Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik NIPT (Noninvasive Prenatal Testing) general_alomedika 2024-12-19T10:31:08+07:00 2024-12-19T10:31:08+07:00
NIPT (Noninvasive Prenatal Testing)
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik NIPT (Noninvasive Prenatal Testing)

Oleh :
dr. Nurul Falah
Share To Social Media:

Teknik NIPT atau noninvasive prenatal testing dilakukan dengan mengambil sampel darah ibu lalu menganalisis fragmen-fragmen DNA yang dikenal sebagai cell-free DNA atau cfDNA. Fragmen ini mungkin berasal dari DNA ibu ataupun dari DNA trofoblas plasenta. Plasenta sering memiliki materi genetik yang identik dengan janin, sehingga NIPT dapat mendeteksi kelainan genetik janin.

NIPT dapat mulai dilakukan pada usia kehamilan 10–14 minggu. Pemeriksaan yang terlalu awal dikhawatirkan akan memberikan hasil kurang akurat karena fraksi cfDNA fetal masih rendah. Hal ini perlu dijelaskan kepada orang tua.[3]

Tidak semua ibu hamil harus menjalani NIPT. Skrining akan direkomendasikan jika ada dugaan kelainan kongenital janin berdasarkan hasil USG atau jika ibu hamil berisiko tinggi. Sebelum tes, dokter juga perlu menjelaskan bahwa NIPT adalah suatu skrining dan bukan merupakan tes diagnostik.[3-5]

Persiapan Pasien

Sebelum tindakan, dokter menjelaskan tujuan tindakan dan kemungkinan tindak lanjut yang akan diperlukan bila hasil tes menunjukkan risiko kelainan genetik. Dokter lalu menanyakan kesediaan pasien dan meminta informed consent. Konseling yang memadai penting dilakukan untuk memastikan pasien dapat memilih untuk melanjutkan atau menolak pemeriksaan.[4,10,11]

Peralatan

Peralatan berikut akan dibutuhkan untuk prosedur NIPT:

  • Sarung tangan steril
  • Kassa pembalut dan kapas bulat
  • Cairan antiseptik seperti alcohol pads, chlorhexidine 2%, atau povidone iodine
  • Baki wadah serta alat pengambilan darah (spuit steril dengan ukuran sesuai)
  • Wadah untuk menampung sampel darah
  • Kotak pengaman limbah medis tajam
  • Plester[3,12]

Posisi Pasien

Posisi pasien tergantung pada prosedur pengambilan sampel darah yang dilakukan. Sedapat mungkin pasien berbaring supinasi di tempat tidur dengan ekstremitas berada dalam posisi istirahat di permukaan yang stabil.[1,12]

Prosedural

Prosedur pengambilan sampel darah untuk skrining NIPT adalah sebagai berikut:

  • Siapkan alat yang diperlukan lalu cuci tangan dan gunakan sarung tangan
  • Tentukan lokasi vena yang akan ditusuk, umumnya di area antecubital lengan
  • Pasang tourniquet 7,5–10 cm di proksimal bagian yang akan ditusuk
  • Bersihkan area penusukan dengan cairan disinfeksi dengan gerakan melingkar dari sentral ke perifer, lalu biarkan 30 detik untuk pengeringan
  • Tusukkan jarum ke dalam vena, posisi lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut 15–30°
  • Lepaskan tourniquet setelah darah mengalir, tarik perlahan-lahan penghisap dan biarkan spuit terisi darah sekitar 10 ml
  • Lepaskan jarum perlahan-lahan dan pasang penutup jarum, segera tekan tempat tusukan dengan kapas selama 3–5 menit kemudian plester bagian tersebut dan lepaskan setelah 15 menit
  • Pemindahan darah dari spuit ke tabung yang berisi ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) dilakukan dengan melepaskan jarum dari spuit secara hati-hati
  • Masukkan darah ke dalam botol atau tabung EDTA secara perlahan
  • Buang spuit dan jarumnya ke wadah pembuangan khusus
  • Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
  • Kirimkan sampel darah ke laboratorium
  • Darah dalam EDTA disentrifuge 1.600 rpm (revolution per minute) selama 6 jam, lalu supernatant (plasma) dipindah ke tabung Eppendorf dan disentrifuge 1.600 rpm selama 10 menit
  • Supernatant diambil untuk DNA sequencing dengan berbagai metode amplifikasi

  • Hasil didapatkan dan diinterpretasikan[2,12]

Follow Up

Hasil NIPT dapat menunjukkan ada tidaknya risiko kelainan genetik tertentu pada janin.  Hasil dapat berupa risiko rendah (low risk) atau risiko tinggi (high risk).

Hasil Risiko Tinggi

Pasangan dengan hasil NIPT berisiko tinggi (positif) memerlukan konseling dengan ahli genetik, USG yang komprehensif, dan tes diagnostik, misalnya karyotyping/microarray terhadap sampel amniocentesis atau chorionic villus sampling (VHS).[13]

Dokter juga perlu memberikan informasi terkait peluang hasil pemeriksaan yang positif palsu. Beberapa kondisi yang menyebabkan hasil NIPT positif palsu adalah:

  • Confined placental mosaicism, yakni abnormalitas materi genetik plasenta tanpa disertai kelainan materi genetik janin. cfDNA dari unit fetus berasal dari trofoblas plasenta yang biasanya identik secara genetik dengan DNA fetus. Namun, DNA keduanya kadang tidak sesuai

  • Salah satu janin kembar yang aneuploidi meninggal dan cf-DNA-nya masih tetap berada dalam sirkulasi darah ibu selama beberapa minggu
  • Maternal mosaicism, yakni kondisi di mana ibu merupakan pihak yang memiliki kelainan kromosom dan bukan janin. Kondisi ini jarang tetapi mungkin terjadi, misalnya pada wanita usia tua yang beberapa selnya kehilangan kromosom X saat hamil

  • Ibu mengalami kanker, sehingga cell-free circulating tumor DNA (ctDNA) dapat terdeteksi secara tidak sengaja.
  • Variasi jumlah salinan kromosom ibu
  • Ibu hamil baru saja mendapatkan transplantasi jaringan atau organ, terutama dari donor laki-laki (<4 minggu) sehingga NIPT bisa salah mengidentifikasi janin berjenis kelamin perempuan sebagai laki-laki
  • Kesalahan teknis saat pemeriksaan[1,3]

Hasil Risiko Rendah

Pasangan dengan hasil NIPT risiko rendah (negatif) umumnya tidak perlu menjalani tes diagnostik lebih lanjut. Akan tetapi, dokter perlu menjelaskan bahwa kemungkinan hasil negatif palsu tetap ada dan kemungkinan kelainan genetik lain (yang tidak dievaluasi oleh NIPT) juga tetap ada. Pasien mungkin akan memerlukan tes diagnostik lanjutan bila hasil USG di kemudian hari menunjukkan abnormalitas.[13]

Beberapa kondisi yang menyebabkan hasil NIPT negatif palsu adalah:

  • Confined placental mosaicism, seperti pada kasus positif palsu yang dijelaskan sebelumnya

  • Fraksi fetal cfDNA dalam darah ibu yang borderline rendah (3–5%)
  • Variasi jumlah salinan kromosom ibu
  • Kesalahan teknis saat pemeriksaan[1,3]

Hasil Tidak Bisa Diinterpretasikan

Tes yang gagal (hasil tidak bisa diinterpretasikan) mungkin menandakan peningkatan risiko aneuploidi dan mungkin membutuhkan konseling genetik, USG, dan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut.[13]

Namun, tes yang gagal juga mungkin disebabkan oleh kondisi berikut:

  • Fraksi fetal cfDNA dalam darah ibu yang rendah (<3,5–4%), misalnya karena usia gestasi yang terlalu dini (<10 minggu), teknik koleksi sampel yang kurang baik, obesitas maternal, riwayat ibu menggunakan low molecular weight heparin sebelum usia gestasi 20 minggu, IVF (in vitro fertilization), dan hamil kembar
  • Keterbatasan teknis pada laboratorium yang memeriksa[3]

Referensi

1. Samura O. Update on noninvasive prenatal testing: A review based on current worldwide research. J Obstet Gynaecol Res. 2020;46(8):1246-1254.
2. Li X, Ju D, Shi Y, et al. Fetal aneuploidy screening by non-invasive prenatal testing of maternal plasma DNA sequencing with "false negative" result due to confined placental mosaicism: A case report. Medicine (Baltimore). 2020;99(29):e20848.
3. Palomaki GE, Messerlian GM. Prenatal screening for common aneuploidies using cell-free DNA. UpToDate. 2021. https://www.uptodate.com/contents/prenatal-screening-for-common-aneuploidies-using-cell-free-dna
4. Harraway J. Non-invasive prenatal testing. Aust Fam Physician. 2017 Oct;46(10):735-739.
10. Cernat A, De Freitas C, Majid U, et al. Facilitating informed choice about non-invasive prenatal testing (NIPT): a systematic review and qualitative meta-synthesis of women's experiences. BMC Pregnancy Childbirth. 2019;19(1):27.
11. van der Meij KRM, de Groot-van Mooren M, Carbo EWS, et al. Uptake of fetal aneuploidy screening after the introduction of the non-invasive prenatal test: A national population-based register study. Acta Obstet Gynecol Scand. 2021;100(7):1265-1272.
12. Ialongo C, Bernardini S. Phlebotomy, a bridge between laboratory and patient. Biochem Med (Zagreb). 2016;26(1):17-33.
13. ACOG. NIPT Summary of Recommendations. Current ACOG Guidance. 2021. https://www.acog.org/advocacy/policy-priorities/non-invasive-prenatal-testing/current-acog-guidance

Kontraindikasi NIPT (Noninvasive...
Komplikasi NIPT (Noninvasive Pre...

Artikel Terkait

  • Pengeditan Genom: Potensi CRISPR untuk Terapi pada Penyakit
    Pengeditan Genom: Potensi CRISPR untuk Terapi pada Penyakit
  • Identifikasi Kelainan Kromosom dengan Non-Invasive Prenatal Testing
    Identifikasi Kelainan Kromosom dengan Non-Invasive Prenatal Testing
  • Tes Genomik dalam Prediksi Risiko, Upaya Preventif, dan Terapi yang Personal dan Tepat
    Tes Genomik dalam Prediksi Risiko, Upaya Preventif, dan Terapi yang Personal dan Tepat
  • Skrining Antenatal untuk Down Syndrome
    Skrining Antenatal untuk Down Syndrome
  • Faktor-faktor yang Meningkatkan Kualitas Non-invasive Prenatal Testing
    Faktor-faktor yang Meningkatkan Kualitas Non-invasive Prenatal Testing

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.DR. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subsps K-Fetomaternal
Dibuat 14 Agustus 2024, 10:04
Pemeriksaan USG pada polihidramnios - atresia oesophagus - trisomy 21
Oleh: dr.DR. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subsps K-Fetomaternal
0 Balasan
https://youtu.be/IGAs3W59fHkPolihidramnios adalah kondisi di mana terdapat kelebihan cairan amnion dalam rahim. Hal ini sering dikaitkan dengan atresia...
dr.DR. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subsps K-Fetomaternal
Dibalas 08 Agustus 2024, 22:18
Pemeriksaan USG pada kasus trisomi 21 down syndrome 12 weeks screening
Oleh: dr.DR. Wiku Andonotopo, Sp.OG, Subsps K-Fetomaternal
1 Balasan
https://youtu.be/89geCftNaTIPada skrining janin usia 12 minggu dengan kemungkinan positif untuk Trisomy 21 (Down Syndrome), beberapa indikator dapat terlihat...
Anonymous
Dibalas 30 Mei 2023, 08:03
Peran konkrit secara klinis dari tes genomik
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, mau bertanya dok. Peran konkrit secara klinis dari tes genomik seperti apa ya dok. Punten mungkin ada yang bisa sharing di praktik sehari-hari...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.