraf pada awal kelahiran.[9]

Usia Ayah

Menurut penelitian, pria yang menjadi seorang ayah dalam usia yang sudah lanjut memiliki peluang lebih besar untuk mempunyai anak dengan gangguan schizophrenia. Walaupun belum ada bukti apakah ini disebabkan oleh faktor psikologis atau biologis.[9]

Jenis Kelamin

Schizophrenia lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita, dengan rasio 1,4:1. Gejala schizophrenia ditemukan lebih parah jika terjadi pada pria. Onset terjadinya schizophrenia didapatkan lebih dini pada pria dibandingkan wanita.[9]

Faktor Lingkungan dan Sosial

Penelitian Aetiology and Ethnicity in Schizophrenia and Other Psychoses (AESOP) di Inggris mendapatkan angka kejadian schizophrenia lebih besar pada orang-orang yang lahir atau tinggal di pusat kota dibandingkan dengan yang lahir dan tinggal di daerah perdesaan.[9]

Penyalahgunaan Obat-obatan

Penyalahgunaan obat-obatan seperti amfetamin, kokain, dan metamfetamin, terutama pada usia remaja, dengan dosis yang tinggi dapat meningkatkan angka kejadian schizophrenia, terutama tipe paranoid. Walau demikian, hubungan penyalahgunaan obat-obatan dengan schizophrenia hanya bersifat asosiasi, dan bukan kausal.[9]

 

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

3. Fatani BZ, Aldawod R, Alhawaj FA et al. Schizophrenia: Etiology, pathophysiology and management – a review. October 2017; 69(6); 2640-2646.
8. Ayano G. Schizophrenia: A concise overview of etiology, epidemiology diagnosis and management: Review of literatures. August 2016; 3(2); 1-7.
9. Kahn RS, Sommer IE, Murray RM et al. Schizophrenia. November 2015; 1: 1-23.

Patofisiologi Schizophrenia
Epidemiologi Schizophrenia

Artikel Terkait

  • Pencegahan Relaps pada Schizophrenia
    Pencegahan Relaps pada Schizophrenia
  • Antipsikotik Pertama dalam Bentuk Transdermal Patch untuk Schizophrenia Dewasa – Telaah Jurnal
    Antipsikotik Pertama dalam Bentuk Transdermal Patch untuk Schizophrenia Dewasa – Telaah Jurnal
  • Risiko Sindrom Metabolik pada Penggunaan Antipsikotik
    Risiko Sindrom Metabolik pada Penggunaan Antipsikotik
  • Cegah Kambuh Skizofrenia e-Course
    Cegah Kambuh Skizofrenia e-Course
  • Meningkatnya Risiko Penyakit Jantung pada Penderita Skizofrenia
    Meningkatnya Risiko Penyakit Jantung pada Penderita Skizofrenia

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Ni Putu Intan Sri Maharani
Dibuat 30 April 2025, 21:17
Buku psikiatri anak dan remaja beserta obat dan dosisnya
Oleh: dr.Ni Putu Intan Sri Maharani
0 Balasan
Alo dokter. Ada yang tau gak buku psikiatri anak dan remajaBerserta dosis2 obatnya?Terimakasih
Anonymous
Dibalas 16 September 2024, 09:43
Kapan obat skizofrenia dapat diturunkan dosisnya
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alodok, izin konsu dokter,l saya dapat pasien skizofrenia, sekitar 4 bulan yang lalu pasien tersebut dibawa berobat ke RSJ yang kemudian di beri obat...
dr.Ni Putu Intan Sri Maharani
Dibalas 29 Juli 2024, 22:27
Skizofrenia hebefrenik yang menyerang apakah bisa diberikan injeksi diazepam
Oleh: dr.Ni Putu Intan Sri Maharani
2 Balasan
Pasien mengamuk, putus obat trifluoperasoneHendak mau memberikan obat lagiTapi pasiennya mengamuk hingga memukulSaya ingin memberikan obat injeksi tapi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.