Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Resusitasi Bayi dan Anak general_alomedika 2023-09-12T15:06:34+07:00 2023-09-12T15:06:34+07:00
Resusitasi Bayi dan Anak
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Resusitasi Bayi dan Anak

Oleh :
dr.Nailla Fariq Alfiani
Share To Social Media:

Teknik resusitasi pada bayi dan anak dilakukan dengan bantuan napas dan jantung. Tindakan resusitasi jantung paru (RJP) dimulai dari general assessment, primary, hingga tertiary survey. Peralatan yang digunakan memiliki ukuran yang disesuaikan dengan usia dan ukuran anatomi pasien. Posisi penolong dalam memposisikan tangan saat kompresi juga berbeda sesuai dengan usianya.[4,8,22,23]

Persiapan Pasien

Persiapan pasien dalam melakukan resusitasi pada bayi dan anak adalah menempatkan pasien pada lingkungan yang aman baik untuk pasien dan penolong, jauh dari jangkauan air, api, ataupun lokasi terjadinya bencana.

Selanjutnya memanggil bantuan bila kejadian di luar rumah sakit segera panggil emergency medical service (EMS), atau bila kejadian di dalam rumah sakit dapat mengaktifkan code blue agar tim EMS dapat segera bertindak.[4,5,8]

Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk resusitasi pada bayi dan anak dibagi menjadi peralatan saat di luar rumah sakit dan di dalam rumah sakit.[8,24,25]

Peralatan resusitasi bayi dan anak yang dapat digunakan adalah AED (automated external defibrillator) dengan pad ukuran bayi dan anak yang dapat menganalisa irama jantung, dari analisis irama jantung tersebut apakah diperlukan kejut jantung atau tidak.[8,24]

Peralatan resusitasi bayi dan anak yang digunakan di dalam rumah sakit adalah defibrilator, peralatan monitoring, pemantauan manajemen jalan napas dan ventilasi, serta akses vaskuler [8,25]

Defibrilator

Defibrilator 0-400 joule dengan pedel pediatrik (4,5 cm) yang dilengkapi dengan monitor elektrokardiografi beserta kabel dan elektrodanya serta gel konduksi.[8,25]

Monitoring

Peralatan monitoring yang digunakan:

  • Pulse oxymeter
  • CO2 monitor
  • Stetoskop
  • Termometer
  • Monitor tekanan darah dan denyut nadi[8,25,26]

Peralatan Manajemen Jalan Napas dan Ventilasi

Peralatan yang diperlukan untuk manajemen jalan napas dan intubasi adalah:

  • Tabung oksigen, regulator, dan flow meter

  • Suction dan suction catheter ukuran 6-14 gauge

  • Oropharyngeal airways (OPA) ukuran 0-5

  • Laringoskop ukuran 0-4

  • Endotracheal Tube (ETT) dengan lumen 2,5-7,5 mm

  • Laryngeal Mask Airway (LMA) ukuran 1-4

  • End tidal carbon dioxide monitor[25,27]

Peralatan Akses Intravena

Peralatan yang diperlukan untuk akses intravena dalam resusitasi bayi dan anak adalah:

  • Kateter Intravena ukuran 24 – 14 Gauge atau kateter intraoseus
  • Selang infus
  • Spuit ukuran 1, 5, 10, dan 50 ml
  • Cairan infus seperti ringer laktat dan dextrose 10%[25,27]

Posisi Pasien

Posisi pasien pada saat resusitasi adalah supinasi dengan alas yang datar dan keras. Untuk menerima bantuan napas, pasien diposisikan head tilt – chin lift bila telah dipastikan tidak ada fraktur servikal. Bila tidak diketahui apakah ada fraktur servikal maka sebaiknya menggunakan manuver jaw thrust.[8,29,30]

Posisi penolong untuk dilakukan kompresi disesuaikan dengan usia:

  • 1-12 bulan dapat melakukan kompresi dada menggunakan 2 jari
  • 1-8 tahun dapat dilakukan dengan menggunakan 1 tangan[8,28,29]

Posisi recovery pada pasien yang telah dinyatakan Return of Spontaneous Circulation (ROSC) pada bayi dan anak berbeda.[30,31]

Education,Healthcare,First,Aid,Of,Cpr,Training,Medical,Procedure,Of

Gambar 1. Posisi Tangan Saat Melakukan Kompresi Dada pada Bayi

g2teknikresusitasibayidananak

Gambar 2. Posisi Tangan Saat Melakukan Kompresi Dada pada Anak

Posisi Recovery pada Bayi

Posisi recovery pada bayi dilakukan dengan telungkupkan bayi di atas lengan bawah penolong, topang kepala bayi dengan tangan yang sama agar tidak tersedak atau menghirup muntahan.[30,31]

Posisi Recovery pada Anak

Posisi Recovery pada anak dengan cara:

  • Miringkan badan anak ke samping dengan tangan yang berada di bawah diluruskan ke samping
  • Kepala dimiringkan ke samping dengan tangan yang di atas diselipkan ke pipi untuk menopang dagu dan menjaga patensi jalan napas
  • Posisikan kaki pasien yang berada di atas dengan menekuk lututnya hingga menyentuh lantai[30,31]

Prosedural

Prosedural dalam melakukan resusitasi pada bayi dan anak dimulai ketika ditemukan bayi atau anak yang diduga mengalami henti jantung, lalu dilakukan general assessment untuk memastikan apakah ini benar-benar kasus yang membutuhkan resusitasi atau tidak. Selanjutnya dilakukan primary survey, proses resusitasi, dilanjutkan dengan secondary hingga tertiary survey.[4,5,8,9]

General Assessment

General Assessment pada bayi dan anak yang dicurigai henti jantung menggunakan pediatric assessment triangle (PAT). PAT meliputi :

  • Penampilan anak: tonus, interaksi anak dengan lingkungan, kenyamanan, arah pandangan anak, suara atau tangis anak
  • Pernapasan: flaring, grunting, retraksi dada, dan napas cuping hidung
  • Sirkulasi: pucat, mottling, sianosis, perdarahan[4,32]

Primary Survey

Primary survey dilakukan secara cepat dengan prinsip DR-ABC.

Danger:

pastikan area penyelamatan apakah aman untuk pasien dan penolong

Response:

periksa respon pasien dapat menggunakan metode AVPU (alert, verbal response, response to pain, unresponsive). Jangan menggoyang-goyangkan badan bayi atau anak, bila tidak berespon segera panggil bantuan.

Airway:

Memeriksa patensi jalan napas untuk mengetahui apakah ada sumbatan atau tidak. Ini dapat dilihat dari suara napas, gerakan dinding dada, dan pola napas. Untuk menghindari obstruksi dapat digunakan simple airways manuver, suction, basic dan advance airways seperti OPA, LMA, dan ETT.

Breathing:

Evaluasi usaha napas (retraksi dada, napas cuping hidung), frekuensi napas, dan pola napas. Tindakan yang dapat dilakukan diantaranya dengan pemberian oksigen.

Circulation:

Evaluasi warna kulit, suhu badan, frekuensi nadi, pola nadi, tekanan darah, capillary refill time (CRT). Tindakan yang dapat dilakukan seperti memasang akses intravena, mengontrol perdarahan, chest compression, dan defibrilasi.[4,33,34]

Secondary Survey

Secondary survey dilakukan setelah prosedur penyelamatan nyawa. Penilaian Secondary Survey dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis, yakni menanyakan keluhan, menanyakan riwayat penyakit, riwayat alergi, riwayat pengobatan dan kapan terakhir makan,  memeriksa tanda vital, dan melakukan pemeriksaan fisik dari kepala hingga kaki.[4,34]

Tertiary Survey

Tertiary Survey dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding melalui pemeriksaan penunjang, seperti EKG 12 sadapan, pemeriksaan elektrolit, dan pemeriksaan gula darah.

Diagnosis banding yang dapat menyebabkan henti jantung adalah 5H dan 5T. 5H yakni hipoksia, hipovolemia, ion hidrogen (asidosis), hipotermia, dan hipokalemia atau hiperkalemia. 5T adalah toxin, tamponade cordis, tension pneumothorax, trombosis pulmoner dan trombosis koroner. [4,5,7,35]

Tahapan Resusitasi Bayi dan Anak di Luar Rumah Sakit

Resusitasi pada bayi dan anak di luar rumah sakit memiliki tahapan:

  • Pastikan area penyelamatan aman untuk pasien dan penolong
  • Cek respon. Bila ada respon pasien bernapas namun tidak adekuat, berikan bantuan napas sekali setiap 3-5 detik dan panggil bantuan
  • Cek respon. Bila tidak bernapas atau hanya gasping, tidak ada denyut nadi atau nadi kurang dari 60 kali per menit, segera berteriak atau menghubungi EMS dengan tidak meninggalkan pasien dan lakukan siklus RJP

  • Segera lakukan RJP 30 kompresi : 2 napas selama lima siklus, lalu pasang defibrilator. Bila tidak ada, ulangi siklus RJP hingga bantuan datang atau hentikan siklus RJP bila penolong benar-benar kelelahan
  • Jika terdapat 2 orang penolong, maka penolong pertama melakukan RJP dan penolong yang lain mencari bantuan[4,15,36]

Resusitasi Bayi dan Anak di Fasilitas Kesehatan

Resusitasi bayi dan anak di fasilitas kesehatan memiliki tahapan:

  • Memeriksa apakah area penyelamatan aman untuk pasien dan penolong
  • Cek respon. Bila normal, segera aktifkan code blue dengan tidak meninggalkan pasien
  • Bila saat cek respon terdapat nadi namun napas tak normal, segera panggil bantuan dengan tidak meninggalkan pasien lalu berikan bantuan napas 1 kali setiap 2-3 detik
  • Bila tidak ada napas atau hanya gasping dan tidak ada nadi atau nadi < 60 kali per menit, segera aktifkan code blue dan segera lakukan siklus RJP
  • Lakukan siklus RJP 30 kompresi : 2 napas, lalu pasang defibrilator. Jika defibrilator memerintahkan untuk melakukan kejut jantung, berikan 1 kali kejut jantung dan lakukan siklus RJP kembali. Evaluasi setiap 2 menit hingga bantuan datang

Bila penolong hanya satu orang, ketika meminta bantuan penolong dapat berteriak atau menelpon petugas lain untuk mengaktifkan code blue dengan tetap berada di dekat pasien

Bila penolong lebih dari satu, penolong 1 melakukan cek respon dan memberikan bantuan penyelamatan, sedangkan penolong yang lain memanggil tim untuk mengaktifkan code blue dan mengambil defibrilator.[4,15,36]

Tim EMS Datang memberikan Bantuan Resusitasi

Bila tim EMS telah datang, defibrilator dilepas dan dilanjutkan dengan advance life support. Tindakan pada airway bisa dilakukan dengan memberikan oksigen atau melakukan intubasi. Selain itu, bisa juga dilakukan pemasangan akses intravena atau intraoseus dan pemberian obat sesuai indikasi.

RJP berkualitas tetap dilanjutkan. Bila RJP telah dilakukan selama 2 menit, evaluasi irama jantung. Apabila ritme unshockable, seperti asistol atau Pulseless electrical activity (PEA), berikan epinefrin 0,01 mg/kg tiap 3-5 menit. Bila irama jantung shockable, berikan kejut jantung 2 joule/kg untuk kejut yang pertama dan lanjutkan RJP kembali.

Setelah 2 menit, lakukan evaluasi irama jantung. Bila unshockable, lanjutkan RJP kembali. Bila irama shockable, berikan kejut jantung yang kedua dengan dosis 4 joule/kg lalu lanjutkan RJP kembali.  Lakukan siklus ini lagi, tetapi bila irama shockable berikan kejut jantung dengan dosis > 4 joule/kg hingga maksimum 10 joule/kg atau dosis dewasa dan lanjutkan RJP kembali.

Masukan amiodarone dengan dosis 5 mg/kg selama henti jantung dan dapat diulang 3 dosis total. Tangani penyebab yang dapat dipulihkan.[4,5,36]

RJP Yang Berkualitas

RJP yang berkualitas sangat membantu proses tindakan penyelamatan pasien, RJP dikatakan berkualitas jika:

  • Kecepatan kompresi 100-120 kali per menit
  • Kedalaman kompresi sepertiga diameter anterio-posterior dada, yakni + 4 cm pada bayi dan + 5 cm pada anak
  • Rekoil dada lengkap setiap selesai kompresi
  • Menghindari ventilasi berlebihan, dan
  • Minimal interupsi[15,36]

Terminasi Resusitasi

Terminasi resusitasi dilakukan ketika:

  • Tim menerima perintah Do Not Resuscitate (DNR) secara legal dan sah
  • ROSC pada pasien
  • Penolong telah benar-benar mengalami kelelahan fisik
  • Henti jantung terjadi lebih dari 20 menit
  • Selama resusitasi irama tetap asistol atau PEA dan tidak ada respon setelah 2 dosis pemberian epinefrin[4,37]

Follow up

Follow up resusitasi pada bayi dan anak setelah ROSC adalah dengan melanjutkan secondary dan tertiary survey serta tata laksana setelah henti jantung. Tujuan utama tata laksana henti jantung adalah menegakkan diagnosis dan mengobati penyebab yang mendasari, meminimalkan cedera sekunder pada jantung dan otak, serta menurunkan mortalitas pasca henti jantung. Cedera otak dan disfungsi pada jantung merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas terbanyak setelah henti jantung.[4,9,34,35,38]

Adapun monitoring setelah henti jantung meliputi:

  • Monitoring umum: tekanan darah, EKG 12 sadapan, saturasi oksigen, kapnografi kuantitatif, analisis gas darah (AGD), suhu, output urin, pemeriksaan darah lengkap, gula darah, elektrolit, kreatinin, dan rontgen toraks

  • Monitoring kardiologi: echocardiography

  • Monitoring neurologis: pemeriksaan klinis neurologis, CT scan otak atau MRI otak, dan electroencephalography[38,39]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Yoke K. Putri, M.Sc, Sp.A, IBCLC

Referensi

4. Marc Auerbach. Pediatric Resuscitation. Medscape. 14 Juni 2021. https://emedicine.medscape.com/article/1948389-overview#a5
5. American Heart Association. Pedoman CPR dan ECC. AHA. 2020. https://cpr.heart.org/-/media/cpr-files/cpr-guidelines-files/highlights/hghlghts_2020eccguidelines_indonesian.pdf
7. Vega RM, Kaur H, Sasaki J, et al. Cardiopulmonary Arrest in Children. StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK436018/
8. Mark MU. Pediatric and Neonatal Resuscitation. Statpearls. 2023. https://www.statpearls.com/ArticleLibrary/viewarticle/132891#/
9. Bettencourt AP, Gorman M, Mullen JE. Pediatric Resuscitation. Critical care nursing clinics of North America, 2021. 33(3), 287–302. https://doi.org/10.1016/j.cnc.2021.05.005
22. Topjian AA, Raymond TT, Atkins D, et al. Part 4: Pediatric Basic and Advanced Life Support: 2020 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. AHA Journal, 2020. Volume 142 No.16 S469-S523. doi.org/10.1161/CIR.0000000000000901. https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/CIR.0000000000000901
23. Patrick Van de Voorde, Nigel M. Turner, Jana Djakow, et al. European Resuscitation Council Guidelines 2021: Paediatric Life Support. European Resuscitation Council. Published by Elsevier, 2021. Volume 161. p 327-387. 2021. https://www.cprguidelines.eu/assets/guidelines/European-Resuscitation-Council-Guidelines-2021-Pa.pdf
24. The Team of AHA. What Is an Automated External Defibrillator?. The American Hearth Association. 2023. https://www.heart.org/-/media/files/health-topics/answers-by-heart/what-is-an-aed.pdf
25. López-Herce Cid, J., Rodríguez Núñez, A., Carrillo Álvarez, et al. Recomendaciones de expertos sobre el material del carro y mochila de reanimación cardiopulmonar pediátrica y neonatal [Materials for the paediatric resuscitation trolley or backpack: Expert recommendations]. Anales de pediatria, 2018. 88(3), 173.e1–173.e7. https://doi.org/10.1016/j.anpedi.2017.05.010
26. Maqsood N, Whitman I, Camac ER. The Crash Course: A Shocking Introduction to Defibrillation. ATS Sch. 2022 Jun 30;3(2):332-335. doi: 10.34197/ats-scholar.2021-0084VO. PMID: 35924201; PMCID: PMC9341482.
27. Sawyer T, Lee HC, Aziz K. Anticipation and preparation for every delivery room resuscitation. Seminars in Fetal and Neonatal Medicine 2018; 23:312
28. Aditianingsih D. Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support and First Aid Training). Kemenkes RI. 2022. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1241/bantuan-hidup-dasar-basic-life-support-and-first-aid-training
29. Qonita II. Bantuan Hidup Dasar. CDK-277/ vol. 46 no. 6 th. 2019. 2019. https://media.neliti.com/media/publications/398179-bantuan-hidup-dasar-fa98595e.pdf
30. Lee JS, Ahn JY, Kim DK, Kim YH, Lee B, Jhang WK, Kim GB, Kim JT, Huh J, Park JD, Chung SP, Hwang SO. Part 5. Pediatric basic life support: 2015 Korean Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation. Clin Exp Emerg Med. 2016 Jul 5;3(Suppl):S39-S47. doi: 10.15441/ceem.16.131. PMID: 27752645; PMCID: PMC5052915.
31. Sutton RM, Berg RA, Nadkarni V. CPR Technique for Infants and Children. Curr Pediatr Rev. 2013;9(2):100-8. doi: 10.2174/1573396311309020002. PMID: 25417030.
32. Patric C. The Pediatric General Assessment Triangle. EMS1. 21 Nov 2021. https://www.ems1.com/ems-products/neonatal-pediatric/articles/the-pediatric-general-assessment-triangle-KE8VtMVnpbpRIJgh/
33. Ong GY, et al. . Singapore Paediatric Resuscitation Guidelines 2021. Singapore medical journal, 2021. 62(8), 372–389. https://doi.org/10.11622/smedj.2021107
34. Clinical Quality & Patient Safety Unit. Assessment / Primary and Secondary Survey. Queensland Ambulance Service. 2021. https://www.ambulance.qld.gov.au/docs/clinical/cpp/CPP_Primary%20and%20secondary%20survey.pdf
35. Semeraro F, et al. European Resuscitation Council Guidelines 2021: Systems saving lives. Resuscitation, 2021. 161, 80–97. https://doi.org/10.1016/j.resuscitation.2021.02.008
36. Lamberg JJ. Basic Life Support (BLS) : Pediatric Resuscitate. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/2058889-overview
37. Libby C, Skinner RB, Rawal AR. EMS Termination Of Resuscitation And Pronouncement of Death. StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541113/
38. Aaron SL, Vega RM, Hai O. Pediatric Post-Resuscitation Management. StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441991/
39. Topjian AA, et al. Pediatric Post-Cardiac Arrest Care: A Scientific Statement From the American Heart Association. Circulation, 2019. 140(6), e194–e233. https://doi.org/10.1161/CIR.0000000000000697

Kontraindikasi Resusitasi Bayi d...
Komplikasi Resusitasi Bayi dan Anak

Artikel Terkait

  • Skor APGAR pada Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
    Skor APGAR pada Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
  • Kajian Etik dan Medikolegal dari Do Not Resuscitate
    Kajian Etik dan Medikolegal dari Do Not Resuscitate
  • Pedoman 2018 Resusitasi Jantung Paru: Peranan Obat Antiaritmia
    Pedoman 2018 Resusitasi Jantung Paru: Peranan Obat Antiaritmia
  • Memperkirakan Berat Badan Pasien Anak
    Memperkirakan Berat Badan Pasien Anak
  • Pembaruan Pedoman ACLS 2024 – Ulasan Guideline Terkini
    Pembaruan Pedoman ACLS 2024 – Ulasan Guideline Terkini

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 13 Februari 2025, 22:07
Pemberian epinefrin apakah boleh diberikan IM pada henti jantung henti napas
Oleh: Anonymous
7 Balasan
Alo dokter. izin menanyakan jika pasien anak datang dgn kondisi henti jantung henti nafas, namun akses iv/io sulit ditemukan dan tidak terpasang ett...
Anonymous
Dibalas 07 Januari 2025, 11:23
Pemasangan NGT berakibat apneu dan cardiac arest
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Saya mendapatkan kasus anak usia 2 tahunS : pasien sadar sesak (-) NGT terlepas 2 jam sebelum pemasangan NGT pasien diminumkan susuO :TSSCMHR :126x/mRR :...
Anonymous
Dibalas 19 Juli 2024, 07:18
Resusitasi atau tidak? Apa saja tanda2 kematian ireversible?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Jika pasien gawat darurat apneu, henti jantung dilakukan resusitasi jantung paru.Bagaimana dengan pasien di bangsal rumah sakit, didapatkan sudah dalam...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.